Share

4. Kumohon Sentuh Aku

Tangan Alena gemetar meraih pulpel di atas kertas. Dia menorehkan tanda tangan beserta cap jempolnya di bagian bawah kertas kontrak itu. Hasrat dirinya semakin menggila, tak sempat baginya membaca seluruh isi kalimat yang ada di sana. 

"Bagus. Ternyata kau sudah tak sabar untuk bercinta." 

Harry mencengkram dagu gadis itu dan nenyusuri bibir Alena dengan ibu jarinya. Alena mendesah seperti seorang murahan. 

"Bangun."

Alena mengikuti perintah Harry untuk bangkit. Napas berat pria itu langsung menyapu wajahnya begitu Harry menarik pinggangnya mendekat. 

Mata sayu itu terlihat sangat menggoda di depan Harry. Dia tak sabar langsung mengulum bibir merah muda milik Alena.

Meski sudah kehilangan kesuciannya berapa hari yang lalu, ini kali pertama Alena berani membalas lumatan bibir Harry. Dia yang tadinya sama sekali tidak berpengalaman menjadi liar oleh dorongan obat perangsang yang diminumnya. Alena melingkar tangannya di leher Harry dan bergelayut di sana.

Harry sendiri tak mampu menahan gejolak birahinya saat berhadapan dengan Alena. Gadis itu sudah membuatnya sangat candu hingga ingin menggaulinya setiap saat. Harry membawa Alena dipangkuannya lalu melempar tubuh kecil itu ke atas ranjang.

"Kumohon ... sentuh aku, Tuan Harry," desah Alena di luar kendalinya. 

Jika dia dalam keadaan sadar tentu sangat menjijikkan bersentuhan dengan laki-laki seperti ini. Tapi karena dirinya sudah dikuasai oleh napsu, Alena menjadi liar bergerak seksi di atas ranjang itu. Dia sangat tak sabar menunggu Harry menaikinya.

"Ternyata kau segampang ini, huh? Lihat lah betapa liarnya kau mengatakan hal itu."

Alena merasa tertampar oleh hinaan Harry. Hati kecilnya jelas menolak, menangis di dalam sana. Dia tak bisa melawan hasrat gila yang justru membuatnya lebih liar lagi.

"Ya, aku gadis liar. Gagahi aku, Tuan. Kumohon ..." Kata-kata yang bertolak belakang dengan jeritan di dalam hatinya. 

"Baik lah. Karena kau terlihat sangat menyedihkan, maka aku akan memuaskanmu mulai sekarang." Harry mengangkangi Alena dan langsung menusuk dengan benda tumpul di bagian inti gadis itu. "Sangat basah," bisiknya menyeringai licik. Harry lalu menghujamnya berulang-ulang dan membuat Alena mendesah lebih keras lagi.

'Kumohon, jangan lakukan ini. Aku bukan lacurmu. Tolong lepaskan aku dari sini,' jeritan hati Alena terus memohon, bertolak belakang dengan hasratnya. Tubuhnya justru menikmati setiap hujaman Harry yang membawanya melayang ke surga dunia. 

Berkali-kali Harry mengulanginya hingga ini sudah pelepasannya yang ketiga. Tapi, dia seperti orang yang kehausan tak pernah lelah. 

'Sial! Kenapa aku sangat menyukai tubuh gadis ini?' umpat Harry di pikirannya. 

Baginya bercinta dengan para gadis bukan lah hal yang baru. Harry sudah biasa melakukannya dengan gadis-gadis peliharaan yang dia tampung di istananya. Tapi, sejak kedatangan Alena ke rumah itu, Harry hanya ingin menjajahi tubuh gadis kecil itu. 

Belum lagi Harry mendapatkan pelepasannya yang keempat, Alena sudah mendorong dadanya dari bawah. Gadis itu menggulung tubuh sendiri dengan kain penutup kasur.

'Ya Tuhan ... apa yang barusan aku lakukan? Aku melayani pria gila itu?' pikir Alena tak percaya. Matanya nanar menatap Harry.

"Jangan mendekat!" 

Alena mengangkat tangannya memberi isyrat stop, ketika Harry akan memasuki tubuhnya lagi. 

"Kau licik! Kau gila! Kau bedebah pemerkosa!" teriak Alena. 

Sepertinya efek obat itu sudah berkurang. Alena sudah berani melawan Harry, bahkan memakinya dengan segala umpatan. Harry terkekeh pelan, menatapnya dengan mata mengejek.

"Kau sudah puas, huh? Aku pikir kita akan melakukannya hingga pagi." Harry berjalan ke sofa dan menjatuhkan dirinya di sana.

"Lepas aku! Kau tidak bisa melakukan ini padaku!" 

"Apa kau lupa sudah menandatangi kontrak itu? Mulai sekarang, kau akan tinggal di kamar ini sampai kau melahirkan anak untukku." Harry melemparkan surat perjanjian ke pangkuan Alena.

Bahkan Alena tak sadar kapan dirinya membubuhkan tanda tangan di atas kertas itu. Matanya membulat, bibirnya bergetar ketakutan. 

"Aaarg ....!" Alena tak mampu menahan diri untuk tidak menjerit.

Harry mencengkram pipinya kencang hingga Alena merasakan sakit di sana. Wajahnya memerah menahan siksaan dari tangan kokoh lelaki itu.

"Menjerit lah. Luapkan seluruh emosimu. Tapi percaya lah, tak akan ada orang yang bisa menolongmu," ucap Harry, melemparkan wajah Alena ke kiri.

Debuman suara pintu yang dihempas di luar sana mengantarkan kepergian lelaki bernama Harry itu. Alena kembali menjerit, menyesali derita yang tiba-tiba menimpahnya. Jeritan itu tak bisa dia hentikan saat membayangkan betapa dirinya sangat kotor. 

Alena berlari ke kamar mandi di kamar itu. Dia merendam tubuhnya di dalam buth up dengan air shower yang terus mengalir di atas kepalanya. Kedua tangan tak hentinya menggosok setiap inci dari kulitnya.

"Aku kotor. Aku murahan," geramnya pada diri ssndiri.

Noda merah di atas kulitnya terus digosok Alena berharap bekas sentuhan lelaki itu menghilang dari sana. Jika memungkinkan, dia ingin mengelupas kulit tubuhnya agar tak sedikit pun bekas pria itu tersisa di sana. 

"Pergi! Pergi kalian ke neraka!" 

Dia terus menerikkan kalimat itu ketika membayangkan jari-jari Harry menyentuhnya di sana. 

Bersambung. 

Terima kasih sudah membaca. Jika berkenan, kakak semua boleh meninggalkan komentar ya. 

Komen (22)
goodnovel comment avatar
Nelly Keisha
ceritanya bagus
goodnovel comment avatar
Catherine Kindingan
seru juga ceritanya
goodnovel comment avatar
Catherine Umiamau
sgt baik jalan cerita nya.suka sgt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status