Share

Sang iblis

Tubuh Jeri bergetar saat melihat monster di depannya, ya, seekor kelelawar raksasa sedang menghadapnya dengan mata merah. Monster itu menggunakan jubah merah menyala yang sangat elegan, tapi tidak cocok dengan postur tubuhnya. Di dalam kamus hidup Jeri sama sekali tidak ada namanya kelelawar sebesar rumah seperti ini, tapi sekarang di kamus hidupnya sudah tercatat bahwa iblis yang meminta menikah dengan gadis berumur 15 tahun adalah kelelawar besar ini. 

Sebentar lagi sepertinya ia akan dimakan oleh monster ini, Jeri mulai berdoa di dalam hati kepada Dewa jika ia melakukan kesalahan semoga cepat dimaafkan oleh Dewa.

Tiba-tiba ada asap hitam yang mengelilingi tubuh monster tersebut hilang yang membuat Jeri harus melangkah ke belakang sambil menajamkan matanya. Monster itu menghilang dengan berganti wujud sebagai manusia berambut panjang, wajah rupawan seperti dewa, kulit putih susu, dan jubah panjang berwarna hitam.

Kelereng hitam milik iblis itu menatap tajam mata cokelat menenangkan milik Jeri, iblis itu sedang mengamati Jeri dengan intens. Yang ada di hadapannya adalah manusia berambut cokelat susu yang disanggul, wajahnya ayu seperti dewi-dewi, kulitnya sawo matang yang membuat kesan manis, dan masih banyak hal menarik lainnya yang belum iblis itu tamati karena tiba-tiba manusia itu bertanya dengan nada takut.

"Apa...apa, k...kau akan memakanku seperti kau mem...memakan temanku?!"

Jeri mengumpati mulutnya sendiri karena ucapannya membuat iblis tampan itu melangkah mendekat, tubuhnya semakin bergetar takut. Tangan berkuku hitam itu menarik sanggulnya sampai lepas kemudian entah dari mana datangnya sebuah pedang ada di tangan iblis itu. Jeri memejamkan matanya ketika pedang itu terayun ke lehernya, ia akan mati karena dibunuh iblis tampan itu.

Tapi kenapa setelah sepersekian detik ia tidak merasakan kepalanya terputus dari tubuhnya? Atau dadanya yang terbelah? tidak ada rasa sakit sama sekali. Perlahan dengan memberanikan diri ia membuka mata, yang ia pandang pertama kali adalah wajah tampan iblis itu yang tidak jauh darinya. 

"Kau seorang gadis berusia dua belas tahun bukan, kau dan wargamu membohongiku." Dengan suara dingin tanpa intonasi iblis itu menunjukkan rambut panjang Jeri yang sudah ia tebas tadi.

Jeri langsung meraba kepalanya memastikan rambutnya, matanya melotot lucu dan bibirnya mengerucut imut ketika menyadari rambutnya sudah terpotong sampai sebawah telinga. Kemudian ia menatap takut iblis itu, "Aku..aku bisa pergi jika kau tidak mau bersamaku, tapi jangan marah kepada masyarakat desaku." Jeri sakit sendiri ketika mengucapkannya. "Untuk keterlambatan pernikahan selama dua bulan ini juga karena aku yang menolak, maafkan aku, mungkin aku harus pergi." Jelas Jeri lagi.

Iblis itu hanya menunjukkan wajah tripleknya kemudian membalik badan. "Aku hanya membutuhkan teman," setelah itu ia pergi dengan cara menghilang seperti yang di lakukan macan kumbang dan serigala putih tadi.

"Kenapa semua melakukan hal tidak sopan? Main menghilang begitu saja, lalu apakah wajahnya tidak lelah seperti itu terus? Aish..lebih baik aku memutari gua ini, siapa tahu Rosi dapat aku temukan." Jeri melangkah pergi memasuki gua, ia tidak peduli jika ia tersesat.

Gua yang dihuni oleh iblis, macan kumbang, dan serigala putih itu sangat luas. Banyak belokan-belokan yang membuat siapapun yang masuk akan merasa pusing karena seperti dipermainkan oleh gua itu, apalagi bau gua semakin masuk malah semakin berbau aneh yang membuat siapapun akan merasa seperti dibunuh secara perlahan.

