Share

Ada apa?

Kring...kring...

Bel berbunyi menandakan sudah waktu nya istirahat . Luna terkejut ketika keluar dari kelas ia melihat Arga sudah stand by tepat di samping kelas nya. Arga mengampiri Luna lalu memengang tanggan nya .

"Kamu laper kan? Ayok makan."

Belum sempat Luna berkata- kata ia sudah terlebih dahulu di tarik oleh Arga. Sesampainya di kantin Arga dan Luna menjadi sorotan siswa- siswi lain.

Luna sama Arga anak baru itu mereka jadian.

Wahh gabisa nih Arga cakep kok mau sama Luna , iya sih cantik tapi cakepan gue.

Sok kecakepan banget Luna , galang di tinggalin ehh malah Arga yang di pepet terus, ga tau malu.

Begitulah cacian mereka terhadap Luna, sadari dari tadi Luna hanya bisa menuntup telinga nya dari cacian mereka. Arga yang menyadari itu membawa Luna pindah dari kantin menuju perpustakaan. Sesampainya di perpustakaan , Arga mengajak Luna duduk di tempat pertama kali mereka bertemu.

"Ga lepasin!

"Kamu ga usah pikirin omongan mereka."

"Sudahlah, itu udah biasa lagian mereka bener , gue tuh ga pantes buat gue dan kita juga ga beneran pacaran kan? Yakali ."

"Lun, kalo aku  boleh jujur perasaan aku ke kamu itu  beneran ."

"Gue lagi ga mood ngebahas soal ini, ohiya Lo bisa ninggalin gue sendirian engga disini, soalnya gue lagi gamau di gangu , biasalah mau nenagin pikiran."

Sebenarnya Arga ingin hari ini berdua bersama Luna karna mereka baru saja jadian tapi Luna mungkin masih belum bisa menerima Arga.Mau tak mau Arga meninggalkan Luna sendirian di perpustakaan sesuai perintah Luna yang tak ingin di ganggu.

Sementara Luna masih stay di tempat nya, ia melihat Arga yang sudah pergi keluar dari perpustakaan. Ingin menghikangkan Rasa badmood nya Luna mencoba mencari beberapa buku untuk ia baca agar ia bisa menghilangkan sedikit rasa kekesalan nya hari ini .

Disaat Luna asik mencari , ia melihat Galang yang tengah mencari buku juga. Luna berinisiatif mendekati Galang .

"Lang, kamu lagi nyari buku apa, biar aku bantu kalo belum ketemu buku nya."

Galang melihat Luna dengan tatapan dingin , ia bahkan tidak membalas tawaran Luna yang bersedia membantunya mencari buku .

Luna merasa aneh baru pertama kali ini Galang menatap nya seperti itu.

"Hei lang kamu denger aku kan? Mau cari buku apaa biar aku bantuin."

"Lang...heii kamu kenapa kok diam kek gini? Oh kamu pasti sengaja kan diam trus natap aku dingin biar aku kesel."

"Lo bisa diem? Gangu tau engga."

Deg..

Ada apa dengan Galang , tidak biasa nya ia panggil dengan sebutan Lo-gue.

Apa dirinya berbuat salah ke Galang?

Atau Galang mungkin cemburu melihat kedekatan Arga dan Luna.

Tapi Galang kan mencintai Lala.

"Lang, kamu ga biasa kek gini, apa aku ada salah?

"Lo punya kupingkan? Ga budeg , gue bilang diem Lo tuh ngeganggu tau engga."

"Kamu lagi bercanda ya Lang , ini bukan Galang yang aku kenal."

"Urusan sama gue apa bangsat, gue capek yah ngomong sama Lo , dan asal Lo tau ini sifat asli gue , ga suka tinggal pergi , dasar perempuan bodoh selama ini gue cuman pura- pura baik sama Lo?

"Kamu ga serius kan sama ucapan kamu Lang."

"Gue udah bilang , ini sifat asli gue kalo ga suka pergi Lo? Gue gamau berurusan sama Lo lagi, jadi mulai detik ini jauh- jauh dari gue."

