Share

Bab 02

Falri masih menunggu Glen yang sedang berpikir. Oh, kenapa mengingat nama seseorang saja lama sekali. Dasar bang Glen!

"Namanya siapa, Bang?" Sudah dua puluh kali Falri bertanya dengan pertanyaan yang sama.

"Oh, iya! Gue ingat!" teriak Glen mengagetkan Falri.

Falri mengelus dadanya. Sabar, sabar. Orang sabar pantatnya lebar. Kalau orang lari dari tanggung jawab, gimana? Eh!

"Siapa?" tanya Falri, tidak sabaran.

"Jess ---"

"Bang!" 

"Jessica Mauren, iya namanya itu!"

Falri menghela nafas lega. Bukan Jeslyn, batin Falri. Dia menatap Glen sejenak. "Katanya dua puluh lima menit lagi mau dimulai castingnya. Terus ngapain kita masih di sini, Bang?"

"Oh, iya juga, ya. Yaudah, sih, santai aja masih lima belas menit lagi," sahut Glen santai.

Falri mengangguk. Berselang lima detik, mereka membelalakkan matanya. "Astaga! Bego!" Umpatan itu terlontar dari dua mulut secara serempak.

Falri segera merapihkan pakaiannya dan Glen menyambar kunci mobil di atas meja. Mereka berdua berlari menuju mobil BMW milik Glen. Sesampainya di depan mobil, mereka masuk lalu Glen melajukan mobil.

Tidak ada raut santai lagi. Yang ada hanya rasa gelisah, takut terlambat casting. Jika terlambat sedetik saja bisa membuat predikat Falri sebagai seorang aktor yang on time akan tercemar.

***

Mereka berdua sudah turun dari mobil. Dan, sekarang berada di pintu gedung matahari. Glen berjalan duluan, diikuti Falri.

Glen dan Falri menyusuri lorong-lorong gedung. Gedung sebagus ini tidak ada lift sama sekali. Yang benar saja! 

Saat ditanya kenapa tidak ada lift kepada salah satu pegawai. Yang ditanya malah menjawab, "keinginan dari sang bos besar."

Glen dan Falri mulai menaiki ribuan anak tangga. Sudah lima lantai mereka lewati, tetapi belum juga mencapai tujuan. Beruntung mereka berdua rutin berolahraga, hingga bukan masalah berat berjalan kaki menaiki tangga seperti ini.

"Bang, masih jauh?" tanya Falri di belakang Glen.

"Kagak, dua lantai lagi."

"Ini udah sepuluh lantai tapi belum juga sampai-sampai," gerutu Falri.

"Diem! Jangan banyak kecot."

Falri mencibir tanpa suara. Dia tetap mengikut langkah Glen. Cucuran keringat membasahi tubuh Falri dan Glen. Beruntung mereka bukan tipekal cowok bau badan. Jadi, nggak takut lagi sama keringat yang suka buat bau badan nggak enak! Hihhh.

Lantai dua belas. Mereka sudah menapaki lantai itu. Falri menghela nafas lega. Akhirnya, selesai juga.

Dia mengikuti langkah Glen yang terburu-buru menghampiri sekumpulan orang. Falri hanya mengikuti tanpa banyak omong. Ngomong dikit, dedemit alias Glen bakal ngamuk. Hadeuh!

Glen berbincang sedikit dengan seseorang. Falri hanya diam, berdiri, dan memandangi desain ruangan yang terlihat begitu mengagumkan. Glen menghampiri Falri seraya membawa selembar kertas.

"Ini dialog cast yang harus lo pelajari. Ada waktu lima menit, gue harap sebaik mungkin." Glen menyerahkan lembaran kertas.

Falri mengangguk. Kemudian, menerima kertas dan duduk di salah satu bangku ruangan. Ruangan yang bising dan ramai tidak membuat konsentrasi Falri pecah begitu saja. Falri masih tetap fokus mempelajari setiap dialog cast yang akan dipakainya nanti saat casting film.

"Sorry, gue boleh duduk di sini?" 

Falri menengadahkan kepalanya saat mendengar suara perempuan. Suara itu seperti suara Jeslyn. Falri menggeleng cepat, berusaha mengenyahkan segala pikirannya tentang --- Jeslyn.

"Nggak boleh, ya?" tanya gadis di hadapan Falri.

Falri membelalakkan matanya. "Bukan gitu, maksud gue. Boleh, duduk aja. Bukan tempat gue ini."

"Oke." Gadis itu duduk di bangku samping Falri. "Terus kenapa lo geleng kepala tadi?"

"Gue kira tadi bukan ---"

"Iya, gue tau, kok. Aktor film profesional pasti gitu. Konsentrasinya tinggi. Maaf, ya udah ganggu."

"Hm, gak apa-apa. Salam kenal, gue ---"

"Falri, kan? Gue, Jessica Mauren."

Falri berdecak tanpa suara. Merasa kesal juga saat bicaranya dipotong begitu saja. Sebentar, tadi siapa nama gadis di sampingnya? Jessica Mauren? Berarti --- dia gadis yang cikal bakal jadi pasangan Falri di film? Oh astaga! Apa sutradara-nya tidak salah pilih pemeran?

"Hai, Jessi. Glad to meet you." Falri mengucap itu dengan hati yang terus berteriak, "Jijik, anjir!"

Jessica tersenyum. "Ya, too. Oh, ya, lo bakal jadi pasangan gue nanti di film ini, kan? Wah! Seneng banget gue."

Falri tertawa hambar. "Haha ..., iya."

Glen datang menghampiri Falri. "Falri, bagian lo abis ini."

Falri mengangguk. Kemudian bangkit dan mengikuti langkah Glen, setelah berpamitan dengan Jessica. Makasih abang Glen, gue jadi nggak deket-deket sama si menor itu lagi!

"Lo deket sama Jessica?"

"Kagak, dih. Make-up tebel kayak tante-tante gitu, astaga. Cantik dari mana coba?"

"HAHAHA! Cantik, cewek itu relatif cantik," sahut Glen, sok bijak.

Falri memutar bola matanya malas. "Iya-in."

"Tuh, buruan bagian lo! Awas aja sampai gagal." Glen memperingati.

"Iya, Bang." Falri memberikan selembar kertas kepada Glen. Kemudian berjalan melangkahkan kaki ke tempat casting dengan percaya diri.

"Oke, bagian Falri," teriak si tukang komando talent.

Falri sudah berada di belakangnya. Mereka berdua saling menatap. Tatapan mereka bertemu dan saling mengunci. Tatapan yang membawa mereka ke jurang kerinduan.

"Naufal?" Gadis pengomando talent itu menyebut nama panggilan lama Falri.

Falri tertegun. Mulutnya tidak bisa mengeluarkan suara. Mendadak tubuhnya kaku. Begitu juga dengan gadis di hadapannya yang membeku seketika setelah mengucapkan nama Naufal.


***

​

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status