Setelah melewati tiga bulan terjebak dalam butiran salju dan udara yang selalu dingin, Hari ini merupakan awal memasuki musim panas, awal dimana semua pertemuan yang Liera pikir akan menjadi sebuah sejarah dalam hidupnya.
Dipagi yang sangat cerah ditambah dengan teriknya sinar matahari membuat semuanya menjadi lebih mudah panas. Namun seperti cuaca tidak akan mempengaruhi kenyamanan Leira yang masih saja memejamkan kedua matanya saat suara alarm ponselnya terus berdering di samping telinganya.
Gadis cantik keturunan Inggris itu masih saja menutupi dirinya dengan selimut yang tentu saja untuk menghindari cahaya matahari yang mengganggu tidurnya, padahal cuaca begitu panas dan waktu yang sudah menjelang siang, tapi seperti sekali lagi Liera tidak akan terpengaruh apapun mau badai hujan sekalipun menerpa dirinya.
Kecuali satu, teriakkan dari seorang ibu yang mampu membangunkan Liera. Dan sebentar lagi itu akan segera terjadi.
"Liera!!!"
"Liera!!! Kau belum bangun juga?"
"Liera!!! Bangun!"
Seperti diberikan sinyal darurat, Liera sampai terjauh dari ranjangnya saat suara sang ibu bergema di seluruh kamarnya, gadis yang malang.
"Liera!!"
"Ya, Ibu"
Liera bangun untuk melepaskan selimut yang masih melilit di tubuhnya, masih dengan pakaian tidur bermotif doraemon gadis cantik itu segera melangkah mendekati pintu untuk menyapa sang ibu.
"Ibu, tidak bisakah membangunku lebih baik? Lagipula hari ini libur sekolah, apakah Liera tidak boleh bangun siang?"
"putriku, Ibu tidak pernah mengatakan jika hari libur untuk bermalas-malasan bukan?" ucap Merry, dia mengelus surai sang putri yang selalu dianggap seperti bocah berusia 5 tahun padahal usia Liera saat ini sudah memasuki usia 18 tahun namun tingkah dan sifatnya masih seperti anak kecil.
"tapi Ibu—teman Liera di sekolah selalu bercerita jika mereka sangat suka menghabiskan hari liburan-nya bermalas-malasan dan terkadang mereka pergi ke tempat yang mereka inginkan tanpa perlu diikuti siapapun."
Merry membawa Liera untuk masuk kembali kedalam kamarnya, menyuruh putrinya untuk duduk di ranjangnya bermotifkan barbie dan beberapa boneka yang berserakan di lantai, ruangan yang sudah seperti kamar untuk anak berusia lima tahun bukan sebuah kamar sebuah gadis yang akan melangkah ke dunia pendewasaan.
"Liera tahu? Leira dan teman Leira itu berbeda, setiap orang tua mempunyai pendidikan tersendiri untuk anaknya, Liera tidak mau di bilang anak nakal,kan?" tanya Merry, dia berdiri didepan Liera yang menundukkan pandangannya dari dirinya.
"Tidak Ibu, Liera tidak nakalkan? Apa teman-teman Liera nakal?" tanya Leira dengan lugunya, dia memainkan jarinya saat mengajukan pertanyaan itu pada sang ibu yang tidak pernah meninggikan suara saat sedang berbicara dengannya, tidak pernah memukul apalagi membentak Liera.
"Liera, di dunia ini ada banyak sekali hal yang tidak bisa di katakan salah dan benar, tapi semua itu tergantung dari pandangan orang lain, Ibu tidak mengatakan jika teman Liera nakal atau Liera yang nakal, Ibu hanya ingin Liera harus menjadi putri yang baik, Liera mengerti?" tanya Merry pada Leira yang sedang bingung, dia benar-benar menganggap Liera sebagai anak kecil bukan seorang gadis.
Liera mencoba memahami ucapan sang ibu, namun itu butuh waktu yang lama untuknya, hingga lima menit berlalu barulah Liera menganggukkan kepalanya sebagai tanda jika memang dia mengerti.