Seorang gadis tengah memegangi dinding gua sambil memejamkan mata, suara ringisan kesakitan juga terdengar di lorong gua, kepala pemuda itu berputar-putar, paru-parunya seperti dipaksa lepas dari tubuhnya, dan keringat dingin mulai mengucur deras menuju leher. Dia keracunan udara aneh di dalam gua, "To...tolong..." mata cokelat Jeri memandang lantai gua sambil menangis, perlahan tubuhnya meringan disertai matanya yang menutup.

Ia dapat merasakan tubuhnya melayang jatuh, hal terakhir yang ia rasakan adalah tubuhnya berada dalam dekapan seseorang yang tidak tahu siapa namanya. Setelah itu kesadarannya benar-benar lenyap, warna hitam jadi temannya. Mungkin ia sudah mati seperti keinginannya saat menjadi pengantin iblis.

Ternyata yang menangkap tubuh Jeri adalah iblis berwajah tampan namun memiliki kelainan di wajahnya, yaitu tidak bisa tersenyum. Setiap saat wajah iblis itu tetap seperti sebuah dinding, rata tak tersentuh. Dingin dan datar.

 Dengan pelan-pelan sang iblis menggendong tubuh Jeri ala pengantin dan kemudian ia menghilang dalam sekejap mata dan kembali terlihat di sebuah ruangan yang seperti kamar di dalam gua itu. Sang iblis menaruh tubuh lemah gadis itu disebuah tempat tidur yang terbuat dari batu dan dilapisi dengan sebuah daun sulur yang menutup penuh permukaan tempat tidur batu itu.

"Tuan, dia kenapa?" tanya serigala putih dengan mata biru yang menatap tubuh lemas Jeri. 

Tapi tidak ada jawaban dari iblis itu yang dipanggil Tuan, karena sang iblis sedang berusaha menyelamatkan nyawa Jeri dengan mengalirkan sedikit kekuatan penyembuhan untuk dia. Kedua telapak tangan iblis tersebut menempel ke dada Jeri, memberikan penyembuhan kepada pemuda yang menjadi pengantin Iblis.

Macan kumbang menatap serigala putih dengan tatapan ingin tertawa, membuat serigala putih yang di pandang seperti itu tidak terima dan langsung mencakar wajah macan kumbang. "Berhentilah merendahkan orang lain dengan mata hijaumu itu!" 

Sang macan kumbang mengerang kesakitan sampai terdengar aungan macannya, membuat iblis tampan menatap datar macan kumbangnya. "Aku tidak sedang merendahkanmu, bodoh! aish, ini sakit!" 

"Lalu siapa yang kamu rendahkan hum?"

"Tuan." 

"Kenapa?"

"Tuan, pengantin anda seorang masih anak kecil lalu saat melakukan malam pertama bagaimana? Bukankah malam ini seharusnya malam pertama anda? hahahahhahahahaha!" Macan kumbang tertawa kencang tanpa tahu malu jika tuannya sedang menatapnya. 

Karena seberapa jahatnya ia saat menjahili tuannya, ia tidak akan terkena amarahnya karena tuannya seperti sudah tahu watak mereka berdua. Jadi setiap ia dan serigala putih melakukan pertikaian atau hal konyol lain, tuan mereka hanya diam dan memandang tanpa ingin merespon atau menghentikan tingkah mereka.

Serigala putih memandang ketus macan kumbang. "Gerrald bodoh, dengarkan aku yang tampan ini. Apa kau lupa jika Tuan tidak pernah menyentuh pengantinnya sampai mereka meninggal?"

Macan kumbang itu berhenti tertawa. "Aku hanya menghayal, jadi jangan terbawa suasana. Dan ya, kau terlihat cantik dengan wujud serigala putihmu itu, Lionel."

"Sialan kau!"

"Hahahhaha!"

Dunia memang adil dengan menghadirkan dua sosok makhluk seperti Lionel si serigala putih dan Gerrald si macan kumbang disekitar sang iblis yang memiliki sikap datar, dengan begitu keadaan menjadi sedikit berwarna. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status