Share

2.DNA Lloyd

Nicko melangkahkan kakinya lebar-lebar begitu turun dari bis. Ia tak ingin membuat keluarga Watts marah padanya.  

Teringat bagaimana ia mendapatkan pukulan tongkat pada betisnya saat berusia sepuluh tahun hanya karena terlambat menghidangkan teh. Belum lagi kemarahan Nyonya Emily yang selalu mengatakan bahwa ia dibuang oleh sang Ayah. 

Mengingat itu semua sungguh membuat dadanya terasa panas. Semuanya adalah kenyataan yang begitu pahit. Namun mampu memberinya kekuatan menghadapi hidup, hingga ia tak peduli akan hinaan yang selalu diberikan oleh keluarga Windsor. 

"Dari mana saja kau, jam segini baru datang. Apa kau mau membuat istriku mati?" bentak Jamie Watts sambil melayangkan tamparan pada Nicko. 

"Aku sedang menghadiri acara ulang tahun di rumah Paman Howard," jawab Nicko tanpa ada yang ditutup-tutupi. 

"Huh! Bisa-bisanya kau berpesta pora sementara istriku harus menahan sakit. Kau seharusnya datang memberikan pijatan pada istriku bukan malah bersenang-senang di pesta!" bentak Jamie lagi. 

Pria bertubuh tambun itu pun menodongkan telunjuknya pada hidung Nicko yang lancip. Mencoba mengingatkan tentang siapa seorang Nicholas sebenarnya.

"Dengar Nicko, kau adalah anak yang dibuang oleh orang tuamu. Bahkan nama keluarga Lloyd pun mereka enggan menyematkan untukmu.

Harusnya kau berterima kasih atas kebaikan kami yang telah memungutmu,  memberimu makan dan tempat tinggal."

Ingin sekali rasanya Nicko memprotes itu semua. Makanan apa yang mereka maksud? Makanan sisa? Atau roti tanpa isi?

Untuk bisa mencukupi gizinya selama ini Nicko harus bekerja paruh waktu sebagai pencuci piring di restoran. Atau memotong rumput dari taman orang-orang kaya.

"Huh, namanya juga anak yang dibuang, kelakuannya ya seperti itu, tak pernah bisa membalas budi. Mungkin Tuan Lloyd sudah mengetahui bagaimana Nicko, makanya dia membuang anak ini," tambah Devon putra sulung Jamie Watts diikuti tawa ayah dan adik perempuannya Jessica.

Seandainya ini bukan Rumah Sakit tentu saja Nicko akan membungkam mulut mereka dengan kepalan tangannya. Orang-orang seperti keluarga Watts sama sekali tak memiliki etika ataupun belas kasih. 

Jamie Watts dan kedua anaknya terus merundung Nicko. Mengelilinginya sambil sesekali mendorong tubuh laki-laki 25 tahun itu. 

Sayang, mereka cukup bodoh. Terlalu asyik merundung Nicko sampai tak menyadari ada seseorang berdiri diantara pintu ruangan VVIP yang disewa untuk Emily Watts. Lebih tepatnya mereka menyewa satu lantai karena tak ingin bercampur dengan virus dan bacteri dari pasien lain. 

"Jadi dia yang sebenarnya bernama Nicholas?" tanya Phillip Lloyd yang tiba-tiba datang dengan diikuti Kyle Brennan dan empat orang pria berpakaian hitam-hitam. 

Jamie Watts sangat terkejut begitu melihat kedatangan Phillip Lloyd yang tiba-tiba. Terlebih pria itu justru menunjuk si anak pungut dan menyebutnya sebagai Nicholas,  bukan pemuda berpakaian rapi, yaitu putranya Devon

Seketika itu keringat dingin menetes dari dahi Jamie. Ia berdiri dengan kaki yang sedikit gemetaran melihat kedatangan Tuan Lloyd. Begitu juga kedua anaknya, sementara Istriny Emily tampak memaksakan diri untuk memejamkan mata. 

Nicko mersasa bingung melihat keangkuhan yang sirna dari Jamie. Berpikir siapa sebenarnya yang datang. Untuk menjawab rasa penasarannya, pemuda berpakaian lusuh itu pun berbalik. 

Secara spontan, kedua bola mata Nicko membulat, seolah merasa kenal dengan pria yang baru datang tadi. Mencoba berpikir lebih dalam untuk mengetahui siapa pria itu.

Setelah menguasai keadaan, Jamie pun mulai merangkul putra sulungnya. Menunjukkan wajah ramah pada Tuan Lloyd.

