Aku dan Lucia berada di satu mobil ketika papa menawarkan diri untuk mengantar kami. Suasana tenang dan terkesan diam nan hening menyerbu kami, entah vibe apa yang mereka berdua bangun setelah berjalan-jalan pagi tadi. Yang jelas aku hanya melihat kecanggungan ataupun sejenisnya menyapu suasana di dalam mobil pagi ini.
Sesampainya kami di kampus, papa menyapa dengan senyum khas yang akhirnya terlihat olehku. Satu kecupan mendarat di dahi. "Good luck for today honey :) belajar yang giat". Sembari memutar balik mobilnya dan pamit. Aku dan Lucia berjalan menuju kelas kami yang akan dimulai setengah jam lagi.
Di perjalanan aku menanyakan semua hal yang terjadi antara papa dan Lucia setelah menimbang-nimbang rasa penasaranku.
"Jadi.. apa yang kau bicarakan dengan papaku?". Lucia hanya terdiam sembari menatap lurus ke depan.
"Tidak ada Nona.. hanya tentang predikat calon Alpa yang ditetapkan untuk anda". Langkahku terhenti, aku memutuskan untuk bertanya semua hal yang ingin ku dengar lebih sebelum kami sampai di kelas.
"Jelaskan padaku Lucia.. banyak hal yang ingin aku ketahui juga". Lucia hanya diam dan mengangguk mematuhi keinginanku. Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju kelas dengan langkah pelan.
Belum jauh langkah kami beranjak dari tempat pemberhentian, tanganku ditarik oleh seseorang, membuatku sontak kaget, begitu juga dengan Lucia. Walaupun cukup terkejut namun ia dengan cepat merubah wajahnya menjadi tenang.
"A..Arrone...".
Mataku terbelalak tidak percaya, lelaki yang tengah menarik tangan dan berdiri tegap di hadapanku adalah Arrone, mate-ku. Jantungku terasa berdetak dengan irama abnormal sekarang. Aku merasakan Dami mulai membuka komunikasi mindlink denganku
"Mate.. mate.. mate...".
Desiran auranya memancar pekat, kali ini tercium aroma tubuh Arrone yang khas menusuk sampai di anganku. Menebak dari sikap wajah kaget sepersekian detik yang ia tunjukan kemudian kembali berubah menjadi tenang, menggambarkan adanya perubahan padaku yang terlihat olehnya.
"Arrone Maagsolf.. MATE!.." aku mendengar suara Dami yang mencoba mengambil alih tubuhku. Disisi lain aku merasa cengkraman Arrone semakin kuat. Sedikit terasa nyeri dibagian yang ia genggam.
"Sudah ku duga! Werewolf hah?" Ucap arrone dengan senyum sinis menatapku. "Wait! Dia tidak tau kalo aku adalah matenya?" Batinku.
"Dia tau Ene.. dia hanya berpura-pura!" Ucap Dami. Lucia menghardik genggaman Arrone hingga membuatnya sedikit meringis kesakitan, begitu juga denganku."Jangan mencengkramnya seperti itu jika ingin berkenalan, Tuan muda keluarga wolf-Maagsolf, calon Alpa Redmood :)". Ucapan Lucia terdengar sarkas dengan ekspresi yang tetap tenang.
"Haha... Maafkan saya tidak memperkenalkan diri dengan baik. Tapi siapa gerangan anda dan gadis ini?". Alis kanan arrone terangkat menampakkan mimik meremehkan darinya yang seketika saja menguji kesabaranku.
Masih dengan tatapan tajam yang ku arahkan ke arrone, ingin rasanya aku menerkamnya dengan taringku.. menjadikannya mangsa pertama percobaan taring dan cakar wolfku.
"Mohon maaf tuan muda, jika anda calon Alpa seharusnya anda memiliki wawasan luas untuk hanya sekedar tau siapa saya dan juga gadis ini" ucap Lucia kembali terdengar sarkas, namun kali ini Lucia yang memandang remeh Arrone. Tatapan yang berhasil merubah wajah lelaki yang sok-sokan menjadi sangat masam kelihatannya.
Aku begitu puas menertawakan Arrone dalam hati. "Kalo begitu kami permisi dulu tuan, kami ada kelas pagi". Lucia menarik tanganku dan segera ku sambut dengan tatapan acuh pada lelaki yang aroma tubuhnya selalu saja menjadi candu bagiku. Tapi bagaimana bisa dia adalah Mate-ku.
"Lucia" Panggilku membuat jalan kami semakin melambat dan sejajar.
