Aroma familier memenuhi penciuman Sara, tepat ketika ia perlahan membuka kedua matanya. Dan yang ia dapatkan adalah kepalanya yang berdenyut, setelah kesadaran menyeret Sara dari alam bawah sadar.
Rumah sakit, batin Sara. Ketika penciumannya sadar pada aroma obat-obatan yang ia hirup, juga ngilu di tangannya kanannya yang berasal dari jarum infus.
Dojun! Sontak Sara bergerak bangun, meski denyutan di kepalanya semakin menjadi. Mendadak Sara menjadi cemas. Lelaki itu, jika memang Dojun yang membawanya, besar kemungkinan Dojun tahu kondisinya saat ini.
Sara menatap panik seluruh ruangan, namun di sana tidak ada siapa pun selain dirinya. Dojun tidak ada di sini, dan itu semakin membuat Sara tidak bisa menenangkan dirinya.
Sara tanpa sadar memainkan jemarinya, maniknya menatap penuh cemas pada pintu yang tertutup rapat.
Sampai ketika beberapa lama berlalu, ketika Sara tengah mencoba meredakan ketegangan yang memenuhi dirinya. Pintu tersebut terbuka lebar, membuat Sara terlonjak kaget.
Dugaan Sara tidak salah, Dojun memang di sini. Lelaki itu yang membawanya ke tempat ini.
Degup jantung Sara berdetak cepat, kedua bibirnya terkunci rapat dengan manik yang terus memerhatikan Dojun, yang kini berjalan mendekat.
Raut lelaki itu tidak seperti biasanya, Sara tidak menemukan raut apa pun di wajah itu. Hanya datar, dan kosong.
Sampai ketika Dojun sudah sampai di sebelah ranjang Sara, dengan pertanyaan yang Sara takutkan.
"Anak siapa?" tanya Dojun datar, matanya memandang tajam Sara.
Tidak ada balasan, Sara masih dalam keadaan terkejut. Dengan berbagai spekulasi mengerikan yang kemungkinan akan terjadi berikutnya.
"Apa kau tuli?! Aku tanya, anak siapa ini?!" teriaknya, dengan satu tangan menunjuk-nunjuk perut Sara.
Hilang sudah Kim Dojun yang lemah lembut. Sekarang, lelaki itu sudah bermain tangan, tidak seperti dirinya. Satu tangan lainnya mencekik leher Sara tanpa perasaan, membuat si korban kelabakan. Kim Dojun telah kehilangan kendalinya.
Satu tangan Sara mencoba melindungi perutnya, dan satu tangan lainnya mencengkeram pergelangan tangan Dojun, mencoba melepaskan cekikan lelaki itu. Meski ia tahu itu sia-sia, tenaga Dojun bukan tandingannya. Belum lagi tubuhnya yang masih lemas.
Pandangan Sara buram, ia butuh bernapas. Tetapi Dojun masih belum mau melepaskan tangannya dari leher Sara, jika saja ponsel lelaki itu tidak berdering. Mungkin Sara akan berakhir kehilangan nyawanya di tangan Dojun hari ini juga.
Dengan wajah tanpa rasa bersalah, Dojun segera menjauh dari jangkauan Sara, setelah melepaskan cengkeramannya. Mendesis kesal lalu merogoh saku celana, mengeluarkan ponsel dari tempatnya. Mengabaikan Sara yang tengah terbatuk-batuk, menghirup napas dengan rakus.
"Sialan, dasar jalang," kata Dojun berdesis pelan. Menatap layar ponsel yang menampilkan nama si pemanggil.
Dojun kembali menatap Sara, menatap benci pada wanita yang kini terduduk di atas ranjang pasien. "Kita selesai, aku benar-benar menyesal telah jatuh padamu."
"Lihat saja nanti, akan kubuat kau menyesal telah berkhianat."
Mendengar nada bicara Dojun yang terkesan sarkas, di tambah ancaman lelaki itu. Sara menjadi gelisah bukan main, menatap kepergian Dojun. Menyisakan debuman kasar pintu, bersama Sara yang kini hanya diam mematung.
Sara tidak bisa untuk sekedar menyangkal, bagaimanapun juga semua yang di katakan Dojun benar. Sara telah berkhianat, Sara bersalah. Ia tidak pantas untuk sekedar membela diri. Sara hanya mampu terbungkam, dengan semua penyesalan yang memenuhi dirinya.
Sara mengacaukan segalanya.