Seperti di sambar petir Luna mendengar pengakuan mengejutkan dari Galang. Apa bener yang di katakan nya jika selama ini ia hanya berpura- pura?

Tanpa basa basi Galang meninggalkan Luna, tapi belum sempat Galang melangkah Lagi , tiba- tiba saja tanggan nya di cegat oleh Luna.

"Aku ga nyangka Lang , selama ini aku pikir hanya kamu yang bisa aku harapin , tapi ternyata aku salah?

Emang bener sih, aku emang pantas di giniin , bahkan papa memperlakukan aku seperti layaknya anak tiri , dan mama juga begitu.

Miris ya Lang , selama ini aku minta balas kasian sama pria yang tidak benar- benar menginginkan aku."

Tess...

Air mata Luna turun perlahan- lahan, sulit baginya untuk percaya jika Galang seperti ini bahkan tidak segan - segan berkata kasar kepada nya.

Sementara itu posisi tanggan Galang masih di gengam oleh Luna .

"Lang maaf yah jika aku selama ini nyusahin kamu , Mulai detik ini aku akan ngangap kita tidak saling mengenal sesuai permintaan dari kamu."

Luna melepaskan gengaman itu dan pergi meninggalkan Galang yang berdiam kaku atas apa yang Luna katakan tadi. Disisi Lain Luna masih tidak percaya jika Galang yang ia sayangi ternyata seperti ini. Ia pun memilih duduk di kursi depan kelas , sambil termenung yang masih mencerna perkataan Galang .

Luna mencoba untuk kuat dan tegar bagaimana pun juga ini kawasan sekolah ia harus terlihat baik- baik saja. Ia pun memutuskan untuk masuk ke kelas , Luna melihat di meja nya ada beberapa bungkusan roti isi coklat dan sebotol air minum. Ia heran siapa yang meletakkan ini ke atas meja nya.  Tak hanya itu di atas meja juga ada sebuah surat  karna penasaran Luna membuka surat itu dan ternyata pengirim nya adalah Arga.

To:Luna calon bidadari

"Lun , meskipun kamu masih belum bisa menerima aku tapi aku yakin suatu saat kamu bakalan ngakuin aku. Ohiya aku beli makanan buat kamu , aku tau kok kamu lapar makanya makan yang banyak."

      From:Arga calon mas pacar

Setelah membaca surat dari Arga membuat Luna sedikit tersenyum.

Ia pun langsung makan makananan yang di belikan Arga untuk nya. Disaat ia makan , Galang masuk ke kelas bersama Lala yang berpegangan tanggan begitu erat. Melihat itu Luna jadi tidak berselera untuk melanjutkan makan nya. Selain itu Luna juga memperhatikan raut wajah Galang yang menunjukkan dengan jelas seperti tidak terjadi apa - apa. Bahkan Galang menatap nya dengan tatapan begitu dinggin tidak seperti ia menatap Lala.

begitu juga dengan Lala terlihat raut wajah yang begitu bahagia hingga dari tadi ia tersenyum terus.

"Wah kek nya Lala lagi bahagia nich, buktinya aja senyam senyum dari tadi."

"Bener cha, Lo lagi bahagia ya La?

"Ekhem, perhatian semua gue sama Galang mau ngomong sesuatu."

Seketika kelas menjadi diam yang sekarang tertuju pada Lala , mereka penasaran apa yang Lala ingin katakan bahkan gengaman tanggan mereka dari tadi tidak di lepas sama sekali.

"Jadi gini , gue dan Galang resmi jadian , nahh kita berdua sepakat akan ngadain pesta kecil gitu buat ngerayain nya dan kalian semua bakalan aku undang dan itu akan dilaksanakan malam ini , so kalian jangan lupa datang."

"Huaaa Lala langgeng yah beb." Ucap icha sahabat nya Lala. Setelah mengucapkan itu Lala berjalan ke menuju arah meja Luna.

"Kecuali Lo , gue gamau Lo datang ke acara Gue meskipun Lo tuh saudari gue tapi gue gamau ada Lo , sampai di sini paham!

