Feligan melirik pria tambun yang berumur setengah abad itu dengan tidak minat. Pria itu berusaha menjilatnya, agar ia tidak jadi mengambil alih perusahannya itu. Tapi Feligan rasa ini adalah langkah yang tepat, perusahaan itu sangat kacau dan tidak mengalami peningkatan yang baik. Mungkin ditangannya yang tepat, perusahaan itu dapat menjadi perusahaan ternama.
"Tuan, aku tahu perusahaan ini sedikit kacau, tapi aku yakin, seiring berjalannya waktu perusahaan ini akan bangkit dan kembali jaya seperti dahulu," terang pria tambun tersebut.
Feligan kini semakin tidak tertarik bahkan untuk berbicara dengan pria di depannya itu. Ia mengambil file berkas yang ada di depannya dan langsung membaca isi berkas tersebut.
"Ck!" Decak Feligan. "Dari berkas ini saja aku sudah tahu masa depan apa yang akan dimiliki perusahaan ini."
Pria tambun itu berkeringat, ia belum siap kehilangan perusahaannya.
"Ta-tapi tuan, sesuatu tidak bisa dinilai hanya dari berkas-berkas, bukan?"
Feligan merasa diremehkan, sejak kapan ucapannya salah? Pria tua ini seharusnya tidak perlu diajak berunding, bagaimanapun ia pasti akan mendapatkan perusahaan itu.
"Keluar!" perintah Feligan pada pria itu yang kini semakin menundukkan kepalanya.
"Kau tidak mendengarku?" tanya Feligan tegas.
Pria tambun itu mendongkak berusaha mengatakan sesuatu dari mulutnya tetapi tidak ada satu patah kata pun yang keluar, seolah pita suara terkunci.
Feligan tersenyum sinis. "Ada lagi yang ingin kau katakan?"
Pria tambun itu kembali menunduk dan menggeleng lemah. Ia berjalan dengan lunglai keluar dari ruangan besar Feligan dan meninggalkan suasana hening yang damai.
Feligan berdiri dari kursi besarnya, ia berjalan ke arah jendela yang menampilkan gedung diseberangnya. Ia menilai, apa yang akan ia lakukan untuk mengatasi kekacauan di gedung itu.
Tring!
Handphone-nya berdering, nama sekretarisnya muncul di layar itu. Tidak lama, ia langsung menggeser panggilan itu ke mode angkat.
"Hm?"
"Selamat siang, Tuan. Jam dua nanti anda memiliki jadwal untuk bertemu dengan D&K corp. untuk membicarakan masalah perjanjian yang sudah anda accept kemarin," jelas sekretarisnya.
Feligan mengangguk, walau tahu sekretarisnya itu tidak dapat melihatnya. "Aku mengerti, pastikan saja mobilnya sudah disiapkan saat aku turun nanti," balas Feligan yang di-iyakan oleh sekretarisnya.
Panggilan itu kini berakhir. Feligan kembali menatap gedung disebrangnya itu dan kembali menemukan wanita kemarin, yang rambutnya tertempel permen karet.
Kini wanita itu sedang mengikat rambut blondenya yang terlihat kacau. Wanita itu terlihat sibuk sehingga penampilannya tidak ia pedulikan.
Feligan terus saja menatap wanita itu hingga tatapan mereka berdua beradu dan saling menatap selama beberapa detik. Wanita itu langsung memutuskan tatapannya dan bersikap acuh.
"Hah?" Feligan tidak percaya wanita itu berani memutuskan tatapan mereka duluan.
Ia bersidekap, kembali menatap wanita tadi, Sedangkan yang ditatap berusaha tidak peduli walau merasa jika tatapan Feligan menusuknya.
Shakira--wanita itu--mengambil handphone-nya dan berpura-pura mendapat telpon yang membuatnya menjauh dari jendela sehingga pria itu tidak lagi menatapnya.
Ia tidak habis pikir, kenapa pria itu suka sekali menatapnya dan itu dari kemarin semenjak permen karet sialan itu lengket di rambutnya.
Shakira berjalan pelan mendekati jendela melihat apakah pria itu masih melihat kemari atau tidak. Dan ternyata Feligan masih disana menatap tempatnya.
Tidak mau terganggu, Shakira kembali menunjukkan wujudnya. Ia dengan isyarat tangan meminta perhatian Feligan yang dibalas pria itu dengan gerakan kepalanya.
