Dengan seragam berwarna dominasi antara putih dan abu-abu, dia melangkah melewati jalanan kota di pagi hari, hanya perlu menyebrang untuk sampai di sekolahnya.
Hari ini cerah sesuai dengan suasana hatinya, sampai menggenggam ranselnya, pria itu melangkah ke penyebrangan jalan, di sana tidak terlalu banyak mobil yang melintas. Dan hanya beberapa siswa yang berlawan arah melintas.
Pandangan pria itu tertuju pada seorang gadis kecil yang menyebrang dengan orang tuanya, dia cantik dengan dua rambut yang diikat dan seragamnya.
Pria itu terlalu fokus hingga dari arah kejauhan mobil dengan kecepatan tinggi melintas dan kecelakaan itu benar-benar terjadi.
Dan menghancurkan masa depan pria itu.
*******
Malam ditemani rembulan yang indah.
“Liera?” Julian mengetuk pintu yang terhubung kamarnya dan kamar Liera, dia mendadak membuat pintu terhubung ini semenjak Sean tinggal disini, besok masih ada satu hari libur tapi Julian tidak bisa mengajak Liera walau hanya sekedar berjalan-jalan di sore hari.
“kamu sudah tidur?” tanya Julian lagi, dia masih mengetuk pintu yang tidak terkunci. Sampai ketukan yang tiga, Julian memutuskan untuk membuka pintu.
“Julian!” protes Liera, dia baru saja selesai mandi dan ingin bermaksud untuk mengatakan itu, tapi nyata pria itu sudah ada di dalam kamarnya, dimana Liera hanya mengenakan handuk untuk menutupi tubuh polos.
“aK—-aku pikir kamu sudah tidur, ja-jadi aku membuka pintu ini” Julian menundukkan pandangannya, dia gugup melihat tubuh basah Lisa seperti itu, belum lagi gadis itu sangat cantik dan menggoda yang dibawah sana.
Liera menutup pintu itu dan menguncinya, dia tidak terbiasa dengan suasana yang seperti ini, apalagi Julian. Mungkin saja pria itu akan mengajaknya saat ini juga.
“aku akan menunggu—sampai kamu terbiasa dan percaya padaku,” ucap Julian, dari balik pintu penghubung itu.
Liera terdiam, ucapan Julian seakan menjawab isi hatinya saat ini, lalu bagaimana dengan perjanjiannya, bukankah Julian bisa meminta itu kapanpun setelah Liera menyelesaikan ujian sekolah.
“apa yang kamu maksud?” Lieea sedikit menempelkan tubuhnya di pintu penghubung itu, dia penasaran dengan tujuan Julian mengatakan itu, walau dia tahu maksudnya.
“aku rasa kamu tahu.”
Julian mendorong pintu itu sampai tubuh Lisa menyentuh dinding kamar, pria itu berjalan masuk dan menatap Liera penuh dengan tatapan ‘passionnya’. Membentangkan tangannya, mengunci Liera dalam tubuhnya.
“apakah ini latihan? Sudah lama kamu tidak mengajak latihan lagi?” ucap Liera penuh dengan polos, bagaimana bisa dia menganggap semua ini latihan bahkan saat gadis itu meminum obat perangsang.
Julian tersenyum tapi sedikit meringai, dia sudah menghancurkan kepolosan Lisa dengan hanya sebuah ajakan ‘latihan’ padahal itu hanya sebuah penyembunyian dari rasa ingin tahunya.
“latihan seperti apa?”
Liera bingung, dia juga tidak begitu paham dengan latihan yang dilakukan beberapa kali itu.
Julian mengangkat dagu Liera, mempertemukan kedua mata mereka, suasana menjadi lebih tegang dan kecepatan jantung terus berdetak. “katakan Liera”
“aku tidak tahu” jawab Liera dengan suara polosnya, mengangkat seluruh saraf otaknya untuk tetap mencari apa tujuan latihan itu, dan kenapa dirinya menanyakan hal akan menjebaknya.
“latihan membuat baby?” ucap Julian, dengan kondisi Liera saat ini mana bisa Julian hanya diam, jika di rumah ini tidak ada dua pria itu, mungkin handuk itu sudah lepas dan tergeletak di lantai. Pikiran kotor mulai mengalihkan tujuan pria itu ke kamar Liera.
