Share

BAB 3

Silau sinar lampu tajam menerobos masuk ke retina mata, membuatku sedikit kesulitan untuk melihat sekeliling . "ah, dimana ini?!" sembari menghalangi cahaya masuk ke mata dengan bentangan telapak tanganku. 

"Kau sudah sadar Ene.." suara yang tampak terdengar tidak asing. Aku menoleh ke sumber suara mendapati Lucia tersenyum padaku. 

"Bagaimana perasaanmu?!" Ucapannya membuatku sedikit banyak berpikir akan apa yang terjadi. "Apa Lucia melihat perubahan mataku atau apakah werewolfku nampak padanya?! Tapi Lucia tidak takut atau bahkan memandangku aneh" - batin. Aku mencoba tersenyum setelah sadar dari lamunanku. Aku berpikir, haruskah ku tanyakan apa yang terjadi?! Atau diam saja pura-pura tidak peduli! Tapi...

"Ene..." Panggil Lucia sedikit mengagetkanku. 

"Ya?" Aku menyahutinya, tapi betapa terkejutnya aku, ketika Lucia tidak terlihat lagi disekitaran pandanganku. "Apa ini mimpi?!" Ucapku dalam hati mempertanyakan situasi yang terjadi saat ini.

"Ene.. aku ke kantin sebentar, kau mau titip sesuatu?". 

Sekali lagi aku mendengar suara Lucia membuatku berdegik ngeri, "astaga! dia sedang berbicara melalui mindlink dengan ku?" Aku mencoba memastikan lebih lagi agar dugaanku tidak salah terhadapnya.

"Lucia.. kau..". 

Tidak ada jawaban darinya, aku sungguh dibuat bingung. 

"Siapa Lucia? Apa dia werewolf juga?!" Aku mencoba meraih telpon genggamku, menekan tombol panggilan. 

"📞Halo pa! Bisa jemput Ene.. iya pa, Ada yang aneh dengan Ene hari ini. Ene tunggu ya..Okey, bye". 

Tidak lama berselang, Lucia kembali menyapaku dengan sebotol minuman dan juga sebungkus roti. 

"Ini makan dulu Ne..", ku raih roti dan sebotol minuman yang diberikan Lucia sambil terus bergulat dengan pemikiranku.

"Thanks yaa".

Aku ingin bertanya tentang apa yang terjadi padaku hari ini dan juga bagaimana bisa Lucia berbic....

"Ene..."

"Ene..."

Lagi-lagi Lucia mengagetkan dari lamunan yang menyita sadarku.

"Ah.. iya?" Aku melirik gadis di hadapanku sekilas, kemudian kembali melirik roti yang ada di genggaman. Perutku seakan meronta untuk segera memasukan roti yang ku pegang ke dalamnya, yang jelasnya masih tertutup rapat. 

"Ene.. makanlah". Suara Lucia begitu lembut terdengar ditelingaku..

"Lucia.. siapa kau?". Masih dengan senyum manis yang terpampang di wajahnya, tenang dan begitu lembut. Saking lembutnya membuat aku sedikit merasa bersalah untuk pertanyaan yang baru saja ku ajukan.

"Ah.. maaf Lucia, a..aku..." ucapanku terhenti ketika mataku menyaksikan secara langsung kejadian yang membuat takjub. Lucia berubah, wajahnya kali ini terlihat bak dewi-dewi dari zaman Yunani kuno yang entah dari mana asalnya. Matanya berubah warna biru, sebiru lautan. Sangat cantik.. tubuhnya dibalut dengan gaun putih berenda mempercantik penampilannya. 

"Apa dia peri?!" Ucapku dalam hati yang sesaat terkesima melihat perubahannya.

"Salam Hormat, saya Noblesse yang akan menjadi pelayan dan pelindung anda Nona, calon Alpa Koloni Bloodmoon". Ucap Lucia sambil membungkuk tertunduk sopan, sukses membuatku tidak dapat bergeming..

Dering telpon ku berbunyi menampilkan nama papa dilayar ponsel, membuat aku tersadar dan segera meraihnya.

"Hallo pa.. Ene ke sana sekarang!" 

Aku beranjak dari kasur diruang rawat dan segera berlalu meninggalkan Lucia yang hanya memperhatikanku dengan ekspresi yang sulit ku artikan.

Aku berjalan dengan langkah cepat "tapi apa ini... Aromanya..." tercium jelas bau yang sangat menggodaku, aroma maskulin dengan sedikit bebauan kayu rempah yang segar dan manis. 

"MATE!!!". 

Satu kata yang terlintas di pikiran.. aku mengikuti bau aroma yang memikat hati ini dan melupakan papa yang menungguku di parkiran, sampai pada titik dimana penciumanku menuntun ke arah presiden BEM yang terlihat sedang berbincang dengan salah satu senior cantik yang entah siapa namanya.

Aku tersadar.. instingku memberikanku fakta baru. Aku dan keluargaku bukan satu-satunya werewolf yang berkeliaran di dunia manusia. 

"Arrone" adalah werewolf dan fakta kedua, Lucia adalah Noblesse penjagaku lalu yang ketiga dari perkataan Lucia, "aku adalah calon Alpa???? Bagaimana bisa..

"I am shewolf!". 

Aku mencoba mengembalikan fokusku. Tidak ingin berlarut dalam nikmatnya aroma Mate-ku, aku segera berlari menuju dimana papa berada. Kejadian hari ini cukup banyak membuatku terkejut dan juga tidak habis pikir dengan segala pemikiran naifku. Aku berniat menceritakan semuanya ke papa setelah sampai dirumah dan entah kejutan apa lagi yang akan ku terima nanti. 

Sedikit penasaran dengan ekspresi beliau, jika dia tau aku putri sulung dan sematawayangnya menjadi calon Alpa koloni yang selama ini ia tinggalkan.

Dunia ini benar-benar penuh dengan hal yang tak terduga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status