"Ibu, bantu merapikan kamarmu, baru setelah itu kita bicara lagi."
Liera tersenyum tebar sambil mengangguk kepalanya penuh dengan minat, Merry dan Liera keduanya lebih sibuk membersihkan kamar Liera daripada melakukan hal lain.
"Lain kali jika Liera selesai bermain, letak-kan semuanya ditempat semula, kamu tidak boleh membiarkan kamar ini berantakan."
"Liera tidak akan melakukannya lagi, Ibu apakah Kakak Keira akan pulang hari ini?"
Merry menghentikan kegiatannya saat dia sedang mengambil pakaian Liera yang kotor, dia hampir lupa jika dia masih memiliki satu putri yang kini sudah bekerja sebagai model dan sebentar lagi akan menikah, Keira dan Liera keduanya begitu memiliki kemiripan di wajah namun untuk sifat bagaikan api dan air yang tidak bisa bersatu, jika Liera didik penuh dengan tekanan untuk menjadi gadis penurut lain berbeda dengan Keira yang didik dengan kebebasan karena ayahnya.
Dulu setelah bercerai dengan Christian di usia pernikahan mereka yang baru saja berjalan selama 7 tahun , hak asuh anak tidak bisa Merry dapatkan sepenuhnya, dia terpaksa melepaskan hak asuh untuk Keira saat usianya baru saja 6 tahun dan saat itu Liera baru berusia 2 tahun.
Keira di bawa Cristian ke inggris setelah mereka bercerai dan Keira di besarkan di sana bersama kedua orangtua Cristian, setiap bulannya Merry selalu saja menyempatkan diri untuk menghubungi Cristian walau sangat sulit bagi Merry untuk mengetahui kabar sang putri, tapi seperti Merry benar-benar dijauhkan oleh putrinya sendiri hingga bertahun-tahun lamanya.
Merry saat itu masih merintis usahanya yang hampir saja bangkut karena terlalu hancur dengan perceraian pernikahannya, belum lagi saat itu Merry harus kehilangan sang ibu di masa sulitnya hingga terpaksa Merry melepaskan Keira begitu saja di tangan mantan suaminya.
Hingga 12 tahun berlalu begitu saja tepat ketika usia Leira berusia 18 tahun, tiba-tiba saja Merry mendapatkan kabar jika Keira memutuskan untuk tinggal bersamanya setelah menyelesaikan sekolahnya yang baru lulus dari bangku SMA.
Tentu saja sebagai ibunya Merry begitu senang bisa tinggal bersama kedua putrinya, namun pertemuan pertama Merry dan Keira setelah sekian lama tidak bertemu bukan satu hal yang bisa dikatakan baik, bahkan saat Merry ingin memeluk tubuh putrinya, Keira menolak secara kasar dan mengatakan secara terang-terangan jika dia membenci Merry.
Merry pikir, dia bisa kembali merasakan indahnya kehidupan dulunya namun perubahan Keira yang tidak pernah Merry harapkan membuat dirinya takut jika Lisa akan seperti kakaknya, secara perlahan Yoona mengubah kepribadian Lieea menjadi gadis penurut hingga sekarang ini.
Namun Merry tidak tahu jika tindakannya sangat salah dan terlalu gegabah untuk dilakukan, bagaimanapun Liera seorang gadis yang seharusnya diberikan sedikit kebebasan bukan sebuah tekanan untuk tetap menurut.
"Keira? Ibu belum menghubunginya, dia terlalu sibuk dengan urusan pekerjaannya, Liera merindukannya?"
Liera mengangguk, dia berjalan mendekati sang ibu.
"Liera tidak pernah berbicara dengan Kakak Keira, bahkan kita hanya berpapasan lalu setelah itu Kakak Keira pergi begitu saja"
"Mungkin kakakmu lelah dan ingin segera beristirahat, pekerjaannya begitu berat untuknya"
"Ibu, apakah suatu hari nanti Liera juga akan seperti Kakak Keira?"
Merry sedikit menaikan alisnya, dia bingung dengan apa yang Lisa maksudkan.
