Share

Malming

Jika orang biasanya di malam minggu akan menghabiskan waktu bersama pasangan, maka lain halnya dengan Violet, Gilang, dan Danis. Tahulahkan mereka itu jomblo semua. Jadi seperti rutinitas biasa, mereka akan menghambiskan waktu bersama di rumah Violet malam ini. Rumah Violet tidaklah sebesar rumah teman-temannya yang lain, rumahnya lebih ke desain minimalis dengan warna monocrome. Di dalam rumahnya banyak barang-barang antik, koleksi abangnya. Halamannya tidak terlalu luas, setidaknya cukuplah untuk tiga mobil parkir di halamannya. Di depan dan belakang rumah Violet banyak ditumbuhi bunga hias.

Violet menatap bosan ke arah tv yang menyiarkan siaran unfaedah, apa di kota ini sudah tidak ada lagi berita yang lebih bagus? Dan kenapa sampai jam menunjukkan pukul delapan malam mereka belum juga sampai. Apa jarak rumah mereka begitu jauh sampai harus telat satu jam? Violet menuju kamarnya di lantai atas, menyusun novel-novel yang baru saja dibelinya tadi siang.

Suara lemparan yang mengenai jendela kamarnya mengalihkan perhatian Violet. Violet tahu siapa pelaku dari pelemparan batu ke jendelanya, ia pun segera membuka jendela.

"Dan---"

Bruk!

Wajah Violet tertampar sebuah buku tulis yang terbang dari seberang sana.

"Gue OTW." Danis segera menutup jendela kamarnya dan bergegas menuju rumah tetangganya itu sebelum wajah tampannya rusak.

Mendengar ketukan di pintu utama, dengan terpaksa Violet menyeret kakinya menyusuri tangga yang sebenarnya hanya sebanyak dua belas anak tangga. Membuka kan pintu untuk dua orang yang di tunggunya. Violet melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap ke arah kedua temannya, meminta penjelasan atas keterlambatan mereka.

"Gue nungguin nyokap buat kue, ini kuenya gue bawa buat kita makan." Ucap Gilang sambil menyodorkan toples tupperware berwarna hijau ke depan wajah Violet.

Sebenarnya Gilang yang berinisiatif untuk membuat kue, membawa-bawa ibunya mah cuman sekedar alibi. Kan dia tsundere, masa iya dia ngaku ke teman-temannya kalau dia suka memasak. Bukan malu, tapi nanti dia dijadikan babu dapur oleh teman-temannya karena dia pandai memasak.

"Waaahhh~ keliatan enak. Dan lo Danis? Kenapa lama dan kenapa LO NGELEMPAR BUKU KE MUKA GUE?" Tanya Violet.

"Emak gue nggak bolehin gue nginep di rumah lo karena pasti cuman main-main, jadi daritadi gue ngebujuk dan bilang kalau ada kerja kelompok. Eh akhirnya emak setuju dan percaya, padahal kan jurusan kita beda. Ckckck." Jelas Danis.

Setelah mendengarkan penjelasan Danis, Violet pun menyuruh kedua temannya untuk masuk. Jadi rumah Violet itu persis di antara rumah Danis dan Gilang, ya di tengah-tengah lah pokoknya. Jadi mereka tuh udah berteman sejak kecil atau mungkin pas dalam kandungan.

"Btw ini Okta mana? Kok nggak nyampe-nyampe? Dia nggak di culik wewegombel kan?" Tanya Violet ke Gilang.

Gilang mengabaikan Violet dan mengirim pesan ke orang yang di cari-cari oleh Violet dan ternyata Okta sedang berada di minimarket depan komplek. Sekitar sepuluh menit lamanya yang dirasa seabad oleh Violet, Gilang, dan Danis. Akhirnya Okta memberikan tanda-tanda keberadaannya. Ketika Violet membukakan pintu rumahnya, terlihatlah Okta dengan kedua kantong plastik besar di kedua tangannya. Seperti ia akan tinggal di hutan selama seminggu saja.

"Minggir! Berat nih!" Violet memberi jalan untuk Okta dan kembali menutup pintu.

Mereka berempat langsung menuju kamar Violet untuk menggelar pesta. Violet menggelar karpet berbulu kesayangannya yang berawarna biru muda. Segera Okta mengeluarkan semua belanjaannya, sedangkan Gilang hanya menaruh setoples kue dan Danis yang hanya membawa satu buku tulis yang tidak akan terpakai.

"Buset, banyak banget lo beli cemilan Ta." Danis menatap takjub ke semua hamparan makanan di depannya ini.

"Bikin minum gih, Vi." Titah Gilang yang langsung dihadiahi lemparan bantal yang mengenai wajahnya, siapa lagi pelakunya jika bukan Violet.

Dengan terpaksa Violet melangkah menuju kulkas mini di kamarnya. Mengambil beberapa kaleng soda untuk mereka nikmati dan lagi Okta mengeluarkan beberapa produk kecantikan dari dalam tas ranselnya. Ada masker, lip mask, night cream, serum, toner, milk cleanser juga. Jangan heran, keluarga Okta ini memang pemilik perusahaan kecantikan yang terkenal. Jadi jangan heran juga kalau wajah Okta lebih glowing, shimering, splendid daripada kalian yang notabennya cewek.

