Share

Chapter 1

Feligan melirik pria tambun yang berumur setengah abad itu dengan tidak minat. Pria itu berusaha menjilatnya, agar ia tidak jadi mengambil alih perusahannya itu. Tapi Feligan rasa ini adalah langkah yang tepat, perusahaan itu sangat kacau dan tidak mengalami peningkatan yang baik. Mungkin ditangannya yang tepat, perusahaan itu dapat menjadi perusahaan ternama. 


"Tuan, aku tahu perusahaan ini sedikit kacau, tapi aku yakin, seiring berjalannya waktu perusahaan ini akan bangkit dan kembali jaya seperti dahulu," terang pria tambun tersebut. 


Feligan kini semakin tidak tertarik bahkan untuk berbicara dengan pria di depannya itu. Ia mengambil file berkas yang ada di depannya dan langsung membaca isi berkas tersebut.


"Ck!" Decak Feligan. "Dari berkas ini saja aku sudah tahu masa depan apa yang akan dimiliki perusahaan ini."


Pria tambun itu berkeringat, ia belum siap kehilangan perusahaannya. 


"Ta-tapi tuan, sesuatu tidak bisa dinilai hanya dari berkas-berkas, bukan?"

Feligan merasa diremehkan, sejak kapan ucapannya salah? Pria tua ini seharusnya tidak perlu diajak berunding, bagaimanapun ia pasti akan mendapatkan perusahaan itu. 


"Keluar!" perintah Feligan pada pria itu yang kini semakin menundukkan kepalanya. 


"Kau tidak mendengarku?" tanya Feligan tegas.


Pria tambun itu mendongkak berusaha mengatakan sesuatu dari mulutnya tetapi tidak ada satu patah kata pun yang keluar, seolah pita suara terkunci. 


Feligan tersenyum sinis. "Ada lagi yang ingin kau katakan?"


Pria tambun itu kembali menunduk dan menggeleng lemah. Ia berjalan dengan lunglai keluar dari ruangan besar Feligan dan meninggalkan suasana hening yang damai. 


Feligan berdiri dari kursi besarnya, ia berjalan ke arah jendela yang menampilkan gedung diseberangnya. Ia menilai, apa yang akan ia lakukan untuk mengatasi kekacauan di gedung itu.


Tring! 


Handphone-nya berdering, nama sekretarisnya muncul di layar itu. Tidak lama, ia langsung menggeser panggilan itu ke mode angkat. 


"Hm?"


"Selamat siang, Tuan. Jam dua nanti anda memiliki jadwal untuk bertemu dengan D&K corp. untuk membicarakan masalah perjanjian yang sudah anda accept kemarin," jelas sekretarisnya. 


Feligan mengangguk, walau tahu sekretarisnya itu tidak dapat melihatnya. "Aku mengerti, pastikan saja mobilnya sudah disiapkan saat aku turun nanti," balas Feligan yang di-iyakan oleh sekretarisnya.


Panggilan itu kini berakhir. Feligan kembali menatap gedung disebrangnya itu dan kembali menemukan wanita kemarin, yang rambutnya tertempel permen karet. 


Kini wanita itu sedang mengikat rambut blondenya yang terlihat kacau. Wanita itu terlihat sibuk sehingga penampilannya tidak ia pedulikan. 


Feligan terus saja menatap wanita itu hingga tatapan mereka berdua beradu dan saling menatap selama beberapa detik. Wanita itu langsung memutuskan tatapannya dan bersikap acuh. 


"Hah?" Feligan tidak percaya wanita itu berani memutuskan tatapan mereka duluan. 


Ia bersidekap, kembali menatap wanita tadi, Sedangkan yang ditatap berusaha tidak peduli walau merasa jika tatapan Feligan menusuknya.

Shakira--wanita itu--mengambil handphone-nya dan berpura-pura mendapat telpon yang membuatnya menjauh dari jendela sehingga pria itu tidak lagi menatapnya. 


Ia tidak habis pikir, kenapa pria itu suka sekali menatapnya dan itu dari kemarin semenjak permen karet sialan itu lengket di rambutnya. 


Shakira berjalan pelan mendekati jendela melihat apakah pria itu masih melihat kemari atau tidak. Dan ternyata Feligan masih disana menatap tempatnya.

Tidak mau terganggu, Shakira kembali menunjukkan wujudnya. Ia dengan isyarat tangan meminta perhatian Feligan yang dibalas pria itu dengan gerakan kepalanya.