"tentu, Liera juga akan tumbuh dewasa."
"kapan itu terjadi Ibu? Apakah usia Liera belum bisa di katakan dewasa"
Merry mengangguk, waktu begitu cepat berlalu hingga rasanya Merry masih ingin menganggap Liera seperti bayi kecilnya namun sudah tidak layak dikatakan itu mengingat Liera yang baru akan memasuki 18 tahun, dia bahkan sebentar lagi akan lulus dari bangku SMA-nya dan akan menuju dunia perkuliahan.
"Usia tidak bisa diukur untuk mengatakan seseorang itu dewasa Liera, sayang."
Merry kembali mengambil keranjang pakaian kotor yang diletakkan di lantai, dia mengelus surai Liera sekali lagi sebelum meninggalkan kamar sang putri. "Kamu mandilah, aku akan menyiapkan sarapan."
Bab 02 - My Life Part IISetelah sarapan pagi yang bisa mereka lakukan setiap hari, selanjutnya Merry biasanya akan membawa Liera pergi entah membawanya ke tempat pekerjaan lainnya atau pergi ke salon, walau Merry menganggap Liera seperti anak kecil tapi gadis masih butuh perawatan, tapi kali ini Merry ingin membawa Liera ke toko bunganya yang sudah dijalankan bisnisnya lebih dari tiga tahun yang lalu.Hari ini Liera mengunakan kaos putih lengan panjang dengan motif bunga di tepi kaos kanannya dan celana pendek diatas lututnya, dia mengurai rambutnya dan memakai bando pita sebagai pemanis, satu hal lagi Merry tidak pernah mengatur Liera dalam urusan berpakaian karena menurutnya style pakaian sangatlah penting untuk suatu penampilan.Dengan tas selempang Liera berjalan keluar dari kamarnya, dia se
Bab 03 - Chris Keira ArthChris Keira Arth, putri pertama dari pasangan Merry dan Cristian, pernikahan berbeda negara itu terjadi karena perjodohan yang dipaksa oleh kedua orang tua mereka untuk memberikan keturunan yang baik, baik orang tua Merry maupun orang tua Christian merupakan satu kerjasama dalam bidang bisnis untuk masalah kebun anggur yang bisa digunakan untuk membuat Wine.Awalnya tak ada cinta dan tak ada apapun dalam pernikahan yang terjadi saat usia Merry baru sama menginjak 23 tahun dan Christian 27 tahun, keduanya menjalani kehidupan rumah tangga dengan banyak sekali aturan yang bisa membuat kerja bisnis mereka semakin maju.Dari kisah yang Merry tahu jika keluarga Cristian masih kerabat d
Jangan lupa untuk meninggalkan jejak.---Di Sebuah gedung bertingkat yang hampir tingginya setara dengan sebuah menara di pusat kota.Dipimpin oleh seorang Ceo muda, yang sudah menyelesaikan S3 di amerika dan baru saja mengambil alih Group JS. satu tahun yang lalu ini menjadi perbincangan hangat dan trending kala itu, banyak sekali yang bertanya-tanya sosok tampan yang menjadi pria idaman di kantornya pasalnya umurnya yang sudah siap menikah namun pria itu belum memiliki kejelasan apapun tentang hubungan dengan wanita entah itu status pacaran, tunangan atau calon istri.Dia adalah Grew Julian, pria yang baru beberapa minggu yang lalu berulang tahun ke 33 tahun itu masih sangat tampan seperti tidak cocok de
Perjalanan menuju ke pemakaman nenek dan kakek Liera, yaitu kedua orang tua Merry yang sangat dia sayangi walau terkadang Merry harus dituntut untuk bisa pintar dalam segala bidang namun dibenci atau tidak sukanya Merry kepada orang tuanya mereka tetaplah orang yang harus Merry hormat dan selalu berjasa dalam kehidupannya yang masih panjang.Merry masih merenungkan ucapan para klien yang selalu menanyakan kabar Keira yang hingga saat ini belum pernah Merry publikasikan pada teman-teman ataupun mereka yang ikut kursus di kelas 'flowers lovely' dia memang seorang anak model yang terkenal tapi hubungannya tidak sebaik yang mereka lihat dan mereka dengar.Merry sendiri bahkan tidak pernah berbicara dengan Keira lebih dari 10 kalimat, ji
