Share

Pernikahan

Seharusnya pagi ini ia bisa bersuka cita menyambut semuanya, seharusnya ia tersenyum di depan cermin, atau menciumi bunga mawar putih yang ia genggam. Seharusnya. Tapi sayangnya kata-kata seharusnya itu ia tempik kasar, karena pernikahan ini sama seperti ia kehilangan kendali atas dirinya. Pernikahan ini bukan inginnya melainkan sebuah paksaan, pernikahan ini atas dasar pertumbalan, dan pernikahan ini antara manusia dan seorang iblis.

Jeri tidak akan bahagia.

Pernikahan ini sebagai tanda buruk bagi warga desa sebab sejak Jeri didandani beberapa kali desa terkena gempa ringan dan sungai di desa bergelombang besar padahal biasanya tidak terjadi sama sekali, tapi warga bersikap acuh kepada keadaan di sekelilingnya.

Tidak lama Jeri digiring ke tebing mendekati gua, pemuda itu berkali-kali ingin jatuh karena tidak terbiasa memakai gaun, dan terkadang juga kedua tangannya menarik rambutnya yang digulung ke atas menjadi sanggul. 

Sejak pertama kali ia membuka mata, banyak orang yang mulai membangun desanya kembali, tetapi setelah kehancuran itu semua berbeda. Iblis meminta seorang gadis pada tiap tahunnya untuk dinikahi, dengan alasan supaya desa tidak dihancurkan lagi, masyarakat pun percaya akan ucapan iblis itu.

Bahkan temannya juga ada yang menjadi korban.

Saat hampir sampai ke mulut gua tiba-tiba terjadi gempa yang berskala sangat besar hingga beberapa pepohonan tumbang dan tanah di sekitar tebing longsor, sebenarnya apa yang terjadi? Gempa berlangsung cukup lama hingga membuat mereka harus berusaha menyelematkan diri, mengabaikan Jeri yang terdiam di tempat dengan mata yang terpejam.

Gempa terhenti ketika Jeri membuka mata, setelah itu mereka kembali berjalan menuju mulut gua yang di depannya sudah ada dua hewan legendaris milik iblis, yaitu macan kumbang dan serigala putih. Sesajian mulai diturunkan di depan kedua hewan itu, setelah itu Jeri didorong ke depan karena tidak segera melangkah.

"Kami kira kalian tidak akan memberikan istri untuk Tuan kami," kata sinis macan kumbang sambil menatap masyarakat lapar, membuat mereka semua ketakutan. Di sisi lain ada serigala putih yang sedang mengamati pawakan sang pengantin, serigala itu pernah merasakan kekuatan ini di tahun-tahun yang lalu, serigala itu teringat bahwa pengantin ini adalah anak kecil yang ingin memberontak dulu. 

"Naiklah, akan ku bawa kamu ke hadapan Tuan kami." Suruh macan kumbang membuat Jeri yang menunduk langsung bergerak pelan duduk di atas punggung macan itu. Saat Jeri dan kedua hewan itu mulai memasuki gua, ia menoleh ke belakang sambil menampilkan wajah dan sorot mata terluka.

"Desa itu harus musnah," pikirnya setelah mulut gua tertutup kemudian tidak dapat dipandang oleh mata telanjang, gua ini adalah gua gaib. 

Sesaat setelah Jeri berpikir bahwa desa yang menyakitinya harus musnah dan gua itu menghilang, tiba-tiba angin topan melanda perjalan pulang masyarakat, air sungai meloncat naik merambat tanah dan bumi bergetar sangat hebat. Sebuah kehancuran yang memakan banyak jiwa melanda desa itu sampai rata dengan tanah.

"Apa yang terjadi?" Serigala putih langsung menatap pintu gua yang sudah menutup setelah ia merasakan getaran dasyat yang membuat ia terkejut, sama seperti yang dilakukan Jeri dan macan kumbang.

"Turunlah dan berjalanlah terus ke depan, kamu akan menemukan Tuan kami. Kami pergi dulu," Setelah Jeri turun dua makhluk itu menghilang dalam sekejap mata, membuat Jeri melongo tidak percaya. Karena di akademi dulu ia belum diajari cara menghilang seperti itu. Jeri menatap sekitarnya, dinding gua sangat kelam dengan warna batu dan ruangan gua ini seperti sebuah rumah biasa dengan meja, kursi, dan alat-alat lain yang tersusun rapi. Jeri memberanikan diri melangkah semakin masuk, membiarkan setelah ini ia akan meninggal di tangan iblis.

..