Saat merasa telah mendapatkan perhatian Feligan, Shakira kini mengambil kertas dan menulis sesuatu di atas kertas itu dengan tulisan besar, setelah itu ia tempelkan ke jendela sehingga Feligan dapat membacanya.
'Berhentilah menatapku! Sangat membuatku risih.'
Itulah isi kertas itu yang mana kini membuat Feligan memutar kedua bola matanya kesal.
Feligan ikut mengambil kertas dan menuliskan sesuatu, lalu ikut menempelkan kertas itu ke jendela kacanya.
'Jangan bercanda, seperti kau pantas dilihat saja!'
Shakira memanas melihat balasan pria itu. Ia tidak seburuk itu sehingga tidak pantas untuk dilihat. Juga, pria itu lihat apa selain melihat dirinya. Dasar pria mesum!
'Persetan denganmu, Pria mesum!'
Kini Feligan tertawa melihat balasan Shakira. Mesum? Hell no! Bahkan jika ia mesum tidak mungkin ia akan menatap Shakira yang sangat jauh dari tipenya.
Feligan kembali menuliskan balasan dan membiarkan Shakira membacanya.
'Kau bahkan jauh dari tipeku.'
Shakira menatap dirinya sendiri dan sudah ia bilang sebelumnya, ia tidak seburuk itu. Bahkan dirinya itu termasuk lumayan tapi beraninya pria arogan di gedung sebrangnya itu meremehkannya.
Shakira dengan emosi mulai menulis kembali dan membiarkan Feligan membacanya.
'Jika kita bertemu, kupastikan akan menendang bokongmu!'
Feligan mendecih. Wanita itu bermain-main dengannya. Ia menulis kembali dan membiarkan wanita itu membacanya.
'Ku tunggu!'
Shakira mengeram, ia mengacungkan jari tengahnya ke pria itu sembari mulutnya berkata, "Fuck you!"
Feligan tersenyum sinis dan bibirnya bergerak mengucapkan "too." tanpa suara.
Seseorang datang memasuki ruangan Feligan. Ia adalah sekretaris pria itu dan memberitahu bahwa jadwal meeting-nya akan segera dimulai.
Feligan mengangguk. Ia kembali melihat ke arah jendela kacanya, melihat wanita yang membuatnya kesal itu masih berada disana menatapnya penasaran. Feligan dengan tangannya melambai ke arah Shakira yang artinya ia akan segera pergi dan mengakhiri pertarungan yang dilakukannya sebelumnya.
Shakira mengedikkan bahunya dan membalikkan badannya, lalu kembali duduk di meja kerjanya.
Feligan tersenyum tipis melihat sikap wanita itu. Haruskah ia mencari tahu tentang wanita itu?
"Tuan?" panggilan itu membuat Feligan sadar dari keterlamunannya.
"Kau bisa keluar, aku akan siap dalam beberapa menit," balas Feligan.
Sekretaris dengan name-tag Anne itu mengangguk lalu keluar dari ruangan dengan nuansa gelap itu, meninggalkan Feligan sendiri.
Feligan berjalan menuju lemari khusus dasi dan jamnya disudut ruangan. Ia memilih, dasi dan jam mana yang akan ia pakai. Saat matanya melihat dasi dengan motif garis-garis berwarna abu tua, ia sudah tau ia akan memakai itu. Sedangkan jam, ia memilih jam tangan Rolex seharga $30.000 untuk dipakainya.
Ia menatap dirinya di cermin, terlihat menakjubkan seperti biasanya. Setelah itu ia berjalan menuju meja besarnya dan mengambil kaca mata hitam kesayangannya lalu memakainya. Perfect.
Feligan mulai berjalan keluar dari ruangannya. Ketukan sepatunya berbunyi dilantai marmer gedungnya membuat semua bawahannya menunduk hormat padanya saat melihat pria itu.
Sekretarisnya datang dari sebuah ruangan lalu berjalan bersama dirinya walau memiliki jarak yang sangat terlihat. Saat sampai di lobby, ia sudah ditunggu oleh bawahannya yang akan ikut mengantarkannya demi keamanan pemimpin mereka.
Salah satu bawahannya membuka pintu mobil untuknya, lalu menutupnya kembali saat Feligan sudah duduk manis didalam sana. Ini benar-benar kehidupan Feligan yang telah dirasakannya sejak lama, menjadi seseorang yang dihormati semua orang.
