Share

Bab 36 - To Flame

Kebahagian?

Sebuah hal yang tidak bisa diukur dengan apapun. Ada yang kebahagiaan berasal dari uang, ada yang terjadi karena hal kecil.

Karena manusia tidak bisa mengukur kebahagian orang lain hanya dalam satu pandangan saja, bahkan hal seperti itu bukan lagi hal yang harus diperdebatkan.

Beberapa hari kemudian.

Sesuai dengan yang sudah disepakati sebelum Julian dan Leira memutuskan untuk memisah kamar mereka, kamar mereka bersebelahan dengan satu pintu penghubung untuk kedua ruangan mereka.

Ini terjadi karena Julian takut jika Sean malam-malam mendatangi kamarnya dan bisa mengganggu tidur Liera, mungkin terdengar sepele tapi Sean tidak bisa akrab dengan wanita. Katakanlah seperti ini.

Saat Julian membawanya ke Villa, reaksi Sean benar-benar diluar kendali Julian, adiknya langsung ingin mengusir Liera dan tidak segan-segan berbuat kasar, Julian juga berpesan pada untuk selalu menjaga jarak dengannya dan memastikan gadis itu mengunci kamarnya.

Sean belum berubah, pikirannya jika Julian akan membagi kasih sayangnya dengan Liera, seperti anak kecil membuat dia sedikit merasa ada jarak renggang antara dirinya dengan Liera, padahal Julian sudah merancangkan jauh hari untuk menghabiskan waktu bersamanya.

Tapi Liera benar-benar mengerti, dia seakan memiliki insting kuat dalam memahami kondisi adiknya, Julian pikir gadis itu akan marah dan meminta untuk membawa Sean jauh dari mereka.

Sebisa mungkin Liera mencoba mengakrabkan dirinya dengan Sean, terkadang Liera bangun sangat pagi untuk membuatkan sarapan untuk mereka berdua, menemani Sean bermain dan sesekali mengajaknya berbicara.

Seperti sekarang Liera mencoba membacakan sebuah dongeng pada Sean saat keduanya sedang duduk diruang tamu yang kini berubah menjadi ruang main Sean, bahkan disana ada layar TV besar dan juga kota kecil yang bisa dihuni oleh beberapa boneka.

Julian sedikit tidak menyukai pandangannya kali ini.

Bagaimana tidak? dengan mudahnya Liera membiarkan adiknya untuk bersandar dipangkuannya sambil mendengarkan dongeng, Han saja bahkan belum pernah diperlakukan seperti ini, jiwa keibuan Lisa benar-benar terpancarkan disana.

Suaranya begitu indah setiap kali membaca setiap lembar, Julian hanya bisa mengamati dari kejauhan karena dia harus menjemput Dokter-nya, dia harus menjemput paksa pria itu agar dirinya bisa lebih banyak memiliki waktu dengan Liera.

Bohong jika Julian tidak iri dan ingin sekali menjauhkan adiknya dari Lisa.

“kau sudah di bandara?” Julian sedengaran melangkah meninggalkan ruang tamu, dia melirik jam dan kemudian segera meninggalkan Villa.

“Dan akhirnya Pangeran Siren hidup bahagia dengan orang yang dia cintai.” ucap Liera, dia menutup buku dongeng bertemakan ‘angel of death or the prince siren’.

Dia terkejut saat melihat wajah Sean yang tertidur didalam pangkuannya, dia sangat berbeda dengan Julian dan seakan Liera memiliki satu karakter yang sama dengannya, dia juga tidak mengerti kenapa ingin sekali dekat dengan Sean, mungkin karena gangguan yang Sean miliki menarik simpatinya dan juga bagaimana Liera bisa merasa jika pria itu terjebak pada dunia yang bukan miliknya.

Dunia anak-anak, dengan usia yang sudah dewasa.

Liera menjauhkan rambut yang menutupi wajah Sean, secara hati-hati meletakkan kepala itu di bantal yang tersedia disana, Sean seperti cermin penghubung dimana Liera sebelum mengenal Julian, dunia dimana Liera lebih banyak menghabiskan untuk belajar dan mengikuti apa kata sang Ibu.