Ini bencana, kemungkinan besar Dojun akan memberitahu kebenaran ini pada keluarganya. Mengingat bagaimana perjodohan itu terjadi atas nama kerja sama bisnis.
Jika kedua orang tua Sara sampai mengetahui hal ini, terutama Jooin. Sara mungkin hanya tinggal nama.
Selama ini keluarga Sara menjunjung tinggi harga diri, mendidik anak-anaknya untuk menjadi disiplin, jauh dari apa pun yang berbau pergaulan bebas dan melewati batas.
Tapi kini, Sara telah melanggar semua aturan yang berlaku dalam keluarga Kim.
Berkhianat, selingkuh, sex bebasㅡkendati Sara hanya melakukannya dengan Ethanㅡdan sekarang ia hamil di luar ikatan pernikahan. Semuanya lengkap sudah.
Ini adalah akhir Sara.
...
Jika situasi saat ini normal, jika saja semuanya baik-baik saja. Seperti saat-saat sebelumnya, di mana Sara hanya terbaring di rumah sakit, karena kehujanan di pagi hari.
Mungkin Jooin akan datang, meskipun kakaknya itu tengah berada di luar kota sekalipun. Jooin akan selalu meninggalkan pekerjaannya jika menyangkut adik kesayangannya, Sara merupakan prioritas Jooin.
Tapi kini, semuanya berbeda. Jooin tidak datang seperti biasanya, bahkan ini sudah hampir 24 jam lamanya Sara di rumah sakit.
Tidak ada yang datang, hanya ada perawat dan dokter yang sesekali datang untuk memberinya makan ataupun mengganti infus dengan yang baru.
Sara tidak mengharapkan kedatangan orang tuanya, ayah maupun ibunya sudah pasti tidak memiliki waktu hanya untuk melihatnya terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Kedua orang tuanya teramat sibuk, tidak memiliki waktu sedikit pun untuk Sara maupun Jooin sejak dulu.
Maka ketika Sara sibuk dengan berbagai lamunan di benaknya, setelah selesai makan siang, yang beberapa saat lalu di antarkan oleh perawat.
Pintu ruangan tersebut terbuka lebar, Sara sampai terlonjak di karena 'kan si pelaku yang membuka pintu terkesan buru-buru. Sepertinya si pelaku yang membuka pintu sangat tidak sabar ingin masuk.
Suara ketukan sepatu yang beradu dengan lantai menggema, mengiringi setiap detak jantung Sara yang semakin berdegup kencang.
Sosok itu berjalan mendekat, membuat Sara semakin menciut di atas ranjang. Kedua tangannya bertaut gelisah di balik selimut, dengan kepala menunduk.
"Kau telah mengacau, kau membuat keluarga Kim marah Sara." Suara lembut nan tegas itu mengalun, ketika sang ibu telah sampai di sisi ranjang.
Kedatangannya tidak pernah Sara inginkan, karena Sara tahu itu hanya akan berakhir buruk. Jika sudah seperti ini, itu artinya Dojun memang sudah membuktikan ucapannya.
Sara tidak berani mengangkat kepalanya barang sedikit pun, berbisik lirih. "Maaf." hanya itu yang mampu Sara katakan.
Park MinheeㅡIbu Saraㅡtidak mengatakan apa pun, hanya menatap tidak senang pada putrinya. "Itu tidak berguna, kau tahu sendiri."
Sara lagi-lagi hanya mampu terdiam, merasa kecil jika sudah berhadapan dengan sang ibu.
"Gugurkan saja," kata Minhee santai. Seolah hal itu bukanlah sesuatu yang berarti.
Wanita yang berpakaian glamor itu mendengus pelan, "Minta maaf pada Dojun, jika perlu kau harus memohon sekalian." Tambahannya lagi. Lalu melanjutkan. "Aku harap keluarga Dojun masih bisa menerima kau."
Sara terpaku di tempatnya, kedua tangannya mengepal erat meski raut wajah wanita itu terlihat tanpa ekspresi. Ibunya keterlaluan, bagaimana bisa dia mengatakan hal bejat seperti itu dengan begitu santainya.
"Aku tidak mau tahu, kau harus membunuhnya."