Luna begitu tampak cuek apa yang di bilang Lala , ia bahkan tidak membalas Si Lala. Melihat Luna seperti itu membuat Lala marah karna Luna sudah berani tidak mendengarkan nya. Sedangkan Galang dan lainya hanya memperhatikan Lala dan Luna.

"Lo denger kan apa yang gue bilang? Oh atau Lo mau Galang sendiri yang bilang ke Lo?

"Gausah !

Amarah Lala semakin melunjak , tanggan kanan nya mulai bergerak ke arah Luna tetapi belom sempat ia melakukan itu guru sudah terlebih dahulu masuk ke kelas. Lala pun menghentikan aksinya.

"Oke anak- anak sekarang kembali ke tempat duduk kalian masing- masing."

"Okee buk." Ujar siswa- siswi dengan serempak.

Kring....kring...kring..

Tak lama bel pulang sekolah berbunyi. Luna orang yang pertama keluar dari kelas , ia bahkan mempercepat langkah nya ke arah gerbang sekolah. Baru setengah Luna melangkah tiba- tiba ia terhenti di karnakan Lala menarik tanggan nya.

"Lo hari ini gausah pulang , gue malu dikatain sama anak lain kalo Lo ada di rumah."

"Udah itu doang kan?

"Ck.. lo Sekarang udah berani ngelunjak yah , apa perlu gue kaduin ke papa sama mama biar Lo di hukum lagi."

"Terserah gue udah muak sama Semua nya, lagian gue udah biasa kok di gituin ."

Luna menatap Lala dengan tatapan sinis bahkan Lala sampai tidak mengira jika Luna yang lemah bisa berani seperti ini kepadanya.  Galang yang berada tepat di belakang Lala dari tadi tidak berkata apa - apa. Tanpa basa basi Luna meninggalkan mereka begitu saja.

"Lang kamu ga ada merasa kalo Luna tiba- tiba berubah , jangan- jangan ini karna kejadian yang di perpus tadi.

Flashback.

" Lang , aku butuh pembuktian nya sekarang mumpung itu ada Luna, kamu masih inget kan Janji kamu semalam."

Galang menoleh ke belakang ia melihat ada Luna yang duduk sendirian . Sebenarnya Galang tidak sanggup Untuk melakukan ini ke Luna tapi apa boleh buat , ia harus membuktikan janji nya ke Lala.

Galang berdiri dan berpura- pura mencari buku dan dari situ lah Luna melihat Galang dan menghampirinya. Sementara itu Lala berada tidak jauh dari mereka , ia ingin mendengar langsung dari mulut Galang untuk menjauhi Luna.

Flashback off.

Saat ini Galang dan Lala berada di perjalanan menuju rumah Lala , mengingat Luna mulai berubah Lala tersenyum karna mulai detik ini Galang akan ada hanya untuk dirinya seorang . Sesampainya di depan rumah Galang turun dari Mobil dan membuka kan pintu untuk Lala.

"Makasiih ya sayang , inget Loh entar malam acara kita kamu bakalan datang kan?

"Iya , aku pulang dulu ." Tidak hanya itu Galang juga mengecup kening nya Lala , bahkan ia sambil mengacak- ngacak rambut Lala.

"Ihh kamu , jangan di acak- acak gitu kan jadi nya berantakan." Lala memasang wajah cemberut dengan kedua tanggan di lipat .

melihat itu Galang tertawa , Lala heran Kenapa Galang tertawa begitu keras , apa ada yang aneh pada dirinya .

"Kamu ngegemesin tau La, aku jadi pengen nyubitin kamu."

"Kamu yah bisa aja bikin aku terbang tau engga."

"Yaudah terbang gih entar kalo jatuh aku yang bakalan nangkep."

"Emang nya bisa ?

" Ya bisa dong kan entar di bantu juga sama tentangga lain , kalo aku sendiri ga bakal kuat kamu kan gendut ."

" ihh kamu nyebelin aku tuh engga gendut tau."

"Tuhkan coba deh kamu berdiri di sana ."