Suasana ruangan yang sedikit remang itu dipenuhi dengan alkohol dan asap rokok. Sedikit terdengar suara musik dari lantai bawah tapi tidak mengganggu pelanggan di lantai atas.Feligan berada disalah satu ruangan remang tersebut, ia meneguk habis minumannya dengan sekali tegukan.Bisa dibilang ia cukup stress saat ini dikarenakan adanya pemberontak yang membuat propaganda dalam kelompoknya. Sudah ia pastikan ini ulah penyusup dari kelompok mafia lainnya.Dengan pelan ia mengusap batang hidungnya yang terasa sakit.Seorang pria masuk keruangannya tanpa izin sembari bertepuk tangan. "Tuan Mafioso! Sudah lama tidak melihatmu," sahut seseorang yang membuat Feligan menatap pemilik suara.Feligan membuang mukanya saat tahu pria itu adalah Xander, salah satu ketua mafia D'xario yang dimusuhinya."Well, sepertinya kau tidak senang akan kedatangan diriku, benar?" tanya Xander yang telah memperhatikan sifat tidak suka Feligan pa
"Masih ingin menendang bokongku?" tanya Feligan saat melihat Shakira yang sepertinya sudah mengingat dirinya.Shakira yang mati kutu, tidak bergerak sedikitpun. Feligan tersenyum sinis melihat itu, bagaimana tidak jika wanita yang didepannya ini kemarin berlagak sombong malah mati kutu sekarang.Feligan melihat name tag yang terkalung dileher Shakira, ia menarik name tag itu mendekat padanya dan membuat Shakira berdiri lalu tertarik ke depan, hampir saja wajahnya beradu dengan wajah Feligan."Shakira Costelia," ucap Feligan, membaca nama yang tertera.Shakira menarik name tagnya kembali dan menatap Feligan kesal. "Kau bertindak dengan tidak sopan, Tuan gedung sebelah." Shakira memberbaiki name tagnya."Juga bagaimana kau bisa masuk ke sini?""Tentu saja aku bisa masuk kesini sesukaku, dan asal kau tahu..." Feligan menggantungkan kalimatnya yang membuat Shakira mengernyit.Feligan mendekatkan wajahnya ke ar
Shakira menemukan dirinya terbangun oleh suara ponsel yang tidak berhenti berdering sejak 10 menit yang lalu. Matanya mengerjap, masih mengantuk saat ia bangun dari tidurnya. Matanya menjelajah sekeliling mencari tas yang entah ia letakkan dimana.Dia bangkit dari Sofa dan berjalan mengitari ruang tamunya untuk mencari tas bututnya. Untungnya, ia dapat menemukan tasnya dengan cepat karena ponselnya masih tidak berhenti berdering hingga sekarang.Dengan malas, Shakira meraba isi tasnya dan mencoba mencari ponsel tanpa melihat ke dalam tas. Saat ia merasakan tangannya mendapatkan getaran, langsunglah ia mengambil benda itu.Layar ponselnya menunjukkan nomor teman kantornya. Lebih dari 40 panggilan telah ia dapatkan dan itu dari nomor yang berbeda. Shakira merasa terkejut karena ini pertama kalinya ia mendapatkan boom call seperti ini.Sebuah nama 'Sella' menghiasi layarnya, tanpa menunggu lama Shakira langsung saja menjawab panggilan itu
Shakira berjalan melewati gang kecil yang mana sering ia lalui untuk menuju apartemenya. Hari ini mendung, awan bewarna kelabu menghiasi langit sama seperti suasana hati Shakira.Shakira berhenti melangkah saat kakinya tidak sengaja menendang kardus yang berisikan sesuatu. Tangannya menggapai kardus tersebut dan membukanya. Termangu sebentar, Shakira lantas tersenyum saat ia menemukan anak kucing dengan bulu yang lebat berada di dalam kardus tersebut."Kau dibuang?" tanya Shakira pada anak kucing yang telah berada di pangkuannya. Anak kucing itu hanya membalas dengan suara meongan yang kecil."Baiklah, aku akan menggantikan ibumu. Oleh karena itu, jangan mencakarku, oke!" kemudian Shakira mengeratkan blazernya hingga anak kucing itu tidak kedinginan."Ayo pulang dan makan malam. Menu apa yang harus kumasak hari ini?" tanya Shakira kembali pada anak kucing tersebut tapi pastinya tidak ada balasan seperti 'ayam', 'ikan' dan lain-lain.Sh