[]
Hari itu Sara kembali bertemu Ethan lagi, setelah selama hampir satu bulan mengenal lelaki Lee itu. Sara semakin terpesona pada Ethan, Sara akui Ethan itu terlalu memikat. Ethan Lee sangat sulit untuk di abaikan begitu saja.Di dalam mobil yang penuh dengan aroma Ethan. Sara mulai berpikir. Mungkin, Ethan merupakan sebuah pilihan yang takdir berikan padanya. Sara benar-benar buntu, kepalanya mulai gila karena memikirkan itu.Sara berharap, dalam sudut hatinya. Mungkin Ethan lah orangnya, yang akan membawa Sara keluar dari lingkar keluarganya yang teramat menuntut.Berharap, kedatangan Ethan membuat keadaan menjadi lebih baik. Seperti yang terjadi di dalam drama atau novel-novel picisan. Ethan datang, menyelamatkannya dari perjodohan konyol ini.Terdengar tidak masuk akal, jelas itu hanyalah angan yang mampir di benak Sara. Wanita itu terlalu kalut."Aku harus mampir ke suatu tempat, tak apa 'kan?" Et
Pagi ini, seperti biasa Sara harus menghabiskan waktunya di kamar mandi selama hampir satu jam lamanya, memuntahkan semua sarapan yang bahkan baru beberapa suap masuk ke dalam mulutnya.Menyiksa, tentu saja. Hanya saja, Sara tidak keberatan dengan itu. Entah itu morning sickness yang kata dokter tidak seperti wanita hamil lainnya, mengingat daya tahan tubuh Sara tidak bagus. Ataupun pening yang selalu menderanya di sela-sela waktu bekerja, Sara sudah terlalu biasa dengan segala jenis kesakitan. Seolah sakit raga maupun batinnya sudah menjadi makanan Sara setiap harinya.Sara mendongak, menatap pantulan dirinya di cermin. Melihat dengan jelas bagaimana menyedihkan dirinya, rambut yang di kuncir asal, kantung mata hitam melingkar, juga sudut bibirnya yang masih memperlihatkan luka bekas tamparan ayahnya kemarin.Dengan langkah gontai, Sara membawa kembali dirinya ke dapur. Sepertinya hari ini Sara tidak bisa makan bubur lagi, itu hanya akan berak
Suara gemericik air yang berasal dari arah kamar mandi memecah keheningan suasana kamar milik Sara, menandakan jika seseorang di dalam kamar mandi sana masih melakukan aktivitasnyaㅡmandi.Sedangkan si pemilik kamar, hanya bungkam dengan selimut membalut tubuh polosnya. Irisnya sesekali mengerjap, menatap tanpa ekspresi pada jendela kamar, di mana matahari semakin tinggi.Ethan benar-benar membuktikan ucapannya, dia menyentuh Sara dengan begitu kasar. Menunjukkan dengan jelas kepada Sara, jika Ethan murka.Dalam setiap sentuhannya, Ethan seolah memberitahu Sara. Bahwa Ethan murka, marah, kesal, dengan terang-terangan di ujung pelepasannya di barengi sebuah tamparan Ethan mengatakan sumpah serapah, jika ia begitu membenci Sara.Sara tidak peduli, entah itu pada ungkapan kebencian Ethan di saat klimaksnya. Ataupun perlakuan kasarnya pada tubuh Sara, begitu juga ucapan menyakitkan yang acap kali keluar dari bibir Ethan.Yang Sara khawatirkan h
‘Jadi, maksudmu dia hamil anakmu begitu?'"Mungkin." Nada suara Ethan terdengar tidak meyakinkan untuk si lawan bicara.'Eh? Kau terdengar tidak yakin. Ah, sudah kuduga, akhirnya kau mendapatkan karma eh?'"Aku tidak tahu harus melakukan apa, yang terpikirkan olehku hanya menyuruhnya membunuh anak itu."Seseorang di dalam panggilan itu tertawa rendah singkat seolah ucapan mengerikan Ethan bukan hal serius, kembali membalas.'Karena itu kau menghubungiku, begitu? Kau butuh solusi Tuan Lee?'"Sepertinya."Si lawan bicara tidak memberikan balasan lagi, untuk beberapa saat hening menyelimuti keduanya.'Ya Lee Ethan.'Si lawan bicara berkata dengan nada meremehkan,'Kau ini Ethan Lee, si pengusaha muda sukses yang memiliki harta berlimpah di setiap sudut tempat. Kau memiliki segalanya.'Kening Ethan berkerut tidak mengerti mendengar penuturan orang itu, "Lalu? Janga
