Dua minggu kemudian.
Satu minggu sudah siswa SMA Nusa Bangsa melakukan ulangan semester, ditambah waktu seminggu untuk remidial bagi siswa yang belum memenuhi nilai KKM. Dan, tepat hari ini pula semua orangtua/wali murid menerima hasil rapor atas pembelajaran anaknya selama satu semester.
“Udah lama nggak ketemu, Jeng Kaila,” sapa Marinka.
“Iya Jeng, lama saya tidak ke butik.”
Kini Marinka dan Kaila justru mengobrol sendiri tentang kehidupan orang dewasa. Marinka sedikit bercerita tentang butiknya yang sedikit sepi. Tak lupa juga Marinka memiliki keniatan ingin pindah ke kampung halamannya—Yogyakarta.
“Terus nanti Lita gimana sekolahnya?”
“Palingan nunggu Lita lulus dulu, kemudian saya ingin pindah saja.”
“Memangnya suami—“
“Saya sudah bercerai. Dia lebih memilih wanita lain dibanding saya sama Lita,” tuturnya. Ta
Dua minggu kemudian.Waktu liburan sekolah telah usai, kini semua anak-anak siswa SMA Nusa Bangsa kembali ke aktifitas seperti biasa. Menerima pelajaran dari Bapak/Ibu guru seperti biasanya. Namun, berbeda untuk anak-anak kelas 12 yang menerima jam tambahan hingga membuat pulang sedikit sore.Suasana kelas 12IPA1 kini sangatlah kondusif. Semua siswanya benar-benar tengah memperhatikan materi dengan begitu serius.Apalagi materi kali ini membahas ulang materi kelas sepuluh dan sebelas.Waktu terus berjalan hingga tak terasa sudah sore hari. Kini tiba saatnya kelas 12 mengakhiri jam tambahan pelajaran. Suara sorak-sorak siswa sangat menggema di setiap kelas ketika bel dibunyikan.“Horeee ... akhirnya balik juga, kepala udah mau botak begini,” seru Rendi yang mendapat pelototan dari Pak Kartono.Pak Kartono sendiri hanya bisa menghela napas lelah, ia memperhatikan anak didiknya yang sebentar lagi akan m
Beberapa bulan kemudian.Setelah melewati banyak drama sekolah yang dimulai dari bolos jam pelajaran, nggak mengerjakan PR, hingga digembleng untuk materi tambahan selama semester dua. Bahkan tak lupa banyak pelajaran hidup yang bisa diambil di dalamnya. Mulai suka sama teman nggak berani tembak, suka sama teman tapi yang disukai udah pacaran sama orang lain, bahkan sudah sama-sama dekat tapi nggak jadian, ada juga yang saling suka hingga jadian seminggu, sebulan, setahun doang habis itu putus. Tak hanya soal cinta saja yang kita dapat semasa SMA. Ada banyak hal yang kita dapat. Kita mengerti artinya persahabatan, saling memahami antara teman sekelas, sebangku bahkan satu sekolah. Masa SMA digunakan sebagai ajang pencarian jati diri bahkan sering sekali hal yang dilarang justru membuat rasa penasaran yang menggebu-gebu hingga terkadang terdapat rasa penyesalan di kemudian hari. Semua itu kita dapat saat masa SMA. Masa di mana semua orang mengan
Jelita, sahabatku.Terima kasih sudah menjadi sahabat gue selama ini. Terima kasih karena lo selalu ada di saat kondisi gue terpuruk, bahkan patah hati karena diputusin cewek untuk pertama kali. Lo benar-benar tak pernah lelah hibur gue, bahkan mencarikan cewek baru buat gue supaya cepat move on. Tapi ... dunia kadang lucu banget, ya, Ta. Gue malahan jatuh cinta sama lo saat ini. Kocak banget nggak, sih.Jelita tersenyum, pikirannya langsung melayang di mana kala Matheo galau karena diputusin cewek untuk pertama kali, lebih parahnya dia hanya pacaran seminggu aja. Bego.Tapi, lagi-lagi kisah percintaan gue nggak seindah acara FTV yang sering tayang itu, nggak pernah mulus. Entah diputusin, atau gue yang kayak bajingan nyakitin cewek. Tapi, ini lebih parahnya ditolak, sih.Lo tahukan siap
