Suasana ruangan yang sedikit remang itu dipenuhi dengan alkohol dan asap rokok. Sedikit terdengar suara musik dari lantai bawah tapi tidak mengganggu pelanggan di lantai atas.
Feligan berada disalah satu ruangan remang tersebut, ia meneguk habis minumannya dengan sekali tegukan.
Bisa dibilang ia cukup stress saat ini dikarenakan adanya pemberontak yang membuat propaganda dalam kelompoknya. Sudah ia pastikan ini ulah penyusup dari kelompok mafia lainnya.
Dengan pelan ia mengusap batang hidungnya yang terasa sakit.
Seorang pria masuk keruangannya tanpa izin sembari bertepuk tangan. "Tuan Mafioso! Sudah lama tidak melihatmu," sahut seseorang yang membuat Feligan menatap pemilik suara.
Feligan membuang mukanya saat tahu pria itu adalah Xander, salah satu ketua mafia D'xario yang dimusuhinya.
"Well, sepertinya kau tidak senang akan kedatangan diriku, benar?" tanya Xander yang telah memperhatikan sifat tidak suka Feligan padanya.
"Apa yang kau inginkan dariku, pria tua?" balas Feligan.
Xander yang tadinya berdiri kini mulai duduk di sofa yang berhadapan dengan Feligan. Ia mengambil sebuah botol martini dan menuangkannya ke dalam gelas Feligan yang telah kosong.
"Kau masih seperti biasanya, to the point, Feligan."
"Tidak perlu basa-basi."
Xander tertawa mendengar itu. "Aku tidak pernah basa-basi, Feligan. Tapi inilah caraku memulai pembicaraan, khasku."
Feligan menampakkan wajah muaknya, inilah kenapa Feligan benci pria itu. Terlalu bertele-tele dan mengejutkan. Kepribadian pria itu sangat berbeda dengan kepribadiannya.
"Katakanlah, cepat!"
"Dasar tuan tidak sabaran," sindir Xander yang dapat pelototan oleh Feligan.
"Baiklah, aku hanya ingin kita menambah perusahaan. Kau tau sendiri bukan kalau keluarga kita semakin meluas, maka dari itu kita butuh perusahaan lagi untuk mencukupi makanan sehari-hari mereka."
Feligan mengangguk, ia sudah tahu itu sejak lama. "Tenang saja, aku sudah menyiapkan satu perusahaan tepat di depan gedungku. Tapi aku ingin tidak ada campur tanganmu dalam perusahaan itu."
Xander menyeringai.
"Kau memang bisa diandalkan Feligan. Tidak salah pria tua itu menjadikanmu tangan kanannya."
Tangan kanan?
"Kurasa kau salah, pria itu menjadikanku anaknya, bukan tangan kanannya. Kau harus bisa menbedakannya atau mungkin ini karena otakmu telah menua?" sindir Feligan.
Xander berdiri dari duduknya, sebenarnya jika ia terus bersama Feligan mungkin saja emosinya akan bergejolak. Feligan seperti dirinya sewaktu muda, sangat angkuh.
"Melarikan diri, huh?" pancing Feligan membuat Xander mengepalkan kedua tangannya.
Tanpa berbalik, Xander keluar dari ruangan itu dengan kesal.
Itulah akibat jika kau bermain-main dengan Feligan, Mafioso yang nantinya akan menjadi kepala keluarga kelompok Mafia. Dan Xander tahu jika rivalnya satu ini susah untuk dikalahkan.
"Menyebalkan!" desis Feligan saat Xander tidak lagi terlihat.
***
Shakira sangat konsentrasi dalam pekerjaannya, sampai-sampai ia tidak dengar jika ada info yang disiarkan melalui audio kantornya.
"Apa kita akan dipecat?!"
Suara histeris itu membuat Shakira berhenti mengetik. Ia melihat semua teman-temannya sedang dalam perdebatan serius hingga tidak lagi dalam kubikel masing-masing.
Shakira melangkah mendekat, mencuri dengar atas perdebatan mereka.
"Aku yakin kita semua akan dipecat!" sahut salah satu rekannya.
"Tidak, kurasa ini hanya pengalihan pemegang perusahaan," sahut yang lainnya.
Shakira semakin tidak mengerti, apa maksudnya dipecat dan pengalihan perusahaan?