“bagaimana caranya?”
“kita harus saling berkeringat dan mungkin sedikit lelah, tapi menyenangkan,” ucap Julian, pria itu sudah diluar kendalinya dan terus memancing Liera untuk berkata ‘Ya, aku ingin mencobanya’.
Liera seperti haus saat ini, dia terbawa dengan suhu yang seakan semakin panas, belum lagi tubuh Julian begitu dekat dengannya, membuat dirinya tidak bisa bergerak bebas. “apa itu semacam olahraga? Aku tidak suka pelajaran olahraga”
“olahraga kali ini kamu pasti menyukainya,” jawab Julian, dia menatap area dimana Liera begitu sangat ingin Julian sentuh.
Liera terdiam, dia tidak bisa menjawab apa yang sekarang Julian katakan, kedengaran asing untuknya dan membuat juga penasaran. “dimana olahraga itu dilakukan,”
“disini, ruangan ini tanpa alat.”
Liera meneguk air liurnya beberapa kali, apa yang sebenarnya Julian ingin ajarkan, ini begitu sulit daripada memecahkan rumus matematika. Tak punya pilihan Liera hanya mengangguk.
Julian yang sudah diambang ‘passion’ terus mengingat jika Lisa akan sangat terkejut jika Julian mengajaknya melakukan hubungan intim walau mungkin jika saling menyatu. dia mengangkat tubuh Liera dan mengajaknya untuk duduk diatas ranjang dengan Liera yang ada diatas pangkuannya.
“tunggu! aku belum memakai pakaian” ucap Liera, dia berusaha untuk bangun namun Julian menahan dirinya dan bahkan menempelkan kedua tubuh mereka.
“tidak perlu Lisa, kamu percaya padaku,kan?”
Liera mengangguk ragu, dia menjauh tangannya yang berada di dada bidang Julian, dia merasa malu dengan kondisinya saat ini dan belum lagi tatapan Julian membuatnya juga sedikit takut. Julian memberikan tatapan serius yang berbeda, dan Liera tidak pernah melihat tatapan itu.
“a-apa--yang--akan kita lakukan?”
“Liera, aku hanya datang kesini untuk meminta bantuanmu,” Julian mengalahkan keinginannya kali ini, dia tidak bisa melakukannya sekarang dan belum lagi Julian takut Liera sedikit takut jika Julian melakukannya sekarang.
“bagaimana dengan latihannya?” kenapa Liera jadi seperti ini, di seakan kecewa dengan hal yang Julian katakan.
“apa yang kamu inginkan Liera? Latihan? Aku takut, tidak bisa menahan diri, jadi kali ini bantu aku dulu,”
Julian menurunkan Lera dari tubuhnya, membiarkan gadis itu untuk memakai pakaian tidurnya.
“bantuan apa? Aku akan usahakan untuk membantu dengan baik” ucap Liera, sedikit canggung saat memakai pakaian di depan Julian.
“bisakah kamu menghubungi Asyla? Aku ingin memintanya untuk membantu penyembuhan Sean, mungkin kedengaran seperti aku ingin menjodohkan mereka tapi hanya aku tidak bisa menyuruh wanita lain.”
“apakah Asyla mau? Temanku ini—,”
“aku tahu, minta menyukai John bukan? Aku akan mempertemukan mereka dan apapun yang Asyla inginkan sebisa mungkin aku akan mengusahakan,”
Liera sedikit bingung, dia berjalan mendekati Julian dengan membawa ponselnya, “aku harus mengatakan apa?”
Julian menarik tubuh Liera untuk duduk disampingnya, memeluk tubuh gadis itu dan menikmati aroma lavender dari tubuhnya. “katakan saja jika kamu ingin mengajaknya keluar dan aku akan bertemu dengannya.”
Liera mengangguk mengerti, dia langsung mengikuti apa yang Julian katakan dan segera mengirim pesan pada temannya, dia sedikit merasa mengantuk dan tidak sengaja menguap di depan Julian.
“aku sudah melakukannya, sekarang apa lagi?”
“bagaimana dengan kamu tidur lebih awal, besok kita mungkin bisa menghabiskan waktu berdua.”
“apa kamu akan tidur dikamarku?”