Hujan deras di malam hari membuatsiapa pun akan merasa kedinginan. Apalagi ditambah kondisi ac dalam kamar yang menyala dengan suhu rendah. Namun, semua itu tidak berlaku bagi remaja tampan yang kini tengah terlentang di atas ranjang king sizenya. Ia sangat gelisah dalam tidur. Banyak buliran peluh yang menghiasi dahinya saat ini.“Tidaaaak!” teriaknya kencang.Deru napas yang tak beraturanterdengar begitu jelas. Pemuda remaja itu menatap ke arah jam dinding di kamarnya. Ia kemudian mengembuskan napas kasar sambil berdecak kesal.“Shit! Masih jam dua pagi,” dumelnya.Pemuda remaja itu adalah Matheo Demonte Azekiel, anak pertama dari pasanganMelviano Azekiel dan Kaila Mahestri. Matheo ini memiliki darah blasteran California—Indonesia. Wajahnya yang bule membuat remaja seusianya sering kagum saat melihat parasnya yang tampan. Ia sering disapa dengan panggilan Matheo. Tapi, itu tidak berlaku b
Sekolah Nusa Bangsa.Setelah liburan panjang kenaikan kelas. Kini sudah saatnya semua para siswa kembali ke rutinitas seperti biasanya. Menuntut ilmu pelajaran yang disampaikan oleh Bapak/Ibu guru.Pagi ini, sekolah Nusa Bangsa tengah mengadakan upacara bendera merah putih seperti biasa yang mereka lakukan setiap hari senin. Seluruh siswa kini sedang menikmati pengibaran bendera merah putih dengan khitmat.Brug!Salah satu siswa terjatuh di saat pengibaran bendera merah putih dilakukan. Dengan cepat anggota palang merah remaja langsung membopong siswa tersebut menuju ke arah ruang kesehatan sekolah.Mereka langsung membaringkan siswa itu dan segera mengendurkan dasi serta membuka sepatunya.“Bikin teh hangat, cepat!” titah Jelita tegas.“Baik, Kak.” Salah satu anggota palang merah remaja lainnya langsung menuruti apa yang diintruksikan oleh Jelita. Mereka segera membuat teh hanga
Wanita yang tengah menjerit kencang itu adalah Shelka. Dia, Shelka Amanda Pradipta. Wanita yang memiliki obsessi besar untuk mendekati seorang Matheo Demonte Azekiel."Sumpah demi apa, tadi Matheo?Matheo kakaknya Clarisa itu, kan?” Shelka tengah menepuk-nepuk pipinya sendiri. Ia merasa seperti habis bertemuDewa Yunani yang tampannya tiada tara itu. Tanpa Shelka sadari, ia sudah terlalu lama berada di toilet. Alasan ke toilet sebetulnya untuk mencuci muka agar segar.Klek!“Eh, lo tadi anak yang pingsan saat upacara, kan?” tanya salah seorang siswa yang sama-sama memakai seragam SMP.“Emm ... iya.” Shelka meringis tak enak. Belum genap sehari menjadi siswa sekolah Nusa Bangsa sudah terkenal aja. Mana terkenal karena pingsan pula. Sial!“Kenalin, gue Vita.” Vita mengulurkan tangannya.“Shelka.”Mereka sama-sama tersenyum, tanpa sadar mereka tertawa terbahak tanpa tahu apa
“Matheo!”Jelita merasa tak asing dengan orang yang tengah berjalan ke arahnya. Jelita pun memperhatikan seksama. Benar, kan tidak asing. Cewek itu yang tadi ditangani di ruang kesehatan sekolah.“Lo kenal sama dia, Mat?”“Enggak.”Kini Shelka sudah berdiri di depan motor Matheo. Ia menampilkan senyum yang begitu manis. “Kak Matheo,” katanya.“Ada apa?”Shelka diam membisu. Kini ia merutuki dirinya yang kelepasan memanggil Matheo. Giliran sudah di depan orangnya malahan bingung sendiri. “Gapapa, Kak. Cuma mau bilang hati-hati.”Matheo hanya menggelengkan kepalanya saja. Tak ingin membuang waktu percuma, Matheo langsung menarik gasnya. Matheo segera melajukkan motornya melewati Shelka.Jelita menengok sekilas ke arah Matheo. Dapat Jelita lihat tatapan kesedihan yang dipancarkan oleh adik kelasnya itu. “Mat,” panggi
Matheo benar-benar sangat merutuki teman laknatnya itu. Gara-gara dia saat ini dirinya terjebak dengan Shelka di kondisi yang sangat akward.“Kak Matheo, mau minum?” tanya Shelka mencoba bersikap ramah tamah.Matheo hanya melirik sekilas tanpa menjawab pertanyaan Shelka sedikit pun. Ia langsung mengeluarkan ponselnya. Mengecek ada pesan masuk atau tidak. Padahal, tanpa dicek pun Matheo akan merasa ada getaran atau tidak pada ponselnya.Matheo berdecak. “Ren, gue balik, ya.”“Ya elah, baru juga duduk. Temenin Shelka dulu, lah. Nggak kasihan apa lo anak orang dicuekin begitu.” Rendi terus asyik bermain playstationnya tanpa mau menatap Matheo yang sudah sangat terlihat bosan. “Duduk dulu, lah.”“Gue ada urusan penting. Waktu gue nggak mau terbuang percuma seperti ini.” Matheo langsung bangkit dari tempat duduknya. Tanpa sadar tangan mungil Shelka sudah