Share

Mr. A

Matahari pun akhirnya tenggelam. Langit pun berubah menjadi gelap. Bulan dan bintang tampak menghiasi langit pada malam itu. Luna sedang asik melihat pemandangan alam yang indah itu, sampai tiba-tiba ponselnya berbunyi.

Ting

Ting

Ting

Terdapat notif  direct massage di aplikasi Instagram miliknya. Luna pun membuka aplikasinya itu.

Bryan        : Selamat malam, Luna.

Bryan        : Bagaimana kabar lo hari ini?

Bryan        : Semoga Bahagia selalu ya

Luna tidak membalas pesan itu, ia hanya membacanya saja.

Bryan        : Online, Luna?

Luna          : (read)

Bryan        : Gue gak boleh buat kenal lo lebih dekat?

Luna          : Lo siapa sih sebenarnya?

Bryan        : Gue Bryan Naradhipta.

Bryan        : Panggil Bryan aja.

Bryan        : Gue satu kampus kok sama lo.

Luna kaget melihat jawaban dari Bryan. Apa benar ia satu kampus dengan Luna? Luna belum pernah dengan nama Bryan Naradhipta sebelumnya.

Bryan        : Lo di H University, ‘kan?

Luna tak membalas lagi pesan Bryan itu. Ia hanya membacanya, kemudian ia meletakkan ponselnya di atas nakas. Ia pun penasaran siapakah sebenarnya Bryan Naradhipta ini?

“Fika.”

“Oi, kenapa, Lun?”

“Lo kenal Bryan Naradhipta?” tanya Luna kepada Fika. Fika merupakan mahasiswi di jurusan Ilmu Komunikasi. Mungkin saja ia kenal dengan Bryan ini.

“Bryan Naradhipta?” Fika tampak berpikir.

“Gue gak kenal, Lun. Kenapa emang?” sambung Fika lagi.

“Enggak kok, gapapa.”

Ting

Ting

Ting

Terdengar lagi notif chat di ponsel Luna. Luna membuka aplikasi IG-nya lagi.

Bryan        : Lo gak penasaran sama gue?

Bryan        : Gimana kalo kita ketemuan?

Bryan        : Di dekat kampus?

Luna lagi-lagi tak membalas DM Bryan itu. Namun jujur sebenarnya ia penasaran siapakah Bryan Naradhipta itu? Namun pikirannya itu segera ia tepis. Ia terlalu lelah untuk berpikir hal yang tidak penting seperti ini. Ia pun meletakkan ponselnya di atas nakas.

Gue gak mau sih, tapi entah kenapa gue penasaran juga. Siapa sih dia sebenarnya? Tapi ngeri juga zaman sekarang. Eh, tapi gimana ya? Tahu ah gue bingung jadinya.

Ting

Ting

Ting

Terdapat tiga notif di ponsel Luna. Luna sudah malas jika memang itu dari Bryan lagi. Ia melirik ponselnya, senyumnya pun mengembang. Ternyata bukan Bryan yang mengirimkan pesan kepadanya. Melainkan orang lain yang selama ini sudah masuk ke dalam hidup Luna.

Mr. A        : Malam, Mrs. L.

Mr. A        : Gimana kabarnya hari ini?

Mr. A        : Menyenangkan?

Luna          : Hai, Mr. A.

Luna          : Ke mana aja?

Luna          : Udah berbulan-bulan gak ada kabar?

Mr. A        : Oh, kamu mencari saya?

Luna          : Hahaha. Gak lah. Enggak salah lagi maksudnya. Hehehe.

Mr. A        : Apa yang membuat kamu mencari saya?

Luna          : Ya sepi aja gitu hape aku jadinya gak ada chat dari kamu.

Mr. A        : Gimana harimu?

Eh dia langsung alihin pembicaraan nih? Gak suka apa gimana sama chat gue yang tadi?

Mr. A        : Apa menyenangkan?

Luna          : Iya, kabarku baik. Kabarmu bagaimana?

Mr. A        : Saya juga baik.

Mr. A        : Bagaiamana? Apa kamu diterima di kampus impianmu itu?

Luna          : Iyaaa, aku diterima. Aku senang sekali.

Luna          : Terima kasih kemarin selama ujian kamu udah mau temenin aku belajar.

Luna          : Ya walaupun cuma chat aja sih. Aku banyak berhutang buda sama kamu.

Mr. A        : 😊 Tak perlu sungkan.

Luna          : Oia, Mr. A

Luna          : Dari kemarin ada yang DM aku di JG.