Masih menjadi sebuah keharusan yang bisa dikatakan kewajiban menjadi seorang putra sulung di keluarga Grew untuk memberikan keturunan yang harus memiliki DNA murni sang ayah dan kesehatan dari calon sang ibu. Didepan cermin yang bisa memberikan gambaran betapa tampan dan tingginya seorang Julian yang dibaluti oleh jas hitam dan kemeja putih, ditambah dengan dasi kupu-kupu semakin memperlihatkan sisi pemimpin masa depan idaman kaum hawa. Dengan wajah datar dan sikap yang begitu cool melebihi lemari kulkas dua pintu itu membuat Julian terlihat begitu dingin namun sesungguhnya dia adalah pria yang lemah dalam ikatan masa lalu, sikap baik itu benar-benar sudah terkubur di gantikan dengan sikap keras kepala dan prince ice. Sebagai pemimpi sudah seharusnya Julian memiliki sikap seperti itu sejak di
Siang hari di Group JS--lebih tepatnya di ruangan presiden Julian.Yuri masuk keruangan dengan banyak sekali laporan keluhan dari pemasaran penjualan alat elektronik yang di produksi oleh Group JS, dia sangat kesal melihat Julian lagi-lagi hanya melamun di meja kantornya, mau sampai kapan masalahnya akan berakhir. Yuri menjauhkan tumpukkan kertas itu di mejanya bertujuan membangunkan pria itu."Oh! ayolah Yuri, kamu bisa membuatku mati muda jika seperti itu terus." ucap Julian terkejut, dia ingin sekali lari dari semua masalah ini namun tidak ada tempat baginya untuk pergi kesana."seharusnya aku mengatakan itu padamu presiden Julian! Tidak bisakah
Suara musik dari DJ di dalam klub Sun Flowers begitu mengundang untuk terus menari, terletak di pinggiran kota dengan fasilitas yang cukup bagi untuk kalangan atas sampai menengah, Klub Sun Flowers yang terdiri dari dua lantai dan beberapa ruangan VVIP, begitu mengiringi malam panjangan dengan suara teriakkan dari berbagai kalangan untuk menyalurkan segala kesenangan atau sebuah perasaan frustasi karena sebuah stress dalam menjalani hidup, semua yang berada di lantai dansa menari bagaikan tidak ada hari esok untuk sekedar mengingat mereka punya rumah.Semua begitu bersemangat dengan musik yang tidak kenal takut akan mengguncangkan klub malam, begitu berisik hingga untuk berbicara saja harus saling berbisik, jika tidak seperti itu, namanya sebuah klub malam, bukan?Tak hanya menyediakan berbagai kebutuhan entah itu musik,
Pagi yang cerah di musim summer ini, hari ini Leira dan Merry berencana akan menghabiskan liburan Lisa dipantai, rencana awal Liera memang ingin pergi kesana karena saat menyenangkan melihat pantai di musim panas seperti ini, ditambah dengan ombak dan angin yang selalu menjadi penyelengkap setiap dirinya berkunjung ke pantai.Tapi itu harus tertunda untuk beberapa jam karena tiba-tiba Merry memiliki sebuah jadwal pertemuan dengan tamu yang datang dari London, kali ini setelah sekian lama akhirnya Merry mendapatkan kerjasama dengan negara bunga sakura itu.Jadi mereka memutuskan menunda keberangkatan sampai Merry selesai melakukan pertemuannya.Liera menatap bosan pada layar TV yang menayangkan banyak program bagus, tangannya hanya terus menekan tombol 'next' yang tidak tahu apa tujuan dia melakukan itu, dia sudah mengemasi pakaiannya dan juga sudah menyiapkan kebutuhan lainnya, tapi sekarang dia harus menunggu sang ibu yang belum pulang."aku bosan!