Tapi dengan Julian, dirinya mengenal warna dari dunia lainnya yang dipenuhi setiap pemahaman yang berbeda.

Dia menatap kearah lain, Julian tidak kunjung turun padahal ini hari libur, sudah beberapa hari Liera dan Julian tidak berbicara lebih dari lima kalimat, hanya ucapan selamat pagi dan mimpi indah yang sering mereka katakan.

Itu karena Sean masih suka terbangun di malam hari dan terkadang berteriak mengingat kecelakan yang membuatnya seperti ini, Sean dibuat terus mundur dalam ingatannya, dan ini begitu berbahaya jika tidak segera disembuhkan.

Karena kemungkinan Sean akan memiliki trauma berat.

Dan itu benar saja, baru Liera akan mengangkat kaki menjauh suara isakan Sean membuatnya melangkah mendekat

“Tidak!”

“menjauh!”

“Awas! Ada mobil—,”

Liera mendekati Sean menepuk-nepuk pipinya dengan lembut, mencoba menyadarkan agar pria itu sadar dari mimpi buruknya, karena jika tidak Liera akan sulit dekat dengannya lagi.

“tenanglah, semua akan baik-baik saja. Lupakan yang telah terjadi” ucap Liera, dia mencoba membangunkan Sean sampai memaksa untuk terduduk dari posisinya.

“kamu siapa?”

Liera membuang nafas serah, setiap hari selalu seperti ini, dimana ingatan pria itu seakan dihapus dalam mimpinya, dia tersenyum dan memberikan segelas air pada Sean. “Aku? Aku bukan siapa-siapa, sudah merasa lebih baik sekarang?”

Sean mengangguk, melepaskan tangan Liera yang menyentuh dirinya dan berjalan menjauh, dia terlihat bingung dengan tatapan ketakutannya, itulah kenapa Liera ingin dekat dengannya. Dia ingin tahu segalanya mengapa pria itu bisa seperti itu dan kenapa Julian tutup bicara jika Liera sudah membahas tentang adiknya.

Sore harinya.

Lisa keluar saat tahu Julian telah kembali, dia tidak tahu jika pria itu akan pergi dan tidak mengatakan jika dia akan pergi, dia berjalan menuruni anak tangga dan menemui Julian dengan seorang pria memakai jas putih, dia terlihat tampan dan tinggi.

Kesan pertama saat Liera melihatnya.

“Dia?” tanya Jake, dia terkejut melihat seorang gadis tinggal disana.

Julian yang ada di sampingnya hanya diam, dia menarik Liera menjauh dari teman SMA-nya dan menepi ke tempat yang cukup jauh dari Jake, Julian ingin Lirr tahu lebih dahulu sebelum memperkenalkan mereka.

“Liera dengarkan aku, pria di sana itu adalah dokter yang akan merawat Sean, dia juga temanku dan bisakah kamu mengatakan jika kita sudah menikah padanya?” ucap Julian, dia menyandarkan tubuh Liera di dinding dapur dan menatap gadis itu dengan serius.

“Tapi—bukankah—,”

“Aku tahu, Liera. Aku ingin kamu untuk tidak tahu mengatakan itu pada orang sekitar kita nanti, aku tidak mau menyembunyikan diriku, kamu istriku dan aku suamimu, kita sudah menikah.”

Liera tertegun, dia merasa ucapan Julian memperjelaskan segalanya dan hal ingin sekali Liera akui, walau pria itu belum mengatakan jika dia mencintai Liera tapi diakui keberadaannya menghilangkan sedikit kesedihannya akhir-akhir ini.

Liera tersenyum, dia menarik wajah dan gadis itu mencium Julian lebih dahulu, walau terlalu cepat Liera masih begitu ragu-ragu untuk menciumnya, itu hanya terjadi selama lima detik dan berefek panjang untuk Julian.