Karena itu Shakira berjalan menembus kerumunan itu dan bertanya, "Apa maksudmu?"
Semua orang terdiam. Mereka tahu si workaholic yang bertanya ini tidak mendengar info itu. Selalu tenggelam dalam pekerjaannya.
"Well, pemimpin perusahaan mengundurkan diri dan ia akan mengalihkan perusahaan ini kepada orang lain yang mana akan jadi boss baru kita atau boss orang lain. Karena kita tidak tahu apakah kita bakal dipecat or something!"
Sakhira mengangguk-angguk mendengar penjelasan rekannya itu.
"Kurasa kita tidak akan dipecat," celetuk Shakira yang membuat Rekan kerjanya tidak percaya.
"Bagaimana kau bisa seyakin itu?" tanya Sella, teman samping kubikelnya.
Shakira menompang dagu dengan tangannya. "Karena pegawai disini terlalu banyak dan akan sulit untuk memecat mereka semua dan pastinya disini ada pekerja kontrak, bukan? Jadi kurasa kita hanya akan mendapatkan boss baru." jelas Shakira yang membuat lainnya merasa pemikirannya benar juga.
"Tes... 123... 123." Itu suara dari audio yang sontak membuatnya semuanya diam. "Baiklah, selamat siang semuanya. Saya harapkan tidak ada kepanikan diantara kalian semua. Perusahaan ini hanya akan berpindah kepemilikan sehingga tidak akan ada yang dipecat atau apapun, kalian bisa bekerja seperti biasanya. Diharapkan semua berada dalam kubikelnya masing-masing saat pemimpin baru perusahaan datang. Sekian dan terima kasih."
Semua mendesah lega saat mendengar pengumuman tersebut, tidak terkecuali Shakira. Ia sangat takut kehilangan pekerjaan ini karena hal inilah pengalih kejenuhannya dan kilas-kilas masa lalu yang telah tidak menganggu lagi.
Shakira berjalan kembali menuju kubikelnya dan kembali bekerja. Jemarinya tidak berhenti mengetik, ia sangat piawai dalam menyunting naskah. Apalagi saat membaca novel yang sedang dieditnya itu.
Sebagai salah satu perusahaan penerbitan terbesar di Amerika, tentu saja naskah yang masuk tidak main-main. Banyak cerita yang mengandung plot twist tak terduga dan Shakira bisa menghabiskan waktu 24/7 nya hanya untuk itu.
Sella menampakkan wajahnya dari pembatas kubikel antara ia dan Shakira. Wajahnya memelas tanda minta dibantu akan naskahnya saat ini. Shakira dengan tangan diangkat keudara, meminta waktu sebentar untuk menyelesaikan naskahnya sendiri.
"Baiklah, tapi kumohon cepat. Deadline-nya hari ini," pinta Sella memohon.
"Ya, sebentar lagi."
Sella kembali kepekerjaannya, sedangkan Shakira menuntaskan editanya dengan memberi titik di kalimat terakhir naskah tersebut. Setelah itu ia meregangkan tangan dan jemarinya sembari menuju kubikel Sella dengan kursinya.
"Apa yang harus kubantu?" tanya Shakira pada Sella yang telah merengut kesal.
"Aku tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk mengganti kata-kata ini," keluhnya.
Shakira mengangguk dan meletakkan jemarinya di atas keyboard. Jari bergerak lincah dan membuat Sella sedikit terpana.
"Sudah, ada lagi?" tanya Shakira kembali dan disambut gelengan oleh Sella.
Wajah yang tadi kesal kini berubah menjadi senyum. Sella bisa tenang sekarang dan ia bisa bersantai.
"Thank's, Shakira!"
"Your well," balas Shakira dan kembali ke kubikelnya.
Shakira membuka file-file naskah yang masuk, namun bagiannya sudah ia edit semua hal itu membuatnya mendesah kecewa.
"Apa yang kau kesalkan?"
Suara itu membuat Shakira mendongkak. Seorang pria berada di depan kubikelnya sembari bersidekap dada. Shakira merasa kenal dengan pria itu.
"Kau, apa aku mengenalmu?" tanya Shakira.
Pria itu tersenyum. "Tentu saja, aku adalah pria yang berinteraksi denganmu dari gedung sebelah itu," jelas pria itu yang sembari menujuk gedung dibelakangnya.