Perasaan bangga memenuhi diri Ethan, kedua tungkainya melangkah lebar dengan sudut bibir terangkat. Menyusuri koridor yang sedikit lenggang, mengingat jam kerja kantor di mulai satu jam lagi. Tentu, ini masih terlalu pagi untuk para pegawai datang.Perasaan Ethan sedang dalam keadaan baik, bahkan sangat baik. Sampai-sampai mendadak jadi begitu bersemangat datang ke tempat kerja lebih awal, tidak seperti biasanya.Entahlah, Ethan hanya sedang merasa senang. Ini lebih dari sekedar memenangkan tender dengan nilai selangit. Perasaan ini, lebih dari itu.Alasannya sederhana, hanya membayangkan Kim Sara dalam genggamannya, miliknya, seutuhnya.Ada apa dengan dirinya? Mengingat itu semua saja, sudah mampu membuat Ethan menyeringai tipis, di sela-sela langkahnya yang melangkah di koridor.Ahh, itu sungguh luar biasa.Batin Ethan.Ethan terlalu fokus pada lamunannya, sehingga t
The Kim's.Itulah sebutan yang melekat dalam garis keturunan keluarga besar Sara. Jika ada orang yang mengatakan nama itu, kebanyakan orang akan berpikir. 'Ah, mereka keturunan yang memiliki wajah tidak wajar itu.'Kurang lebih seperti itu.Hanya lewat desas-desus dan gosip dari mulut ke mulut, Ethan hanya tahu sebatas itu, Ethan tidak pernah melihatnya secara langsung. Tetapi, jika melihat bagaimana Kim Jisang juga kedua anaknya, dan juga jangan lupakan si idol Kim Taekyung yang katanya sepupu dari Sara. Mereka memang memiliki semua kriteria yang orang-orang sebutkan. Sepertinya Ethan harus mengakui semua yang dikatakan orang-orang.Terutama setelah Ethan melihat dengan kedua mata kepalanya sendiri, siapa dan bagaimana ituThe Kim's.Keluarga Sara memanggil Ethan, memintanya untuk datang ke dalam sebuah makan malam keluarga Kim. Semua anggota keluarga Kim datang, berkumpul di rumah nenek SaraㅡKim Dain. Anggota ter
'Kenangan beracun yang ada di hatiku, terus tumbuh dan semakin dalam. Mendorongku lebihjauh,menyudutkanku, termasuk menyalahkan diri.'[EXO - Trauma]...Tahu apa arti Kim Sara untuk Jooin?Jooin selalau menganggap Sara adalah separuh dirinya. Ketika Sara sakit, maka Jooin akan menjadi satu-satunya yang kesakitan menyaksikan hal itu. Ketika Sara menangis karena segala tuntutan keluarganya sendiri, Jooin akan menjadi satu-satunya orang yang bersedih untuk Sara. Ketika Sara senang, Jooin akan menjadi yang paling bahagia melihat ada tawa di bibir kecil Sara. Dan ketika semua orang menentang keinginan Sara, Jooin akan menjadi satu-satunya yang mendukung Sara dalam keadaan apapun.Jadi saat Jooin mengetahui apa yang terjadi pada Sara saat ini, Jooin hancur sehancur-hancurnya. Sebagian dirinya meradang, membayangkan selama ini Sara kesulitan tanpa dirinya, mengetahui Sara menutupi kenyataan mengerikan itu da
Seumur hidup, Jooin belum pernah merasakan dirinya sepanik pagi ini. Ketika ia menemukan unit apartement milik Sara kosong tidak berpenghuni, lengkap dengan barang-barangnya yang sudah raib hilang entah kemana.Beberapa saat lalu saat Jooin baru saja sampai di Korea dan kembali ke rumah orang tuanya, Jooin tidak menemukan keberadaan Sara disana mengingat Sara sangat tidak suka berada satu atap bersama kedua orang tuanya. Dan Kini apartemen yang belakangan ini ditinggali Sara pun kosong.Sara berubah, dia tidak seterbuka dulu lagi pada Jooin. Dan Jooin benci kenyataan itu, bukan karena Sara yang tidak memedulikannya lagi, atau kemungkinan Sara tidak membutuhkannya lagi. Tetapi karena itu Sara, Jooin tahu Sara hanya mencoba menanggung segalanya sendiri, menyembunyikan lukanya dari semua orang termasuk Jooin.Ada kalanya Jooin begitu membenci Sara, seperti saat ini, ketika sang adik memilih bungkam seribu bahasa. Enggan membagi rasa sakitnya barang secuilpun. Sara