Lala menuruti perkataan Galang , ia berdiri begitu jauh sambil berpose untuk membuktikan jika ia tidak gendut.

"Tuhkan La , kamu di liat dari sisi mana pun masih aja tetep gendut."

Lala berlari mengejar Galang , mereka berdua terlihat seperti kucing dan tikus . Tanpa mereka sadari Papa Bram melihat tinggkah Laku mereka berdua. Itu membuat Papa Bram sangat senang melihat Lala tersenyum bahkan tertawa bahagia.

"Kalian ini berdua persis seperti anak kecil."

"Huaa papa, Galang ngatain aku gendut."

"Duh La kok pake ngadu sih kamu."

"La asal kamu tau gendut itu ngegemesin tau."

"Beneran pah." Papa Bram tersenyum ke Lala .

"Tuhkan La kamu tuh ngegemesin banget buat aku , kan empuk kek boneka ."

"Ihhh Galang."

"Yaudah kalian masuk kita makan bareng dulu , nanti aja lanjutin main kejar- kejaran nya.

"Pah , Lala mau ngadain pesta entar malam buat ngerayain jadian nya Lala sama Galang."

"Wahh papa turut senang yah, yaudah papa izinin kok tapi sekarang kita makan dulu mama udah masak banyak , kamu juga Lang masuk makan."

"Siap komandan."

Mereka bertiga masuk ke dalam rumah , layaknya seperti keluarga bahagia . Bahkan saat ini Lala telah memiliki segalanya bahkan kasih sayang. Sementara itu Luna yang tadinya ingin mengambil baju ganti di rumah tetapi tidak jadi karna ia tidak mau merusak kebahagian mereka. Arga dari tadi sudah berusaha mencoba buat Luna untuk tidak melihat mereka karna itu pasti akan membuat nya begitu sakit. Tetapi Luna tetep saja tidak beranjak pergi , ia bahkan melihat Galang mengecup dahi Lala.

"Lun , kamu gapapa kan?

"Oh eng- engak kok aku baik - baik aja, lagian mereka juga ga butuh aku."

"Kalo kamu butuh sandaran aku siap Lun , bahkan bahu ini akan selalu ada buat kamu."

"Makasih Ga atas segalanya , ohiya kamu boleh kok pulang soalnya aku ada urusan."

"Kamu mau kemana Lun? Aku akan tetet nemenin kamu , aku gamau pulang."

"Tenang aja kok , gua akan baik- baik aja ohiya gue pergi dulu Lo hati- hati di jalan."

"Oke deh , kalo ada apa- apa kabarin aku yah."

"Siip."

Arga pergi menggunakan motor nya , sementara itu Luna berjalan ke halte. Ia menunggu bus , ia duduk sambil mendengarkan Lagu di halte. Tak menunggu waktu Lama bus akhirnya datang , ia masuk ke dalam bus menuju suatu tempat.

Langit mulai mendung , terlihat jika sebentar lagi akan turun hujan. Sesampainya di tempat pemberhentian bus , Luna berjalan lagi beberapa meter terlihat dari kejauhan ada sebuah rumah mewah yang bernuansa megah . Luna memasuki ke dalam Rumah itu.

" Luna kamu kemana aja."

"Maaf bi, Luna telat piring nya biar Luna yang cuci bi."

"Gausah itu biar bibi aja , tugas kamu sekarang harus ngambil baju kotor di atas tapi ingat jangan nyentuh apapun soalnya tuan muda di rumah ini tidak Suka barang nya di sentuh oleh orang lain."

"Kamar nya di mana bi ?

"Di pojok samping tangga ."

Luna menuju ke atas untuk mengambil baju kotor. Ya , Luna berkerja sampingan sebagai pembantu . Ia bisa mendapatkan pekerjaan ini melalui koran , bahkan nyonya pemilik rumah tidak percaya remaja seusia Luna mau berkerja sebagai pembantu.

"Mungkin ini kali ya , kamar nya."

Luna membuka pintu kamar itu , sontak saja membuat Luna terkejut kamar nya begitu rapi dan terlihat begitu elegan dengan nuansa putih di setiap sudut ruangan.