"Ya Nona?" Aku tersenyum mendengar dia memanggilku dengan sebutan Nona. Panggilan asing namun terasa nyaman di telingaku.
"Hm.. Lucia, apakah arrone adalah mate-ku?" Entah polos atau idiot, aku mempertanyakan sesuatu yang sudah jelas adanya. Aku melihat lucia tertawa mendengar ucapanku.
"Bukannya Dami sudah memberitahu anda Nona?". Ucap Lucia tenang..
"Ka.. kau tau Dami?".
Lucia hanya mengangguk mengiyakan pertanyaanku, sebelum akhirnya kami sampai di dalam kelas dan mulai bersiap menikmati masa-masa menjadi Mahasiswa yang kurang menyenangkan namun terlihat sedikit menarik.#.Pov ArroneHai, aku Arrone Maagsolf calon Alpa koloni Redmoon. Sebentar lagi hari pelantikanku sebagai Alpa dalam kaumku tapi sejujurnya aku belum siap untuk itu. Papa memintaku untuk menemukan mate-ku secepatnya sebelum aku dilantik agar pelantikanku bisa disertakan dengan pelantikan mateku menjadi Luna dalam koloni kami.Tapi siapa werewolf mate-ku? Akupun sudah jenuh untuk mencari. Godwolf pun sama sekali belum memberikan akses untuk menentukan mate bagiku. Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari Koloni dan mencari lebih jauh, siapa tau alam berpihak mempertemukanku dengan werewolf yang pantas untuk disandingkan denganku sang Calon Alpa ini.Hampir 3 tahun lamanya aku bergutat di dunia manusia sembari bergumul dengan studi yang ku ambil sampai satu ketika wolfku bernama Eguardo yang seringnya ku panggil Eg bereaksi diluar dugaanku melihat salah satu manusia c
Aku sedang berada diruang tamu bersama papa dan mama, menikmati secangkir teh butterfly pea flower, bunga berwarna biru berasal dari Asia Tenggara yang dikirim oleh keluarga jauh kami sembari menunggu El pulang ke rumah."Sebentar lagi puncak bulan purnama, semoga saja El tiba tepat waktu". Ucap papa dengan sedikit menampilkan mimik wajah kuatirnya. Aku menawarkan diri pada papa dan mama untuk melacak keberadaan El.Awalnya mereka bingung bagaimana aku bisa melakukan sesuatu diluar nalar. Mengetahui dimana posisi seseorang berada terhitung dari jarak yang sangat jauh, tapi aku berusaha menunjukan beberapa hal yang selama ini bisa ku lakukan, walaupun hal ini sudah bukan menjadi rahasiaku lagi. Warna mataku berubah menjadi ungu violet, nampak dalam penglihatanku El sedang dalam perjalanan menuju rumah kami."El...". Aku mencoba berkomunikasi dengan membuka mindlink-ku.."Elrayeen.. ini kak Ene, kau mendengarku?"...Aku melihat El sekejap berh
Jam menunjukan pukul 07.15 pagi, aku bersama keluargaku menikmati sarapan pagi kami dengan nikmat tidak terlepas dari pemikiranku tentang mimpi buruk semalam."Ene maaf, papa tidak bisa mengantarmu hari ini, papa ada meeting pagi". Aku hanya tersenyum sembari mengunyah makanan yang ada di mulutku."Nanti kakak biar El yang antar pa". Sekali lagi aku hanya tersenyum dengan pipi menggembul dikarenakan mulutku yang penuh dengan makanan.Setelah selesai sarapan, kami berpamitan untuk berangkat. By the way, El sekarang tingkat akhir High-School dan sebentar lagi akan mengikuti jejakku menjadi Mahasiswa, badannya yang tegap dan sedikit kekar membuat El tampak terlihat seumuran denganku. Wajahnya pun bisa dikategorikan dalam dafta pria-pria tampan bagi banyak wanita dan aku mengakui itu. Aku mengakui ketampanan adik sematawayangku, and i'm a proud sister :)."El, Kemarin saat kalian (El dan Iko) tidak ada dirumah, kakak benar-benar tidak tau kemana kalian pergi,
