Share

Desahan

Violet sangat semangat pagi ini, bagaimana tidak, ada pria tampan yang menunggunya di depan rumah dengan mobil putihnya. Ah Violet lupa lagi siapa nama pria itu, yang pasti dia teman abangnya. Danis selaku tetangga sebelah kanan rumah Violet pun melihat hal itu.

"Bisa jadi bahan gosip nih." Danis pun berangkat ke kampus duluan, tentunya dengan semangat karena membawa berita yang panas.

Mobil putih yang dinaiki Violet pun berhenti di parkiran kampus, Violet membuka sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil untuk keluar. Begitu pula dengan Jordan. Mereka berdua kaget dengan banyaknya mahasiswa yang berkumpul dekat parkiran, ada juga yang di atas balkon, di dekat pos keamanan, dan juga di hall. Violet merasa tak nyaman dengan keadaan ini, berbanding terbalik dengan Jordan yang biasa saja. Banyak gadis dan pemuda yang pundung. Tapi bentaran doang, soalnya di kampus ini kan masih banyak primadona yang tampan atau cantik nan kaya.

Di saat jam istirahat. Setelah mengetahui dalang dari kejadian pagi tadi, Violet langsung mencari keberadaan Danis. Ia mencari dari kolam kodok, selokan, bahkan sampai ke tempat pembuangan sampah. Tapi tetap ia tidak menemukan keberadaan Danis. Baru saja Violet akan menyerah dan kembali ke kantin, pucuk di cinta Danis pun tiba. Violet melihat Danis menuruni tangga menuju lantai dasar gedung, dengan cepat Violet berlari dan menendang Danis dengan penuh kasih sayang. Danis pun terjatuh dengan posisi menungging dan sialnya kakinya terkilir. 

"Akh! Sialan lo, Vi!" Dengan susah payah Danis berdiri, namun jatuh lagi. Berdiri lagi kemudian jatuh lagi. Udah kayak lagunya Meggy Z, jatuh bangun.

"Tolongin napa!" Bentak Danis sambil memegang pinggangnya yang sakit

Violet yang melihatnya merasa iba juga, jadi dia pun membopong Danis menuju UK (Unit Kesehatan). Kenapa disaat seperti ini UK terasa sangat jauh?

"Lo kenapa sih? Punya dendam?" Tanya Danis.

"Masih lagi nanya, lo kan dalang dari tragedi 14 April di parkiran Universitas MTG di jam delapan pagi tadi?" Jelas Violet.

"Ya kan bagus, nggak akan ada lagi cowok ganjen ke lo." Kalau saja Violet tak memiliki rasa simpati, bisa di pastikan keadaan Danis akan lebih parah dari ini.

Mendengar bahwa Danis jatuh dari tangga, membuat pak Ferdi dan teman-temannya pergi menuju UK. Seabsurd apapun Danis, ia tetaplah teman seperbangsatan mereka. Tapi mereka berhenti di depan pintu UK tatkala suara gairah terdengar di indera pendengaran mereka.

"Ahh..shh...pe--lan-pel--an Vi, akhhhh!" Desah Danis.

Semua temannya membulatkan mata tak percaya, telinga mereka sudah tak lagi perawan.

"Suara lo pelanin goblok! Bahaya kalo sampe ada yang denger." Tegas Violet.

"Nghh...gak bisahh Vi, ini...sungguh...Akh! Sakit Vi."

Mereka semua mengintip dari jendela dan tak percaya dengan apa yang terjadi di dalam sana. Danis duduk di kursi roda dengan kaki kanannya sedikit memberi ruang di tengah-tengah, sedangkan Violet berjongkok di depannya. Posisi mereka membelakangi pasukan yang mengintip. Pak Ferdi tak percaya ini, mahasiswi favoritnya dan pilihan sang keponakan berbuat hal seperti ini. Pak Ferdi mimisan dan memegang jantungnya, hampir jatuh. Untung saja Fahri dan Laskar sigap menahan rektor mereka itu. Jordan terpaku melihat adegan yang semakin liar di dalam sana.

"Ahh..Vi." Danis memegang kepala Violet untuk menyalurkan apa yang dirasakannya akibat ulah Violet.

Plak!

Violet memukul tangan Danis yang ada di kepalanya.

"Lo bisa diem nggak sih! Dan apa-apaan dengan suara penuh dosa itu?" Bentak Violet.

Baiklah Jordan tak tahan melihatnya, langsung saja ia masuk ke dalam. Diikuti yang lainnya, termasuk pak Ferdi yang berada di rangkulan Fahri dan Laskar.

"Kalian ngapain?" Tanya Jordan dengan suara lembut namun mengintimidasi.

Violet yang mendengar suara Jordan lantas mendongak dengan kepala yang miring karena bingung.

"Gue cuman mijit--" Belum juga Violet selesai bicara, pak Ferdi langsung memotong sambil memegang dadanya yang semakin sakit.

"Astaghfirullah Violet, saya nggak menyangka kamu berbuat hal yang tak senonoh."