Saat merasa telah mendapatkan perhatian Feligan, Shakira kini mengambil kertas dan menulis sesuatu di atas kertas itu dengan tulisan besar, setelah itu ia tempelkan ke jendela sehingga Feligan dapat membacanya. 


'Berhentilah menatapku! Sangat membuatku risih.'


Itulah isi kertas itu yang mana kini membuat Feligan memutar kedua bola matanya kesal. 


Feligan ikut mengambil kertas dan menuliskan sesuatu, lalu ikut menempelkan kertas itu ke jendela kacanya. 


'Jangan bercanda, seperti kau pantas dilihat saja!'


Shakira memanas melihat balasan pria itu. Ia tidak seburuk itu sehingga tidak pantas untuk dilihat. Juga, pria itu lihat apa selain melihat dirinya. Dasar pria mesum!


'Persetan denganmu, Pria mesum!'


Kini Feligan tertawa melihat balasan Shakira. Mesum? Hell no! Bahkan jika ia mesum tidak mungkin ia akan menatap Shakira yang sangat jauh dari tipenya.


Feligan kembali menuliskan balasan dan membiarkan Shakira membacanya. 


'Kau bahkan jauh dari tipeku.'


Shakira menatap dirinya sendiri dan sudah ia bilang sebelumnya, ia tidak seburuk itu. Bahkan dirinya itu termasuk lumayan tapi beraninya pria arogan di gedung sebrangnya itu meremehkannya. 


Shakira dengan emosi mulai menulis kembali dan membiarkan Feligan membacanya. 


'Jika kita bertemu, kupastikan akan menendang bokongmu!'


Feligan mendecih. Wanita itu bermain-main dengannya. Ia menulis kembali dan membiarkan wanita itu membacanya. 


'Ku tunggu!'


Shakira mengeram, ia mengacungkan jari tengahnya ke pria itu sembari mulutnya berkata, "Fuck you!"


Feligan tersenyum sinis dan bibirnya bergerak mengucapkan "too." tanpa suara.


Seseorang datang memasuki ruangan Feligan. Ia adalah sekretaris pria itu dan memberitahu bahwa jadwal meeting-nya akan segera dimulai. 


Feligan mengangguk. Ia kembali melihat ke arah jendela kacanya, melihat wanita yang membuatnya kesal itu masih berada disana menatapnya penasaran. Feligan dengan tangannya melambai ke arah Shakira yang artinya ia akan segera pergi dan mengakhiri pertarungan yang dilakukannya sebelumnya. 


Shakira mengedikkan bahunya dan membalikkan badannya, lalu kembali duduk di meja kerjanya.


Feligan tersenyum tipis melihat sikap wanita itu. Haruskah ia mencari tahu tentang wanita itu? 


"Tuan?" panggilan itu membuat Feligan sadar dari keterlamunannya. 


"Kau bisa keluar, aku akan siap dalam beberapa menit," balas Feligan.


Sekretaris dengan name-tag Anne itu mengangguk lalu keluar dari ruangan dengan nuansa gelap itu, meninggalkan Feligan sendiri.


Feligan berjalan menuju lemari khusus dasi dan jamnya disudut ruangan. Ia memilih, dasi dan jam mana yang akan ia pakai. Saat matanya melihat dasi dengan motif garis-garis berwarna abu tua, ia sudah tau ia akan memakai itu. Sedangkan jam, ia memilih jam tangan Rolex seharga $30.000 untuk dipakainya. 


Ia menatap dirinya di cermin, terlihat menakjubkan seperti biasanya. Setelah itu ia berjalan menuju meja besarnya dan mengambil kaca mata hitam kesayangannya lalu memakainya. Perfect.


Feligan mulai berjalan keluar dari ruangannya. Ketukan sepatunya berbunyi dilantai marmer gedungnya membuat semua bawahannya menunduk hormat padanya saat melihat pria itu. 


Sekretarisnya datang dari sebuah ruangan lalu berjalan bersama dirinya walau memiliki jarak yang sangat terlihat. Saat sampai di lobby, ia sudah ditunggu oleh bawahannya yang akan ikut mengantarkannya demi keamanan pemimpin mereka. 


Salah satu bawahannya membuka pintu mobil untuknya, lalu menutupnya kembali saat Feligan sudah duduk manis didalam sana. Ini benar-benar kehidupan Feligan yang telah dirasakannya sejak lama, menjadi seseorang yang dihormati semua orang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status