"Yang Mulia Raja, saya mau memberikan berita!"

Raja yang saat itu sedang santai di paviliun dengan istrinya sambil meminum secangkir teh langsung menatap tajam prajurit yang tidak ada sopan-sopannya itu saat menghadapnya, saat ia hendak melontarkan kalimat sinis kepada prajurit, Laquitta---ratu---langsung menahannya dan menyuruh ia tenang.

"Ada berita apa sampai kamu melakukan hal tidak sopan di hadapanku?" Dengan menjaga wibawanya, Zeth---raja---berucap.

"Maafkan saya Yang Mulia Raja," Prajurit itu langsung bersujud di depan Zeth dengan mengucapkan kata-kata maaf, setelah Seth menyuruhnya bangkit barulah ia bangkit dan berkata, "Yang Mulia Raja, desa Uru mengalami bencana besar yang sangat langka, kata Panglima perang Genius itu adalah hasil dari sebuah kekuatan besar. Desa itu sekarang sudah rata dengan tanah dan tidak ada yang hidup, saya takut jika dia ikut terbawa dalam kejadian itu."

Liquitta mencengkram dadanya, rasanya sangat sakit. 

"Jangan bercanda, Genius tahu dari mana mengenai hal ini?!" Zeth berdiri dan memasang muka murka.

"Maaf Yang Mulia Raja, Genius menggunakan kekuatan matanya untuk melacak kekuatan besar yang membuat energi sihirnya terganggu." Lapor prajurit itu.

Rahang Zeth mengetat, sedangkan Liquitta semakin tidak tahan dengan rasa sakit di dadanya. Ia berharap anak itu baik-baik saja, karena masa depan kerajaan ini ada padanya.

"Sekarang di mana panglima perang Genius berada?" tanya Zeth.

"Panglima perang sedang berada di halaman depan istana dengan Yang Mulia Putra Mahkota, mereka sedang mengatur pasukan untuk ke desa Uru secepatnya," jawab prajurit itu.

Zeth memberi kode ke prajuritnya untuk pergi, kemudian ia segera merangkul Liquitta. "Anak akan baik-baik saja, Istriku, kerajaan kita akan aman."

Liquitta mengangguk tapi wajahnya masih terlihat murung. "Iya, dia akan baik-baik saja, Suamiku."

Sedangkan di halaman depan istana ada Genius dan Harry yang sibuk mengatur pasukan, sebenarnya hal ini tugas Genius tapi Harry ikut melakukannya karena berharap tugas akan segera selesai dan mereka segera berangkat menemui bidak utama keselamatan dunia.

"Kau tidak berbohongkan, Genius?" sengit Harry.

"Tidak, aku tidak berbohong sama sekali. Ada yang menggunakan kekuatan restraint secara sengaja, Yang Mulia. Kekuatan itu sangat langka bahkan hampir punah, banyak yang tidak bisa menaklukkan kekuatan itu." Genius menerawang jauh.

"Apa dia seorang musuh?" Genius menggelengkan kepala sambil bergumam tidak tahu, karena ia tidak merasakan adanya kekuatan jahat disaat hal itu terjadi. "Sekuat apa kekuatan itu hingga bisa meluluh lantahkan desa," 

Genius meneriaki salah satu prajurit yang tidak segera baris kemudian menatap Harry--putra mahkota---setelah semua terkendali, "Kekuatan restraint adalah kekuatan pengendalian atas seluruh elemen bumi, penggunanya bisa mengendalikan semua elemen yang ada di bumi sesukanya yang berakibatkan fatal."

"Pantas saja, lalu tidak dapatkan kamu melihat dengan mata kuatmu itu jika dia baik-baik saja?" Harry kembali menyinisi Genius.

Genius kembali menggeleng, "Aku tidak melihat adanya dia dalam bencana itu. Tapi aku melihat masyarakat berada di tebing entah kenapa." Genius sedikit curiga saat penglihatannya memandang banyaknya masyarakat yang berada di tebing saat bencana terjadi.

"Dia dinyatakan menghilang begitu? jangan bercanda Genius!" Harry menaikkan pedang sampai hampir menyentuh puncuk hidung mancung Genius.

"Sarungkan pedangmu, Nak." Kata Zeth datar membuat Harry langsung memasukkan kembali pedangnya ke sarung pedang yang ada di belakang punggungnya.

"Kita pergi ke desa Uru sekarang juga."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Richa Susilo
Lelaki berambut panjang di novel ataupun anime selalu tampak menawan meskipun jahat, kwkwkwkkw
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status