Share

My Little Wife, It's Mine!
My Little Wife, It's Mine!
Penulis: Lioramy93

Bab 01 - My Life

Setelah melewati tiga bulan terjebak dalam butiran salju dan udara yang selalu dingin, Hari ini merupakan awal memasuki musim panas, awal dimana semua pertemuan yang Liera pikir akan menjadi sebuah sejarah dalam hidupnya.

Dipagi yang sangat cerah ditambah dengan teriknya sinar matahari membuat semuanya menjadi lebih mudah panas. Namun seperti cuaca tidak akan mempengaruhi kenyamanan Leira yang masih saja memejamkan kedua matanya saat suara alarm ponselnya terus berdering di samping telinganya.

Gadis cantik keturunan Inggris itu masih saja menutupi dirinya dengan selimut yang tentu saja untuk menghindari cahaya matahari yang mengganggu tidurnya, padahal cuaca begitu panas dan waktu yang sudah menjelang siang, tapi seperti sekali lagi Liera tidak akan terpengaruh apapun mau badai hujan sekalipun menerpa dirinya. 

Kecuali satu, teriakkan dari seorang ibu yang mampu membangunkan Liera. Dan sebentar lagi itu akan segera terjadi.

"Liera!!!" 

"Liera!!! Kau belum bangun juga?" 

"Liera!!! Bangun!"

Seperti diberikan sinyal darurat, Liera sampai terjauh dari ranjangnya saat suara sang ibu bergema di seluruh kamarnya, gadis yang malang.

"Liera!!" 

"Ya, Ibu"

Liera bangun untuk melepaskan selimut yang masih melilit di tubuhnya, masih dengan pakaian tidur bermotif doraemon gadis cantik itu segera melangkah mendekati pintu untuk menyapa sang ibu.

"Ibu, tidak bisakah membangunku lebih baik? Lagipula hari ini libur sekolah, apakah Liera tidak boleh bangun siang?"

"putriku, Ibu tidak pernah mengatakan jika hari libur untuk bermalas-malasan bukan?" ucap Merry, dia mengelus surai sang putri yang selalu dianggap seperti bocah berusia 5 tahun padahal usia Liera saat ini sudah memasuki usia 18 tahun namun tingkah dan sifatnya masih seperti anak kecil.

"tapi Ibu—teman Liera di sekolah selalu bercerita jika mereka sangat suka menghabiskan hari liburan-nya bermalas-malasan dan terkadang mereka pergi ke tempat yang mereka inginkan tanpa perlu diikuti siapapun."

Merry membawa Liera untuk masuk kembali kedalam kamarnya, menyuruh putrinya untuk duduk di ranjangnya bermotifkan barbie dan beberapa boneka yang berserakan di lantai, ruangan yang sudah seperti kamar untuk anak berusia lima tahun bukan sebuah kamar sebuah gadis yang akan melangkah ke dunia pendewasaan. 

"Liera tahu? Leira dan teman Leira itu berbeda, setiap orang tua mempunyai pendidikan tersendiri untuk anaknya, Liera tidak mau di bilang anak nakal,kan?" tanya Merry, dia berdiri didepan Liera yang menundukkan pandangannya dari dirinya.

"Tidak Ibu, Liera tidak nakalkan? Apa teman-teman Liera nakal?" tanya Leira dengan lugunya, dia memainkan jarinya saat mengajukan pertanyaan itu pada sang ibu yang tidak pernah meninggikan suara saat sedang berbicara dengannya, tidak pernah memukul apalagi membentak Liera.

"Liera, di dunia ini ada banyak sekali hal yang tidak bisa di katakan salah dan benar, tapi semua itu tergantung dari pandangan orang lain, Ibu tidak mengatakan jika teman Liera nakal atau Liera yang nakal, Ibu hanya ingin Liera harus menjadi putri yang baik, Liera mengerti?" tanya Merry pada Leira yang sedang bingung, dia benar-benar menganggap Liera sebagai anak kecil bukan seorang gadis.

Liera mencoba memahami ucapan sang ibu, namun itu butuh waktu yang lama untuknya, hingga lima menit berlalu barulah Liera menganggukkan kepalanya sebagai tanda jika memang dia mengerti.

"Ibu, bantu merapikan kamarmu, baru setelah itu kita bicara lagi."

Liera tersenyum tebar sambil mengangguk kepalanya penuh dengan minat, Merry dan Liera keduanya lebih sibuk membersihkan kamar Liera daripada melakukan hal lain.

"Lain kali jika Liera selesai bermain, letak-kan semuanya ditempat semula, kamu tidak boleh membiarkan kamar ini berantakan."