Shakira memutar tubuhnya kebelakang dan melihat gedung itu, kalau tidak salah... Gedung itu berisi pria yang ingin ia tendang bo---.
"Masih ingin menendang bokongku?" tanya pria itu yang membuat Shakira mati kutu seketika
"Masih ingin menendang bokongku?" tanya Feligan saat melihat Shakira yang sepertinya sudah mengingat dirinya.Shakira yang mati kutu, tidak bergerak sedikitpun. Feligan tersenyum sinis melihat itu, bagaimana tidak jika wanita yang didepannya ini kemarin berlagak sombong malah mati kutu sekarang.Feligan melihat name tag yang terkalung dileher Shakira, ia menarik name tag itu mendekat padanya dan membuat Shakira berdiri lalu tertarik ke depan, hampir saja wajahnya beradu dengan wajah Feligan."Shakira Costelia," ucap Feligan, membaca nama yang tertera.Shakira menarik name tagnya kembali dan menatap Feligan kesal. "Kau bertindak dengan tidak sopan, Tuan gedung sebelah." Shakira memberbaiki name tagnya."Juga bagaimana kau bisa masuk ke sini?""Tentu saja aku bisa masuk kesini sesukaku, dan asal kau tahu..." Feligan menggantungkan kalimatnya yang membuat Shakira mengernyit.Feligan mendekatkan wajahnya ke ar
Shakira menemukan dirinya terbangun oleh suara ponsel yang tidak berhenti berdering sejak 10 menit yang lalu. Matanya mengerjap, masih mengantuk saat ia bangun dari tidurnya. Matanya menjelajah sekeliling mencari tas yang entah ia letakkan dimana.Dia bangkit dari Sofa dan berjalan mengitari ruang tamunya untuk mencari tas bututnya. Untungnya, ia dapat menemukan tasnya dengan cepat karena ponselnya masih tidak berhenti berdering hingga sekarang.Dengan malas, Shakira meraba isi tasnya dan mencoba mencari ponsel tanpa melihat ke dalam tas. Saat ia merasakan tangannya mendapatkan getaran, langsunglah ia mengambil benda itu.Layar ponselnya menunjukkan nomor teman kantornya. Lebih dari 40 panggilan telah ia dapatkan dan itu dari nomor yang berbeda. Shakira merasa terkejut karena ini pertama kalinya ia mendapatkan boom call seperti ini.Sebuah nama 'Sella' menghiasi layarnya, tanpa menunggu lama Shakira langsung saja menjawab panggilan itu
Shakira berjalan melewati gang kecil yang mana sering ia lalui untuk menuju apartemenya. Hari ini mendung, awan bewarna kelabu menghiasi langit sama seperti suasana hati Shakira.Shakira berhenti melangkah saat kakinya tidak sengaja menendang kardus yang berisikan sesuatu. Tangannya menggapai kardus tersebut dan membukanya. Termangu sebentar, Shakira lantas tersenyum saat ia menemukan anak kucing dengan bulu yang lebat berada di dalam kardus tersebut."Kau dibuang?" tanya Shakira pada anak kucing yang telah berada di pangkuannya. Anak kucing itu hanya membalas dengan suara meongan yang kecil."Baiklah, aku akan menggantikan ibumu. Oleh karena itu, jangan mencakarku, oke!" kemudian Shakira mengeratkan blazernya hingga anak kucing itu tidak kedinginan."Ayo pulang dan makan malam. Menu apa yang harus kumasak hari ini?" tanya Shakira kembali pada anak kucing tersebut tapi pastinya tidak ada balasan seperti 'ayam', 'ikan' dan lain-lain.Sh
Shakira mengerjapkan matanya. Pandangannya masih belum fokus namun ia tahu jika ia tidak berada dirumahnya. Dirinya berada disebuah tempat yang ia tidak ketahui."Ehem!"Mata Shakira menangkap sosok yang berada satu meter didepannya. Pria itu terlihat familiar tetapi Shakira tidak dapat melihat dengan jelas wajah pria itu dikarenakan gelapnya ruangan ini."Siapa?" tanya Shakira serak."Tebak."Shakira berusaha bangkit dari tidurnya namun ia baru menyadari tangannya sedang dalam keadaan terikat. Hal itu membuatnya was-was, ia yakin saat ini ia sedang diculik."Sudah tahu?" tanya pria itu dengan suara bass yang Shakira merasa pernah dengar.Shakira merasa ragu untuk mengatakan nama yang kini berada didalam pikirannya. Akan tetapi, ia sangat yakin suara dari pria itu sama persis dengan pemilik nama yang ada dipikirannya."Fe-feligan?" ragu Shakira dan kini matanya sedikit bisa membaur dengan gelapnya ruangan.Pria itu be
"Aku tidak ingin makan sekarang. Aku punya jadwal makanku." Shakira terus bersikeras akan kebiasaan makannya yang mana membuat Feligan kesal dengan wanita itu.Setelah dikunci di dalam kamar kemarin malam, Pagi ini Feligan membuka kamar tersebut dan menemukan Shakira sudah duduk diranjangnya. Feligan mengajak Shakira untuk breakfast bersama dengannya."Terus saja kau keras kepala. Kau tahu, kau seharusnya merasa beruntung jika aku mengajakmu sarapan bersama."Shakira bersidekap. "Cih! Beruntung? Ini namanya kesialan, lagian apa untungnya makan dengan orang gila."Feligan mengepalkan tangannya. Giginya bergemeletuk, ingin sekali ia menutup mulut Shakira dengan sesuatu agar omongan pedas tidak keluar dari bibir bulat penuh itu.