"Nggak senonoh apanya pak? Justru saya melakukan hal yang benar. Supaya Danis merasa enakan." Jelas Violet.

Astaga ini Violet emang polos apa bego sih? Tak sanggup mendengarnya, pak Ferdi pun jatuh pingsan. Membuat semua orang yang disana panik. Laskar dan Fahri segera membaringkan pak Ferdi ke kasur dan memberikan pertolongan.

"Waahhh... thanks, Vi. Gue dah enakan nih, bisa jalan lagi." Ucap Danis dan mulai berjalan kesana kemari tanpa rasa bersalah.

Jordan langsung meminta penjelasan ke Danis dan Violet. Dan penjelasan mereka berdua membuat orang-orang disana menggeleng tak habis pikir. Mau tau apa yang terjadi di antara Danis dan Violet? Jadi Violet memijat kaki Danis yang terkilir, namun teriakan Danis malah sebuah desahan. Violet sudah berulang kali mengatakan jangan mendesah, tapi tetap saja Danis mendesah. Membuat Violet menyerah dan membiarkan Danis mendesah.

"Daripada teriak kesakitan, mending mendesah keenakan." Jelas Danis. Jordan yang paling sabar di daratan ini saja sampai berkali-kali mengelus dada dan beristighfar, supaya ia tak menonjok pria di depannya ini.

Bahkan pak Ferdi yang mendengarkan alasan aneh dari mahasiswanya yang selalu membuat ulah itu semakin membuat jantungnya berdisko. Baiklah sampai disini tragedi desahan Danis, mari berlanjut ke adegan selanjutnya.

Sehabis Violet dari kebun bunga yang berada di belakang kampus, ia mengambil beberapa bunga untuk bahan praktiknya. Namun langkahnya terhenti saat segerombolan mahasiswa mengitarinya dengan bunga di tangan mereka masing-masing. Violet terjebak di tengah-tengah, tak ada jalan keluar.

"Oh Tuhan, kirimlah malaikatmu untuk membawaku keluar dari gerombolan setan ini." Pinta Violet.

Tepat di saat ia membuka matanya, pergelangan tangannya di pegang seorang pria dengan setelan kemeja putih yang di gulung dan celana kain hitamnya. Sejenak Violet terpana hanya dengan melihat senyuman pria yang memegang tangannya saat ini.

"Malaikatmu telah datang, maaf atas keterlambatanku." Ucap Jordan dengan senyum manisnya.

Violet hanya bengong, masih tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Apa benar ini malaikat yang dikirim Tuhan untuknya? Secepat ini? Melihat Violet hanya diam, Jordan langsung menariknya menjauh dari kerumunan buaya yang kelaparan. Dan sampailah mereka di depan kelas Violet. Jordan menatap gemas ke Violet yang masih terdiam dengan wajah polosnya. Ia pun melambaikan tangannya di depan Violet.

"Hei, mau sampai kapan kamu diam?"

Lantas Violet tersadar dan mengerjapkan matanya, lucu. Jordan yang melihatnya hanya dapat tersenyum gemas. Oh sepertinya Jordan harus ke psikiater pulang nanti, jantungnya tak baik begitu pula kadar gula di tubuhnya yang pasti sudah naik.

"Ah, makasih atas bantuannya." Ucap Violet.

Lagi, Jordan hanya bisa tersenyum maklum. Violet kembali melupakannya, padahal tadi pagi ia sudah menjemputnya. Berharap dengan begitu Violet akan mengingatnya. Untung saja Jordan orang yang sangat sabar dan pantang menyerah.

"Kau melupakanku lagi." Jordan tersenyum sambil mengelus puncak kepala Violet.

"Lagi?" Tanya Violet. Dan detik berikutnya ia meminta maaf sambil berbungkuk.

"Maafkan aku." Melihat Violet berbungkuk tentu saja Jordan langsung menahannya.

"Tak perlu minta maaf, kita memang belum saling kenal dengan baik. Perkenalkan namaku Jordan, pemilik perusahaan Samudera. Aku mengambil S2 di jurusan manajemen bisnis."

"Sepertinya aku tak perlu memperkenalkan diri, aku akan berusaha mengingatnya. Kalau begitu aku masuk dulu."

Setelahnya, Jordan melangkahkan kaki menuju ruangan pamannya untuk membicarakan hal penting tentang masa depannya. Dua jam Jordan berbicara dengan pamannya, keadaan kampus sudah sepi. Ia berharap Violet tak menunggunya, mau menunggu gimana? Namanya saja tak diingat olehnya. Jordan menghembuskan nafasnya dan menunduk untuk melihat sepatu hitamnya yang entah sejak kapan menjadi menarik baginya.

"Kamu yakin ingin bersama dia? Kamu lihat sendiri bukan seperti apa keadaannya?"

Ucapan pamannya terus terputar di kepalanya, tapi tidak membuatnya goyah untuk mendapatkannya. Apapun yang diinginkan Jordan akan ia dapatkan, meski harus melawan takdir sekalipun. Segera ia menuju parkiran dengan cepat, sesuai dugaan dia tidak ada disana.

"Pasti dia lupa lagi."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status