"Liera tidak akan melakukannya lagi, Ibu apakah Kakak Keira akan pulang hari ini?"

Merry menghentikan kegiatannya saat dia sedang mengambil pakaian Liera yang kotor, dia hampir lupa jika dia masih memiliki satu putri yang kini sudah bekerja sebagai model dan sebentar lagi akan menikah, Keira dan Liera keduanya begitu memiliki kemiripan di wajah namun untuk sifat bagaikan api dan air yang tidak bisa bersatu, jika Liera didik penuh dengan tekanan untuk menjadi gadis penurut lain berbeda dengan Keira yang didik dengan kebebasan karena ayahnya.

Dulu setelah bercerai dengan Christian di usia pernikahan mereka yang baru saja berjalan selama 7 tahun , hak asuh anak tidak bisa Merry dapatkan sepenuhnya, dia terpaksa melepaskan hak asuh untuk Keira saat usianya baru saja 6 tahun dan saat itu Liera baru berusia 2 tahun. 

Keira di bawa Cristian ke inggris setelah mereka bercerai  dan Keira di besarkan di sana bersama kedua orangtua Cristian, setiap bulannya Merry selalu saja menyempatkan diri untuk menghubungi Cristian walau sangat sulit bagi Merry untuk mengetahui kabar sang putri, tapi seperti Merry benar-benar dijauhkan oleh putrinya sendiri hingga bertahun-tahun lamanya. 

Merry saat itu masih merintis usahanya yang hampir saja bangkut karena terlalu hancur dengan perceraian pernikahannya, belum lagi saat itu Merry harus kehilangan sang ibu di masa sulitnya hingga terpaksa Merry melepaskan Keira begitu saja di tangan mantan suaminya. 

Hingga 12 tahun berlalu begitu saja tepat ketika usia Leira berusia 18 tahun, tiba-tiba saja Merry mendapatkan kabar jika Keira memutuskan untuk tinggal bersamanya setelah menyelesaikan sekolahnya yang baru lulus dari bangku SMA.

Tentu saja sebagai ibunya Merry begitu senang bisa tinggal bersama kedua putrinya, namun pertemuan pertama Merry dan Keira setelah sekian lama tidak bertemu bukan satu hal yang bisa dikatakan baik, bahkan saat Merry ingin memeluk tubuh putrinya, Keira menolak secara kasar dan mengatakan secara terang-terangan jika dia membenci Merry.

Merry pikir, dia bisa kembali merasakan indahnya kehidupan dulunya namun perubahan Keira yang tidak pernah Merry harapkan membuat dirinya takut jika Lisa akan seperti kakaknya, secara perlahan Yoona mengubah kepribadian Lieea menjadi gadis penurut hingga sekarang ini.

Namun Merry tidak tahu jika tindakannya sangat salah dan terlalu gegabah untuk dilakukan, bagaimanapun Liera seorang gadis yang seharusnya diberikan sedikit kebebasan bukan sebuah tekanan untuk tetap menurut. 

"Keira? Ibu belum menghubunginya, dia terlalu sibuk dengan urusan pekerjaannya, Liera merindukannya?" 

Liera mengangguk, dia berjalan mendekati sang ibu.

"Liera tidak pernah berbicara dengan Kakak Keira, bahkan kita hanya berpapasan lalu setelah itu Kakak Keira pergi begitu saja"

"Mungkin kakakmu lelah dan ingin segera beristirahat, pekerjaannya begitu berat untuknya"

"Ibu, apakah suatu hari nanti Liera juga akan seperti Kakak Keira?"

Merry sedikit menaikan alisnya, dia bingung dengan apa yang Lisa maksudkan.

"tentu, Liera juga akan tumbuh dewasa."

"kapan itu terjadi Ibu? Apakah usia Liera belum bisa di katakan dewasa"

Merry mengangguk, waktu begitu cepat berlalu hingga rasanya Merry masih ingin menganggap Liera seperti bayi kecilnya namun sudah tidak layak dikatakan itu mengingat Liera yang baru akan memasuki 18 tahun, dia bahkan sebentar lagi akan lulus dari bangku SMA-nya dan akan menuju dunia perkuliahan.

"Usia tidak bisa diukur untuk mengatakan seseorang itu dewasa Liera, sayang." 

Merry kembali mengambil keranjang pakaian kotor yang diletakkan di lantai, dia mengelus surai Liera sekali lagi sebelum meninggalkan kamar sang putri. "Kamu mandilah, aku akan menyiapkan sarapan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status