Julian menggeleng, menarik Lieea untuk berbaring di ranjangnya, menutupi tubuhnya dengan selimut dan mengucapkan kata yang biasa dilakukan sebelum Lisa tidur.
“selamat malam, mimpi indah Liera. Jika mimpi buruk kamu bisa pergi ke kamarku”
Liera memajukan bibirnya, dia sedikit tidak rela melepaskan tangan Julian saat pria itu akan meninggalkan kamarnya, entah kenapa Liera lebih sensitif akhir-akhir ini, dia ingin lebih banyak bersama dengan Julian.
“Kamu juga”
Julian terkejut, saat dia menutup pintu terhubung dirinya melihat Sean yang ada di dalam kamarnya, dia menunjukkan wajah sedih dan juga seakan kesal pada sesuatu.
“Sean? Ada apa?”
Sean tidak menjawab, dia meninggalkan kamar Julian begitu saja.
Julian tak yang langsung mengejar Sean, dia memikir apa yang telah Sean lihat, mungkin dia melihat dirinya dengan Lisa di dalam kamar gadis itu, karena Julian lupa untuk menutup pintu dengan rapat.
“Sean!”
Julian baru mengejar adiknya, dia menatap ke segala area dan diluar begitu kacau, main berserakkan sembarang. Dan yang paling membuatnya terkejut Sean yang berada di tepi kolam renang dan jika Jake menarik mungkin adiknya sudah jatuh kesana.
Julian melangkah mendekati kedua orang itu dan Sean tidak mau menatap ke arahnya sama sekali, dia tidak suka kehadirannya disana.
“aku rasa kita harus berbicara Julian.”
Sesuai janji yang Julian katakan, dia akan menceritakan segalanya tentang kehidupan Sean jika Liera berhasil meyakini Asyla untuk mau menjadi seseorang yang mungkin membantu Sean. Dimana Julian akan menceritakan asal muasal terjadinya Kecelakaan itu dan apa yang menyebabkan pria itu kehilangan ingatan dan menjadi seperti itu.Hari ini Julian dan Liera sendiri yang akan menemui Asyla di Cafe tidak jauh dari kantor Julian, pria itu harus kantor untuk mengurus berkas yang tidak bisa ditangani manajernya dan asistennya, dia memang memindahkan semua pekerjaannya di rumah tapi Julian akan sesekali ke kantor untuk melihat perkembangan perusahaan itu.Jadi Liera dan Asyla menunggu cukup lama, kedua gadis itu menunggu kedatangan Julian dengan berbagi cerit
Keesokan harinya.Semua dibuat terpaksa bangun pagi saat Tuan Grew atau Ayah Julian. Mendatangi kediaman Villa Julian, tentu itu membuat Sean memberontak ingin bertemu dengannya, tapi semua kembali tenang saat dokter youngbin menahan Sean.Suasana menjadi tegang di ruang tamu, Julian menunjukkan wajah malas, belum lagi ayahnya memaksa Liera untuk bergabung dalam perbincangan antara ayah dan putranya, padahal tidak ada hubungannya sama sekali.“kau pikir aku tidak tahu? Sejak kapan kau peduli pada adikmu?” ucap Tuan Grew. Pria tua itu langsung kemari setelah perjalanan bisnis, dia
Liera memperhatikan semua itu dari atas, kenapa dia tidak ikut merasakan senang yang terlihat jelas di wajah Julian dan Dokter Jake. Pikirannya terus terpaku pada ucapan ayah Julian dan juga pria itu, apa devini dirinya disini?Liera merasa semakin merasa segalanya menjauh, entah itu Julian atau bahkan dirinya yang sudah mulai berubah. Padahal Liera tidak pernah merasakan perasaannya semacam ini, dan ini benar-benar mengganggu dirinya.Membalik badan dan kemudian sepintas Liera memikirkan hal yang tidak masuk akal, dia berpikir untuk menyerahkan dirinya pada Julian, saat ini juga dan kemudian Liera mencari caranya di internet.Julian menghantar Asyla, dia membukakan pintu untuk gadis itu untuk masuk kedalam mobil, Julian sedikit memikirkan rencana kedepannya untuk kesembuhan Sean secepatnya. Dan meng
Note : Yuk bantu Author, jangan sungkan komen dan kasih Rate untuk cerita ini. Terimakasih, salam kenal dari aku.---Beberapa hari kemudian.Mungkin terdengar aneh jika pagi ini Liera memutuskan untuk meninggalkan Villa, kemarin malam ibunya menelpon dan mengatakan dirinya sakit dan membutuhkan bantuan Liera untuk membantu sang kakak, Ya. Keira yang terlihat semakin sibuk setelah memenangkan kompetisi waktu lalu.
