Share

Bab 39 - Goes


Keesokan harinya.

Semua dibuat terpaksa bangun pagi saat Tuan Grew atau Ayah Julian. Mendatangi kediaman Villa Julian, tentu itu membuat Sean memberontak ingin bertemu dengannya, tapi semua kembali tenang saat dokter youngbin menahan Sean.

Suasana menjadi tegang di ruang tamu, Julian menunjukkan wajah malas, belum lagi ayahnya memaksa Liera untuk bergabung dalam perbincangan antara ayah dan putranya, padahal tidak ada hubungannya sama sekali.

“kau pikir aku tidak tahu? Sejak kapan kau peduli pada adikmu?” ucap Tuan Grew. Pria tua itu langsung kemari setelah perjalanan bisnis, dia seakan kesal melihat Sean tidak ada dirumah.

Padahal dia lebih kejam dari Julian, sekarang dia bertingkah seakan peduli pada Sean.

“Ayah! Jika waktu itu kamu tidak mengirimiku, keluar negeri untuk kuliah, apakah Sean akan begini? Katakan disini siapa yang seharusnya disalahkan?” Ucap Julian, dia menahan nada ucapannya.

Liera yang tidak terbiasa, dia juga tidak kuat mendengar ucapan yang terlalu tinggi, sedikit demi sedikit menggeser posisi duduknya, menjauh dari Julian dan menunduk saat Sang mertua menatap nya.

“dimana Sean? Aku ingin membawanya pulang.”

“Tidak! Sean tidak akan pernah kembali, dia harus tetap disini. Dia tidak bisa tetap menjadi boneka ayah lagi, dia manusia. Layak untuk hidup.”

Tuan Grew, tidak terlalu memperdulikan Sean yang ada disini, tujuan untuk Liera. Memastikan jika gadis itu sudah memberikan dirinya, dia juga kesal rencananya gagal malam itu.

“seharusnya kau memikirkan cara untuk membuat gadis itu hamil! Bukan mengurus adik yang sudah mentalnya terganggu.”

Liera merasa sedih, ini semua kembali pada tujuan awal dia disini, memberikan keturunan pada keluarga Grew, tapi itu berarti—Liera memainkan jarinya dan menggigit bibir bawahnya, dia tidak bisa membuka suara untuk membela. Kata kenyataannya itu benar.

Julian menatap kearah Liera, dia merasa bersalah padanya, jika pria tua itu tidak ada disini. Mungkin Julian sudah memeluk tubuh istrinya, mengatakan jika semua akan baik dan Julian akan sabar menunggu.

Julian menghela nafas panjang, mengusap wajahnya dan kembali menatap sang ayah “tenang saja, saat ini Liera sedang hamil.”

Liera menatap bingung kearah Julian, sama dengan Tuan Grew yang terkejut, keduanya menatap Julian dengan tatapan bingung.

“Julian.” panggil Liera, dia tidak suka berbohong, bagaimana jika kebohong ini terus berlanjut dan malah membuat Liera semakin takut. Takut Liera harus melepaskan Julian.

Julian tersenyum, sambil menggenggam tangan Liera, sebisa mungkin menyuruh Liera untuk mengikuti apa yang Julian katakan.

“baguslah, aku butuh hasil USG-nya secepat mungkin.” Dia mengangkat tangannya, memerintahkan asisten untuk membawanya pergi dari rumah ini. Tujuan sudah terjawab hanya tinggal memastikan jika itu benar.

Liera menatap Julian, dia melepaskan tangannya dari genggamannya. Dan menggeleng sedih. “ini bukan solusi yang baik, apalagi aku belum melakukan apapun denganmu!”

“Lisa—,” Julian menahan Liera yang semakin menjauh. 

“kita bisa mencobanya, aku benar-benar tidak ingin kehilangan dirimu, jika memang itu tidak berhasil, kita bisa memalsukan hasil usg-mu dan setelah itu kita bisa mengatakan jika kau keguguran, jika perlu kita bisa mengadopsi bayi.”