Luna melihat sekeranjang tumpukan baju kotor ia pun pergi mengambil setumpuk keranjang itu , tak sengaja ia melihat ada sebuah foto lelaki berusia sekitar 7 tahun yang berpose begitu imut.

"Wahh comel banget nih bocah , kek nya dia anak pemilik rumah ini deh."

Luna menuruni tangga dan menuju arah dapur untuk mencuci pakaian kotor milik majikan nya.

"Ohiya bi , Luna heran deh kok rumah ini sepi yah."

"Ohh kalo itu udah biasa Lun , di sini hanya tiga orang yang tinggal , kalo nyonya lagi ada bisnis keluar kota trus nyonya juga punya dua anak lekaki yang satu sudah bekerja sebagai CEO dan yang satu lagi masih sekolah sama kek Luna masih SMA , ya begitulah mereka jarang pulang ."

Luna hanya ber- oh ria saja pantesan ia sudah berkerja kurang lebih dua minggu di Sini sama sekali tidak pernah melihat tuan rumah kecuali nyonya itu pun hanya sekali. Luna mulai mencuci pakaian nya bahkan ia juga mengeringkan pakaian nya dan tidak ketinggalan mengosok pakaian milik majikan nya.

"Heran deh mereka kan jarang pulang tapi baju kok bisa bertumpuk kek gini."

Dengan telaten Luna melakukan pekerjaan nya sesudah mencuci dan menggosok baju , Luna pergi ke ruang tamu sambil membawa sebuah alat pel , dari sudut ke sudut ia mengepel.

Sedangkan bibi sedang masak sekaligus mencuci piring.

Pukul : 19.00 WIB pekerjaan Luna selesai ia pun pamit ke bibi untuk pulang.

"Bi Luna pulang yah , udah selesai soalnya."

"Nih Lun , bibi buatin makanan untuk kamu di makan yah."

"Duh bi makasih ya maaf Luna ngerepotin."

"Iya sama - sama di jalan hati - hati ya."

Luna keluar melalui pintu belakang , ketika ia baru melangkahkan kaki nya terdengar suara motor dari arah Luar. Sepertinya tuan rumah baru pulang , Luna ingin sekali melihat tuan nya tapi ia sekarang harus pulang.

Sementara itu bibi membuka kan pintu untuk tuan rumah nya.

"Ehh den , baru pulang bibi baru aja selesai siap masak , den mau makan dulu atau mandi."

"Arga mandi dulu bi , ohiya katanya di rumah ada pembantu baru siapa bi? Kok Arga engga ada ngeliat."

"Ohh iya den , pembantu nya cantik ia masih sekolah sama kayak den masih SMA , wajah nya cantik banget dia juga baik."

"Oh gitu ohiya...

Tit..tit..

Terdengar suara klakson mobil dari arah Luar. Arga tidak melanjutkan pembicaraan nya dan ia pergi menuju kamar nya untuk bersihkan diri.

"Bi , Arga udah pulang?

"Udah kok den , ohiya den Andra mau makan atau mandi dulu."

"Bibi siapkan dulu makanan nya , saya mau mandi dulu."

Setelah membersihkan diri Andra dan Arga makan malam berdua.

"Bang , kata bibi di rumah kita ada pembantu baru Lo tau?

"Hmm...gue ga sengaja ngeliat dia sekilas tapi wajah nya engga begitu keliatan cuman belakang nya doang barusan."

"Yahh telat dong gue , sumpah deh gue jadi penasaran ."

"Udah deh , Lo makan yang bener , lagian Lo tuh udah ada cewe masih aja kepo."

Arga hanya cengegesan mendengar apa yang di katakan Andra. Disisi lain Luna sekarang berada di taman ia sedang makan masakan yang bibi berikan tadi , bahkan ia belum berganti baju , ia hanya sendirian . Terlihat banyak orang berlalu lalang di  taman . Sambil makan Luna menatap ke arah langit yang begitu banyak bintang indah bertebaran disana. Sesekali ia memejamkan mata nya menikmati angin yang berhembus bersama dedaunan pohon yang gugur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status