Epping Forest, Inggris.#. Pov AnthoniAku sedang mengurusi perbatasan Barat wilayah Koloni Bloodmoon setelah mendengar adanya pembantaian dari beberapa Wolf liar (Rogue) yang menghantarkan kematian dari Wolf-fortress dan warrior koloni kami. Koloni Bloodmoon menjadi incaran para makhluk-makhluk yang ada di dalam maupun di luar hutan. Mereka yang tau banyak mengenai werewolf, spesifik pada koloni kami pasti akan memiliki niat untuk menanaklukan pack koloni, dikarenakan tidak adanya sang Alpa. Dan posisi kepemimpinan saat ini diisi olehku 'pemimpi strategi Koloni sementara' yang entah sampai kapan.Hampir seperempat abad, Koloni kami tidak memunculkan diri ke permukaan dan bahkan mengikuti pertemuan antar koloni pun tidak. Beberapa dari kaum kami yang hidup dibelahan negara yang jauh akan mengira jika Koloni Bloodmoon telah punah atau bahkan di
Beberapa hari lalu ayahku kedatangan tamu, dan bisa kalian tebak rumah kami kedatangan siapa? Yap! Anthoni De Cassio, pelayan setia keluar Alwolf turun temurun, bahkan kata ayahku, Anthoni sudah menjaganya sejak ia lahir, bahkan ketika pertama kali aku bertemu, sikap loyalnya sudah terlihat.Pukul 07.00 PMTepat di ruang makan, aku dan keluargaku menikmati makan malam bersama. Dan ditengah perbincangan ayahku mengumumkan hal yang sedikit banyak mengagetkanku dan tentu saja El."Papa akan urus surat kepindahan kalian, untuk sementara El akan home schooling, dan Ene.. sayang, kau akan cuti untuk sementara waktu. Bisakan?". Aku menghentikan kegiatan makanku dengan keterkejutan yang ku dapat dari papa sembari menatapnya lekat."Ada apa pah? apa ada masalah? Kenapa semuanya tiba-tiba?" Tanya El tenang, walaupun aku tau dalam dalam hati, ia pasti memberontak."Ene, El, papa dan mama minta maaf harus membuat keputusan sepihak" ucap mama mengambil alih pembicaraan
Universitas Of London, Inggris.Pagi ini aku disibukkan dengan urusan cuti kuliahku. Aku menawarkan diri untuk mengurus sendiri dan papa akan mengurus kepindahan El, agar semua urusan lebih cepat terselesaikan. Menghadap sana sini dengan tentengan berkas membuatku lelah, ditambah lagi dengan Arrone yang selalu saja mengikuti kemanapun aku pergi."Benar-benar mengganggu". Gerutuku dalam hati.Dami hanya tertawa mendengar celotehanku. "Temui dia Ene, biar dia berhenti mengikutimu"."Haruskah?". Dami hanya mengangguk mengiyakan pertanyaanku."Keluarlah! Aku ingin bicara". Ucapku, mencoba me-mindlink Arrone.Tidak berapa lama dia muncul dibalik pilar besar yang ada ditengah koridoor kampus. Ketika dia mendekat
"siapkan seperlunya saja untuk dibawa, tidak usah membawa semuanya". Ucap papa."Okeh pa" papa tersenyum, kemudian berlalu pergi.Aku memasukan barang-barang keperluanku seadanya dalam ransel milikku. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal aku menyusul El, papa dan mama di ruang tamu. Aku beranjak memperhatikan mereka yang sepertinya sedang memperbincangkan sesuatu namun terhenti ketika merasakan kehadiranku.Tersenyum pada mereka adalah hal terbaik ketika mereka merasa aku tidak akan tau apa yang dibicarakan oleh mereka. Terkadang mereka lupa jika aku bisa mendengar dengan lebih tajam berkali-kali lipat melebihi pendengaran mereka."Huff...." Dengusku kesal dalam hati."Santailah Ene, mereka pasti punya tujuan yang baik, walaupun mereka tidak ingin memberitahumu". Ucapan Dami ada benarnya, aku mencoba berpikir rasional seperti apa yang Dami lakukan."Saatnya berangk
Perbatasan Hutan Empping, Inggris"Saya akan mengkhawal kalian sampai di Castle Wolf Bloodmoon".Seketika kabut hitam yang menutupi jalan hutan bergerak kearah kami dan menyelimuti kami secara pribadi, membuat kami tidak terlihat. Mama dan Papaku secara perlahan merubah wujud human mereka ke bentuk wolf. Dan ini kali pertama aku melihat wujud wolf papa. Aku mengenal mommy Jacea (panggilan untuk wolf mamaku) & Iko yang adalah wolf El. Tapi untuk wolf papa, sedikit terasa awkward untuk berjumpa dengannya secara langsung.Papi Dave, sebutan untuk wolf Papa. Aku jarang mendengar papa membicarakannya, bahkan hampir tidak pernah. Aku mengetahui papi Dave hanya dari mama dan mommy Cea ataupun dari Iko dan El.Iko mengambil alih tubuh El dan merubah wujudnya."lalu aku?". Aku bahkan