"Wah,  Tuan Lloyd ternyata memiliki bakat melawak ya. Anda benar-benar lucu sekali. Bagaimana mungkin pria berpenampilan lusuh ini Tuan Nicholas Lloyd. Dia ini Devon putraku, Anda ingat kan Tuan?" kata Jamie Watts dengan suara yang dibuat terdengar ramah. 

Namun kedua mata Tuan Lloyd menatapnya nyalang. Pria gagah itu berjalan mendekat ke arahnya dan melayangkan tamparan.

"Kuberi kau uang setiap bulan agar keluargamu bisa hidup layak sama seperti putraku, tapi kau justru membuatnya berpakaian seperti ini!" protes Phillip Lloyd menoleh ke arah Nicko.

"Saya ... Saya tak mengerti apa yang Anda bicarakan Tuan," kata Jamie mulai gugup. 

"Hei, apa kau pikir Tuan Lloyd tak tahu apa-apa. Kami sudah mendengar percakapanmu barusan. Beraninya kau berkata kalau Tuan Lloyd telah membuang putranya," tambah Kyle. 

"Mungkin Anda salah dengar, Tuan," jawab Jamie menutupi.

Kyle yang sudah kesal dengan perangai Jamie pun melirik pria berbaju hitam yang ada di ruangan. Salah satu dari mereka menengok keluar dan memanggil kawanan mereka yang lain sebelum akhirnya menutup pintu. 

Jamie pun mulai merasa ciut saat melihat sekelompok pria berbaju hitam mengelilinginya. 

Phillip Lloyd melempar berkas hasil pemeriksaan DNA kepada Jamie. 

"Kalian pikir kalian hidup di jaman batu? Hingga kalian bisa memasukkan putra kalian dalam keluargaku? Kalian pikir aku akan diam saja dan tidak melakukan pemeriksaan DNA?" kata Tuan Lloyd. 

"Kau kuminta untuk menjaga putraku, merawatnya dengan kasih, kukirimkan uang setiap bulan agar kehadirannya tak membebanimu tapi balasannya kalian justru menipuku. Kalian kira aku senang menitipkan putraku pada kalian? Jika bukan ancaman pembunuhan pada keluarga Lloyd saat itu, tak mungkin kutitipkan Nicholas pada kalian, tapi aku dan istriku akan mengasuhnya sendiri."

Nicko menyipitkan mata dan mencoba untuk mencerna apa yang mereka bicarakan. Jika memang Jamie Watts selalu mendapat uang untuk kebutuhannya, maka kemana larinya uang itu. Ia tahu betul kalau saat kecil dulu orang tuanya sangat kaya. 

Ia ingat betul kalau saat itu diajak Jamie Watts ke rumahnya dan mulai tinggal di sana. Namun tak pernah tahu apa alasannya tinggal bersama mereka. Yang ia tahu keluarga Watts selalu mengatakan kalau ia dibuang oleh Ayahnya. 

"Maaf, jadi apa sebenarnya aku pernah dibuang oleh Ayahku?" tanya Nicko tiba-tiba. 

"Apa katamu? Dibuang?"

Nicko pun mulai menceritakan apa yang terjadi pada dirinya, termasuk kekerasan yang ia hadapi sebagai bentuk pendisiplinan. Saat pemuda itu mengangkat tangannya, tiba-tiba saja Phillip Lloyd pun melihat ada sesuatu di pergelangan tangannya. 

"Coba kulihat tanganmu," kata Tuan Lloyd meraih tangan kiri Nicko. Melihat tanda lahir berbentuk angka satu di pergelangan tangan. 

Saat itulah wajah Phillip Lloyd berubah cerah. Kyle Brenan pun mengatakan kalau telah mengambil sample air liur dari botol minum Nicko palsu dan Jamie serta potongan rambut Tuan Lloyd dan ternyata pemuda yang satu bulan ini hidup bersamanya adalah putra dari Jamie Watts. 

Merasa terdesak, Jamie pun memohon ampun pada Tuan Lloyd dan membenarkan ucapan Nicko. Berharap untuk tidak mendapatkan masalah dengan berkata yang sebenarnya. 

Namun, hati orang tua mana yang bisa terima melihat ada orang lain yang menyakiti putra semata wayangnya. 

"Pantas kau terus-terusan meminta uang padaku dan minta perawatan VVIP dan menyewa satu lantai Rumah Sakit karena mereka keluargamu. Sementara anakku kau biarkan hidup susah?"

Perkataan Phillip Lloyd semakin membuat lutut Jamie Watts melemas. Seolah pria ini membutuhkan penyangga agar tetap bisa berdiri. 

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Nabila Salsabilla Najwa
Bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
mna mungkin
goodnovel comment avatar
M Arkanudin
testestesss
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status