Shakira mengerjapkan matanya. Pandangannya masih belum fokus namun ia tahu jika ia tidak berada dirumahnya. Dirinya berada disebuah tempat yang ia tidak ketahui."Ehem!"Mata Shakira menangkap sosok yang berada satu meter didepannya. Pria itu terlihat familiar tetapi Shakira tidak dapat melihat dengan jelas wajah pria itu dikarenakan gelapnya ruangan ini."Siapa?" tanya Shakira serak."Tebak."Shakira berusaha bangkit dari tidurnya namun ia baru menyadari tangannya sedang dalam keadaan terikat. Hal itu membuatnya was-was, ia yakin saat ini ia sedang diculik."Sudah tahu?" tanya pria itu dengan suara bass yang Shakira merasa pernah dengar.Shakira merasa ragu untuk mengatakan nama yang kini berada didalam pikirannya. Akan tetapi, ia sangat yakin suara dari pria itu sama persis dengan pemilik nama yang ada dipikirannya."Fe-feligan?" ragu Shakira dan kini matanya sedikit bisa membaur dengan gelapnya ruangan.Pria itu be
"Aku tidak ingin makan sekarang. Aku punya jadwal makanku." Shakira terus bersikeras akan kebiasaan makannya yang mana membuat Feligan kesal dengan wanita itu.Setelah dikunci di dalam kamar kemarin malam, Pagi ini Feligan membuka kamar tersebut dan menemukan Shakira sudah duduk diranjangnya. Feligan mengajak Shakira untuk breakfast bersama dengannya."Terus saja kau keras kepala. Kau tahu, kau seharusnya merasa beruntung jika aku mengajakmu sarapan bersama."Shakira bersidekap. "Cih! Beruntung? Ini namanya kesialan, lagian apa untungnya makan dengan orang gila."Feligan mengepalkan tangannya. Giginya bergemeletuk, ingin sekali ia menutup mulut Shakira dengan sesuatu agar omongan pedas tidak keluar dari bibir bulat penuh itu.
Pagi ini, saat suasana sedang sejuknya dan mentari timbul dengan cerahnya, Shakira menemukan baju kantor yang telah tergeletak di atas kasurnya.Shakira menendang sepatu yang berada didekat kakinya. Betapa konyolnya ia menyetujui untuk menjadi asisten pribadi pria itu tadi malam, saat pria itu pulang entah dari mana. Tapi bagaimana lagi, baginya itulah satu-satunya cara agar ia lepas dari pria gila itu.Shakira menatap jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh. Langsung saja ia mengambil baju dan membawanya ke walk in closet. Begitu selesai memakai baju, ia memakai sepatu yang tadi ia tendang. Betapa pasnya baju itu saat ia sedang melihat penampilannya dicermin. Hal itu sedikit membuatnya ngeri karena pria itu bahkan tau ukuran baju dan pakaian dalamnya.Dengan tersenyum selebar mungkin yang mana membuatnya mengerikan, Shakira berjalan kekuar dari kamarnya dan menuju ruang makan. Ia sudah tahu seluk beluk runah atau istana ini
"Aku tidak menyangka aku harus membatalkan janjianku bersama klien hanya karenamu," gerutu Feligan setelah mereka memasuki mansion.Shakira menatap kesal punggung Feligan dan berdecih. "Aku tidak mungkin berlama-lama di tempat menyeramkan itu."Feligan membuka kancing atas kemeja dan menggulung lengan kemejanya sampai ke siku. Dasi yang tadi mengikat lehernya kuat kini ia tarik hingga mengendur. Tatapan Feligan terlihat nyalang, ia begitu kesal dengan kejadian tadi saat Shakira memintanya pulang begitu saja hanya karena wanita itu ketakutan."Kuharap kau tahu posisimu," desis Feligan dan berjalan meninggalkan Shakira yang masih berdiri di lounge mansion ini.Dengan sedikit menghentakkan kakinya, Shakira berjalan menuju kamarnya. Dalam hatinya, Shakira menggerutu karena ia diibaratkan dalam posisi yang rendah saat ini tapi ia hanya diculik bukan berarti dia mau menjadi bawahannya pria arogan itu."Me