Pagi ini, saat suasana sedang sejuknya dan mentari timbul dengan cerahnya, Shakira menemukan baju kantor yang telah tergeletak di atas kasurnya.Shakira menendang sepatu yang berada didekat kakinya. Betapa konyolnya ia menyetujui untuk menjadi asisten pribadi pria itu tadi malam, saat pria itu pulang entah dari mana. Tapi bagaimana lagi, baginya itulah satu-satunya cara agar ia lepas dari pria gila itu.Shakira menatap jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh. Langsung saja ia mengambil baju dan membawanya ke walk in closet. Begitu selesai memakai baju, ia memakai sepatu yang tadi ia tendang. Betapa pasnya baju itu saat ia sedang melihat penampilannya dicermin. Hal itu sedikit membuatnya ngeri karena pria itu bahkan tau ukuran baju dan pakaian dalamnya.Dengan tersenyum selebar mungkin yang mana membuatnya mengerikan, Shakira berjalan kekuar dari kamarnya dan menuju ruang makan. Ia sudah tahu seluk beluk runah atau istana ini
"Aku tidak menyangka aku harus membatalkan janjianku bersama klien hanya karenamu," gerutu Feligan setelah mereka memasuki mansion.Shakira menatap kesal punggung Feligan dan berdecih. "Aku tidak mungkin berlama-lama di tempat menyeramkan itu."Feligan membuka kancing atas kemeja dan menggulung lengan kemejanya sampai ke siku. Dasi yang tadi mengikat lehernya kuat kini ia tarik hingga mengendur. Tatapan Feligan terlihat nyalang, ia begitu kesal dengan kejadian tadi saat Shakira memintanya pulang begitu saja hanya karena wanita itu ketakutan."Kuharap kau tahu posisimu," desis Feligan dan berjalan meninggalkan Shakira yang masih berdiri di lounge mansion ini.Dengan sedikit menghentakkan kakinya, Shakira berjalan menuju kamarnya. Dalam hatinya, Shakira menggerutu karena ia diibaratkan dalam posisi yang rendah saat ini tapi ia hanya diculik bukan berarti dia mau menjadi bawahannya pria arogan itu."Me
Shakira terbangun dan melihat matahari telah terbenam dari pintu balkon kacanya. Ia melihat jam di dinding dan merasa telah lama tertidur.Shakira merenggangkan tubuhnya, ia lalu bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah itu, ia berjalan menuju pintu kamarnya. Perutnya terasa lapar karena ia tidak makan siang karena tertidur.Saat keluar dari kamar, tampak tidak ada orang di sekitarnya, apa Feligan belum pulang? Shakira berjalan ke lantai bawah dan menuju ruang makan, untungnya ia sudah tahu dimana ruang makan sehingga ia tidak akan tersesat lagi.Saat membuka pintu ruang makan, tercium aroma menggoda dari atas meja, tampaknya makanan yang dihidangkan di atas meja sangat menggoda."Nona Shakira," sahut seseorang dari belakang punggung Shakira.Shakira berbalik dan mendapatkan koki mansion ini sedang menunduk kecil padanya."Aku?" tanya Shakira.Ko