Pria itu menatap tidak percaya pada Liera, beberapa kali mengamati wajah gadis itu dan hanya rasa senang yang dia temukan. “siapa yang mengajarimu?”

“bukankah kamu sendiri?” jawab Liera, dia mengalungkan tangannya pada Julian dan tersenyum lebar.

“kamu mulai nakal ya!” ucap Julian, dia mengangkat tubuh Liera dan mendudukkannya di meja makan, kembali menyatukan kedua benda kenyal itu, mereka berciuman pada sadar jika ada satu orang yang menatap ke arah mereka.

“Julian! Bisakah kita bicara? Kau bisa melanjutkan nanti malam!” teriak Jake, dia menyeret kopernya untuk duduk disofa.

Julian terkejut, dia melepaskan ciuman itu dan merasa lupa jika disini ada banyak orang, dia mengecup kening Liera sebelum menurunkan gadis itu.

“berjanjilah satu hal padaku?”

Liera memberikan tatapan serius, “berjanji? Tentang hal apa?”

“Untuk tidak melakukan hal itu, dan kamu dilarang keras melakukan itu pada pria lain.”

“baiklah.”

Julian tersenyum, dia menggenggam tangan Liera untuk kembali ke ruang tamu menemui pria yang tadi menganggap dirinya, jika Julian tidak membutuhkannya disini mungkin Julian Han usir jauh-jauh dari kediamannya.

“aku rasa, kamu sudah tahu siapa dia,” ucap Julian didepan Youngbin yang menatap biasa.

“aku Liera, senang bertemu dengan paman.” ucap Liera, tangannya ditahan oleh Julian saat akan mengulurkan untuk berjabat tangan dengan pria itu.

“Paman? Apakah aku terlihat setua itu? Aku Jake seorang psikiater.” ucap Jake dengan sedikit marah, dia orang yang dibutuhkan disini tapi Julian tidak menghargainya.

“Liera kembali ke kamarmu, nanti malam kita bicara” ucap Julian, dia menyuruh Liera kembali ke kamarnya karena Julian akan membawa Jake untuk bertemu Sean.

“sejak kapan kau menyukai gadis yang begitu jauh usianya denganmu? Bukankah saat kuliah dan SMA kau lebih sering dekat dengan wanita yang lebih tua?”

“sudah! Bangunlah pemalas, kau harus segera bekerja, aku membawamu kesini bukan mencampuri urusanku! Dan aku mengajimu bukan untuk mengungkit masa lalu!” ucap Julian, dia sangat berbeda saat memperlakukan Liera dengan orang lain.

“Wow! Kau bermuka dua sekali, harusnya gadis itu melihat sifatmu yang sekarang bukan tadi!”

“kau banyak bicara!”

Setelah perdebatan antara keduanya, kini Julian membawa Jake kedalam kamar Sean, alasan Julian memilih Youngbin karena Sean mengenal teman itu, karena Sean tidak suka mengenal orang baru, dia bahkan rela memaksa Jake kembali padahal dia suka tinggal di jepang.

Dan benar, Sean langsung bisa berteman baik dengan Youngbin. “Sean, sekarang berapa usiamu?”

“17 tahun, kamu tahu jika kemarin aku memenangkan olimpiade matematika?”

Julian dan Jake saling menatap, Sean benar-benar terjebak dalam usia 17 tahun dan masa saat itu, youngbin mencatat segalanya dan memutuskan untuk mengajak Julian berbicara di luar.

“kita harus membuatnya keluar dari Zona 17 tahun, sudah tidak ada perkembangan jika kau terus membuatnya seperti ini Julian.”

“bagaimana? berapa persen akan berhasil?”

“aku tidak tahu, tapi membuat dia bertemu dengan teman masa lalu bisa membantunya atau membuat pria itu mengenal jika usianya sudah bukan lagi 17 tahun, dimana dia bisa berkenalan dengan wanita atau memulai memahami dunia orang dewasa.”

Julian terdiam, dia membiarkan Jake untuk masuk kedalam. Solusi apa yang akan dia pilih?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status