Los Angeles. Katakan itu adalah negara dengan sejuta wisata, termasuk juga sebagai liburan terbaik dan juga beberapa tempat romantis, apalagi jika berkunjung disaat musim semi, warna kuning dari daun dering akan menjadi ciri khas kota Los Angeles.Memenuhi setiap jalanan kota ini sama seperti barada Jepang dimana banyak bunga sakura menggugurkan daunnya.Liera dan sang kakak dengan dalam perjalanan menuju hotel, mereka jika menyewa rumah, karena hanya berada beberapa hari dan itu sudah disediakan oleh agensi naungan Keira.Matanya berbinar melihat jalanan kota Los Angeles di malam hari, mengingat perbedaaan waktu, mungkin saat ini Di London masih siang hari, Lisa b
Perpisahan adalah seperti pemain bencana.Pagi hari disambut dengan kerinduan.Ketika malam disambut oleh kekosongan.Suara samar dirimu yang menyentuhku, Kapan itu terjadi?Rindu yang terus dibawa oleh angin.Tiga hari berlalu, Sebagian negara bermusim empat, sudah mulai berevolusi. Membiasakan kembali berpakaian sangat tebal dan membatasi segala aktivitas menyambut natal dan tahun baru, mungkin dari mereka sudah jauh dari menyiapkan untuk kembali berkumpul pada keluarga.Membuat rencana untuk menghabiskan waktu libur panjang.Setelah sibuk ke berbagai tempat dan terus membantu segala pemotret
Leira menghela nafas karena Julian tidak kunjung menjawab teleponnya, rasa gelisah dan sedih menyelimuti hatinya, Leira tidak bisa sedikitpun fokus pada hal yang dirinya lakukan, padahal jelas jika saat ini Leira masih harus membantu sang kakak, kemarin dan hari ini Julian belum sedikitpun mengaktifkan ponselnya, Leira juga tidak bisa menghubungi Asyla.Semua orang yang dekat dengan Julian tidak ada yang bisa dihubungi, Leira semakin yakin jika feeling buruk itu bukanlah sembarangan, karena yang dirinya rasakan begitu menyakitkan dan nyata, seakan Julian sendiri yang menyampaikan membuat hatinya sakit teramat.Tak terhitung sudah berapa kali Leira menatap ponselnya sambil menghela nafas, dia sudah berusaha untuk membuat dirinya terus berpikir positif tapi tetap saja dia membayangkan kejadian buruk yang terjadi, dia ingin mengatakan pada sang kakak jika dirinya tidak bisa berada disini, dia ingin pulang dan memastikan keadaan Julian, walau nantinya dia harus kembali lagi.Keira yang ba
Hari ini setelah percobaan yang cukup mengambil resiko akhirnya Julian memutuskan untuk membawa Sean ke rumah sakit untuk hal yang lebih lanjutnya, karena Jake mengatakan jika terapi tidak bisa di lanjutkan di rumah, jadi Sena jyga harus di periksa secara fisik untuk mengetahui benturan di kepalanya separah apa, dan mungkin saja bisa mengakibatkan hal lainnya. Usaha yang di lakukan dirinya, Jake dan Asyla sedikit membangunkan ingatan Sean walau terapi itu tidak selalu membuat adiknya sering kali jatuh pingsan, memang terlalu memaksa untuk mengingat segalanya tidak baik untuk tubuhnya, apalagi setelah bertahun-tahun Sean hanya mengandalkan obat tanpa melakukan terapi oleh psikiater. Julian sudah mengosongkan jadwalnya hari ini, tapi dirinya tidak bisa menghubungi Leira, tidak ingin membuat gadis itu khawatir dan akhir-akhir ini Sean begitu sensitif setelah Leira pergi meninggalkan rumah, adiknya terus menanyakan keberadaannya, membuat Julian ragu dan takyt jika Sean akan menyukai Leir