"Eh, Ta. Lo nggak ada gosip terbaru?" Tanya Gilang. Wajahnya memang manly di banding Okta dan Danis, tapi mulutnya sepedas Dragon's Breath. Ituloh cabai terpedas didunia. Dan rata-rata teman Violet tuh suka ngegosip.

"Astaghfirullah Gilang, janganlah engkau berghibah sesungguhnya ghibah itu membawa dosa dan mengurangi pahalamu. Tapi hayuk lah ngegosip." Ucap Danis.

"Nggak ah mending kita maen ular tangga, yang menang akan di dandan dan harus post di story ig selama dua puluh empat jam." Saran Okta.

Mereka pun memulai ritual rutin mereka, wajah mereka serius melihat kertas ular tangga yang sudah buluk. Mengelap keringat yang bercucuran, berharap dadu mereka jatuh tepat di mana ada ular yang siap untuk makan. Sebisa mungkin mereka menghindari tangga, apalagi tangga panjang yang langsung mengarah ke baris kedua sebelum garis finish.

Setelah satu setengah jam mereka menguras otak dalam permainan ular tangga, akhirnya mereka menemukan pemenangnya. Yaitu si pria gentle kita, Gilang. Setelah bertahun-tahun memainkan permainan ini, inilah kali pertama Gilang menang dan mendapatkan hadiah dari teman-temannya.

Dengan semangat Okta memoles wajah Gilang, sedangkan Violet sibuk mencari piyama dan bando bertelinga binatang untuk Gilang. Danis? Dia sudah melakukan live instagram tepat di saat nama Gilang disebut sebagai pemenang.

"Senyum dong, Lang." Olok Danis.

"Ish! Matiin, Nis! Nanti anak kampus sama fans lo ngeliat wajah manly gue ilang." Gilang menutup kamera hp Danis dan berusaha merebutnya.

"Diem napa, Lang. Nanti cemong jadinya." Kesal Okta.

Setelah acara make up yang sangat melelahkan untuk Okta yang notabennya sebagai make up artist, akhirnya Gilang keluar dari ruang ganti. Baju kaos hitam dan celana boxer hitamnya telah terganti dengan piyama yang senada dengan langit malam dan bintang-bintang yang bertaburan. Tak lupa bando yang menghiasi kepala Gilang. Oh imutnya anak mak Jaenab ini.

"Seandainya lo cewek udah gue lamar lo, Lang. Atau lo mau jadi gay juga hayuk lah." Ucap Danis dengan santainya.

"Udah cepet potoin terus di post di ig gue. Gatel nih muka."

Tepat ketika foto itu terpost, saat itu juga jiwa manly Gilang yang dikenal banyak orang lenyap begitu saja. Mereka pun menggelar kasur lipat yang sudah Violet sediakan. Jadi posisinya tuh, Gilang di dekat kasur Violet, Danis di dekat dinding, dan Okta berada di tengah-tengah mereka. Sedangkan Violet berada di atas kasurnya yang empuk. Tenang kasur teman-temannya juga lembut kok.

Keesokan harinya, Violet sudah bersiap dengan setelan vintage. Oh iya, teman-temannya sudah pulang ke habitatnya masing-masing. Violet langsung meninggalkan pekarangan rumah dengan skuter listrik kesayangannya, menyusuri kota di pagi hari weekend ini. Biasanya di hari weekend orang-orang akan bersantai, Violet juga melakukan hal yang sama. Bersantai dengan caranya sendiri, yaitu bekerja di sebuah toko bunga.

Tring!

Suara lonceng pintu toko membuat pandangan Violet mengarah ke arah pintu. Pria tinggi dengan setelan baju casual senada dengan warna pakaian Violet. Berjalan menuju tempat dimana Violet berada. Ya owner toko sedang keluar sebentar, jadi hanya Violet yang ada di toko saat ini.

"Mau pesan apa?" Tanya Violet dengan senyuman ramahnya.

"Saya mau pesan bucket bunga, oh iya bunganya yang khusus untuk menunjukkan arti pertemanan."

"Bunga mawar kuning bagaimana?" Tanya Violet sambil memilih-milih warna bunga yang cocok untuk disatukan.

"Boleh. Tapi setangkai saja, tak usah banyak. Soalnya untuk cowok ini." Pria itu ikut berjongkok di sebelah Violet yang tengah melihat-lihat bunga.

"Baiklah, ini atas nama siapa?" Setelah mengambil setangkai bunga, Violet mulai mengambil secarik kertas dan pulpen.

"Tolong tulis disitu. Selamat atas pencapaianmu. Dari Jordan, untuk temanku Galang." Seketika Violet berhenti di saat nama terakhir di sebut oleh pembelinya ini.

"Galang? Ah palingan orang yang berbeda, nama Galang kan pasaran." Violet kembali menulis dan memberikan bunga mawar kuning ke Jordan. Sepertinya di hari Minggu ini akan banyak orang berkunjung ke toko.

Fyi: Bunga mawar kuning melambangkan sebuah pertemanan dan suka cita serta kenangan. Berbeda dengan mawar merah atau pink yang dijadikan sebagai simbol dari cinta. Sebenarnya masih banyak bunga yang melambangkan pertemanan, tapi Shesil memilih bunga mawar ini saja hehe..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status