Waktu yang diberikan Tuan Grew memang tinggal tiga bulan, dan tertulis jelas dalam perjanjian jika Julian dan Liera bisa bercerai jika mereka berhasil membuat keturunan, yang itu berarti Liera masih memiliki kesempatan lain.

“Aku Takut, Aku benar-benar takut. Bagaimana jika itu tidak berjalan dengan baik? apakah kau mencintaiku?” tanya Liera.

Julian mengendorkan genggaman tangannya, pertanyaan yang tidak bisa Julian jawab, dia belum tahu perasaannya saat ini, dia hanya mengatakan jika memang dia takut kehilangan Liera dan sangat tidak suka jika orang lain menyentuhnya, tapi apakah itu layak dikatakan cinta? Apakah perasaan sudah hilang pada mantan kekasihnya.

Bunyi Bell menghancurkan suasana tegang itu, mungkin saja Asyla sudah datang dan siap untuk mengikuti permohonan Julian.

“kamu mandilah dulu, seperti itu Asyla, aku perlu waktu untuk berbicara dengannya” ucap Julian, sebelum meninggalkan Liera, dia mengelus surai gadis itu dan berjalan mendekati pintu.

Panah mendarat dengan cepat di dada Liera, pria itu lebih memilih pergi daripada harus berbicara dengan Liera, lebih tepatnya mengatakan isi hatinya.

Ketika Julian membuka pintu, tepat dengan yang dia katakan jika itu memang Asyla, dia tersenyum dan membuka pintunya.

“kau datang tepat waktu.” ucap Julian, dia membiarkan Asyla masuk lebih dahulu, menyuruhnya untuk duduk di sofa, sedangkan dirinya mengambil beberapa cemilan dan minuman.

“Dimana Liera?” ucap Asyla, dia melepaskan jaket dan tas selempangnya, dia menatap ke seluruh ruangan itu, ada sedikit perubahan, padahal belum lagi Asyla kesini.

“Dia sedang mandi, minumlah. Aku akan memanggil Sean dan seseorang.”

Julian melangkah naik ke atas, segera menuju kapan Sean yang berseberangan dengan kamarnya, dia membuka pintu dan melihat Jake yang sedang mengajarkan Sean sesuatu.

“Dia sudah datang.”

Jake mengangguk mengerti, doa membawa Sean keluar. Diikuti Julian di belakang, Sean tidak tahu apapun, tapi dia tidak menaruh curiga sedikitpun ketika mereka membawa dirinya.

Hal pertama yang Sean lihat adalah gadis yang duduk disofa, sambil memakan beberapa cemilan dihadapannya, entah kenapa tangannya begitu gemetar, mengingat pada suatu hal. Tatapan hanya fokus padanya.

Julian dan Jake menyadari itu, tanpa dibantu untuk menuruni anak tangga, Sean dengan sendiri turun dan berjalan mendekati Asyla, gadis itu menatap satu persatu dari tiga pria itu secara bergantian.

Asyla sedikit terkejut melihat pria yang bertingkah aneh, saat akan meletakkan gelas tangannya gemetar dan gugup memenuhi perasaannya saat ini, dia tidak bisa menatap lebih lama pada pria itu dan dengan cepat mengalihkannya.

“Asyla, ini adikku dan ini dokter Jake.”

Jake mengulurkan tangan dahulu, Asyla dengan senyum paksa membalasnya dan bingung ketika pria bernama Sean itu duduk disampingnya.

Julian memberikan isyarat pada Jake untuk meninggalkan mereka berdua, dan dengan cepat meresponnya, kedua benar-benar meninggalkan Asyla dan Sean.

Sean merasa benturan hebat menghantam kepalanya, rasanya memori kejadian itu berputar cepat dan tidak berhenti sampai dia bertemu gadis kecil yang menemaninya di rumah sakit. Satu persatu ingatan itu menyakiti pikiran dan tubuhnya.