Ya, Luna memang selalu menceritakan semua yang dialaminya itu kepada sosok Mr. A ini. Walaupun ia tidak pernah tahu siapakah Mr. A ini. Luna merasa nyaman jika harus berbagi kisahnya kepada sosok misterius itu. Sangat berbeda perasaan yang ia rasakan antara Mr. A sama Bryan ini.

Mr. A        : DM kamu?

Luna          : Iya, dia bilang namanya Bryan Naradhipta.

Luna          : Dia ngajak aku ketemuan. Katanya dia satu kampus sama aku.

Mr. A        : (read)

Luna          : Holla, dibaca aja?

Mr. A        : Maaf sedang ada masalah di sini.

Mr. A        : Sudah malam, sebaiknya kamu tidur.

Luna          : Iya, selamat malam, Mr. A

Mr. A        : Selamat malam, Mrs. L.

Luna pun menaruh ponselnya kembali. Senyum mengembang di wajahnya. Entah kenapa memang dia sangat senang jika sudah mendapatkan pesan dari Mr. A.

“Mukanya sumringah banget, Lun?” ledek Fika. Ia senang melihat wajah sahabatnya itu tidak lagi sedih.

“Chat sama siapa?” tanyanya. Luna hanya terkekeh mendengar ledekan dari Fika.

“Sama Mr. A,” jawab Luna.

“Eh? Masih hidup tuh orang?”

“Iya, padahal udah berbulan-bulan gak ada kabar, ‘kan?”

“Hati-hati, Luna. Ngeri gue sama orang yang sukanya nutupin jati diri macam dia.”

“Tapi kayaknya sih baik kok orangnya. Kan udah setahunan juga kita chat. Dari jaman SMA, ‘kan?”

“Iya sih, tapi gak pernah mau diajak ketemuan, ‘kan?” ucap Fika. Ia heran kenapa sosok itu begitu misterius hingga selalu susah untuk mengajaknya ketemuan selama ini, “Lo gak penasaran?” sambungnya lagi.

“Enggak kayaknya. Gue nyaman aja dengan komunikasi kayak gini. Gak mau banyak berharap tentang suatu hubungan. Takut terperangkap nantinya. Takutnya nanti dipukulin lagi, kan tahu sendiri gue punya trauma sama yang lalu.”

Luna sangat ingat bagaimana dulu ketika ia pertama kali ada hubungan pacarana dengan seorang laki-laki. Dan Fika tahu semua kisahnya, makanya Fika sebenarnya tidak ingin Luna menjalin hubungan dengan laki-laki, takunya itu hanya menyakiti sababatnya itu.

“Tapi sih ya, enggak semua laki-laki seperti itu, Lun.”

“Tapi role model gue ya yang dekat sama gue, ‘kan? Siapa yang dekat sama gue? Ya papi,” ucap Luna, “Papi orangnya kasar. Maka bayangan gue semua laki-laki itu kasar. Terlebih dulu gue pun punya hubungan toxic  juga, ‘kan?” lanjut Luna. Fika hanya menghela napas mendengar ucapan sahabatnya itu.

“Ya udah, mending sekarang kita packing aja. Habis itu kita tidur, besok ‘kan berangkat subuh.”

“Iya, lo duluan aja tidurnya. Nanti gue nyusul, gue masih mau lihat pemandangan malam.”

“Ya udah, jangan kemalaman, Lun. Angin malam gak baik, takutnya lo masuk angin lagi.”

“Iya, good night, Fika,” ucap Luna.

Night, Luna.”

Baru saja Luna ingin packing, Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Luna tersentak kaget melihat siapa yang menelponnya itu. Karena mendengar suara ponsel Luna, akhirnya Fika terbangun dari tidurnya.

“Siapa, Lun?” tanya Fika.

“Papi.”

“Angkat aja, siapa tahu penting.”

Luna pun mengangkat panggilan papinya itu.

Luna          : Hal…

Papi          : KEMANA KAMU?!

Luna          : Luna di rumah teman, Pi.

Papi          : RUMAH TEMAN APA RUMAH PACAR KAMU?!

Luna          : Rumah teman, Pi.

Papi          : SAMA AJA KAMU KAYAK MAMIMU. SUKA NGINEP DI TEMPAT LAKI-LAKI LAIN!

Tut

Sambungan telepon pun dimatikan oleh papi. Luna tersentak kaget mendengar ucapan papinya.

“Luna benci papi! Benci!” teriak Luna histeris. Ia pun menjambak rambutnya itu. Ia merasa kesal mendengar ucapan papinya tadi. Melihat itu, Fika langsung menghampiri Luna, ia menahan tangan Luna.

“Luna! Tenang, Lun.”

“Benciiii!!”

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status