Asyla khawatir, dia juga takut, namun sedikit merasa kasihan. Dia tahu kisah yang dia dengar adalah pria yang tujuh tahun menyelamatkan diri namun membuat Ibunya pergi. asyla gemetar hebat saat Sean merintih kesakitan.

“kamu baik? Katakan sesuatu jika kamu merasakan hal yang menyakitkan.”

Sean menggenggam tangan asyla tanpa sadar saat dia menepuk bahunya, dia mencoba menghilangkan sakit kepalanya dan ketika dia menatap Asyla. Dirinya terlempar pada portal masa lalu.

‘K-Kau gadis itukan.’

*********

“Asyla?”

“Asyla?”

“Asyla, apa yang kamu pikirkan kenapa melamun?” tanya Han, dia belum memperkenalkan adiknya tapi gadis itu malah melamun menatap kearah lain.

“Ha? Apa yang terjadi?” Asyla menatap bingung, bukankah tadi dia duduk berdua dengan Sean yang sedang menggenggam tangannya.

“kamu sakit?” tanya Jake, dia juga penasaran kenapa gadis itu diam saja.

Asyla merasa seperti melihat apa yang akan terjadi, dia menggaruk bingung kenapa seperti ini, padahal Asyla tidak tahu siapa pria yang bernama Sean itu.

“ini adikku. Namanya Sean.”

Sean menatap ke arah Asyla, siapa lagi gadis yang akan tinggal disini, dia saja sulit menerima kehadiran Liera, kini ditambah gadis bernama Asyla. 

“Kakak Julian, apa yang sebenarnya ingin kamu tunjukkan, aku pikir kamu ingin memberikan mainan baru.”

Julian mengelus rambut Sean, dia menatap ke adiknya “Sean, dia orang yang suka padamu.”

Serentak Asyla, Jake, Sean. Menatap kearah Julian, terkejut dengan ucapan pria itu dan menunggu penjelasan lainnya.

“Itu benarkah Asyla?”

“Y-Ya” Jawab Asyla dengan ragu, ini tidak sesuai dengan apa yang telah dia sempati dengan julian kemarin, Asyla hanya membantu bukan menjadi orang yang menyukai Sean.

“Apa kita pernah bertemu?” tanya Sean dengan bingung, dia tidak mengingat wajah gadis itu sama sekali, bagaimana bisa mengaku menyukai dirinya.

“Ha—Itu—,”

“Pernah, kalian beberapa kali sudah bertemu.” sela Julian, dia mencoba meyakini adiknya dan sedikit melakukan kebohongan.

“Asyla, katakan sesuatu.”

“apa kamu lupa dengan pertemuan waktu itu? Aku sedih jika kamu melupakannya begitu saja.” ucap Asyla, dia mulai memainkan karakternya.

“Kau lupa? Seperti kamu harus menjalani terapi ingatan Sean.” tambahan Jake.

“Jake juga mengenalnya?” tanya Sean, kenapa hanya dirinya yang tidak tahu itu. 

“Tentu.”

Sean menggaruk bingung, apakah ada yang salah dengan dirinya? 

“kakak, bantu aku mengingatnya.”

Jake dan julian, tersenyum bersama. Setelah berbagai cara digunakan untuk memaksa Sean mengikuti terapi atau hipnotis mimpi. Akhirnya dia sendiri yang memintanya.

Cara ini mungkin akan menyakiti Sean, kata secara sadar Sean akan dibawa ke alam mimpi dengan kejadian yang begitu nyata dan bahkan itu seakan dirinya menyaksikan langsung.

Lain berbeda dengan Asyla yang tidak tahu harus memberikan reaksi apa, dia masih bingung dengan hal aneh yang dirasakan beberapa menit yang lalu, tapi secepat bergantinya detik, Asyla melupakan itu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rose kim
lanjut kak,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status