Share

Membunuh Monster Singa

Pada saat dia sampai di tempat yang menjadi sarang monster singa, Barata melihat makhluk itu sedang tertidur pulas. Ada rasa ingin kabur, dan meninggalkan tempat tersebut. Namun, dia juga tidak menampik jika dia ingin menguji kekuatannya dan mencari tahu seberapa jauh perbedaan antara dirinya saat ini dengan beberapa waktu lalu.

Barata bergegas meninggalkan posisinya. Ia berlari menuju ke sebuah pohon, lantas dia bersembunyi di balik pohon itu sambil memperhatikan monster singa tersebut.

Dia tidak tahu akankah ini berhasil atau tidak. Namun, dia tetap menatap monster itu dengan mata yang tajam. Perlahan, dia mengedarkan energi yang ada di dalam Pusaka Kalimedeni, dan mengarahkannya tepat ke arah monster tersebut.

Setelah itu, Barata mendekatinya. Langkah kakinya begitu hening, tak ada suara. Tangannya menggenggam kuat-kuat Pusaka Kalimedeni, dan tubuhnya terselimuti energi yang berasal dari pusaka itu.

Barata mendekati monster itu. Setelah ia berada sangat dekat dengan monster singa tersebut, pria itu segera menggerakkan pusaka di tangannya dengan cepat. Dia mengarahkannya ke leher monster itu.

Saat dia menebaskan pusaka itu, dia merasakan ada pergerakan dari monster itu. Alhasil, serangannya tak mengenai leher monster itu melainkan melukai matanya.

“Sial!! Bagaimana bisa seperti ini? Apakah ilusinya tidak bekerja? Dia pasti akan bangun,” gumam Barata.

Setelah melukai monster singa itu, dia benar-benar khawatir dengan respon yang akan monster itu berikan. Secepat mungkin, dia mengedarkan energi yang ada di dalam pusakanya. Kali ini, dia melepaskan lebih banyak energi.

Barata hanya bisa berharap cemas ketika melakukannya. Dia tidak tahu apakah efek dari penggunaan energi akan berhasil atau tidak. Barata tidak hanya diam saja. Dia segera melesat mundur, membuat jarak antara dirinya dengan monster itu.

Dia sama sekali tidak ragu untuk lari. Dia tahu seberapa mengerikan monster di hadapannya ini. Namun, saat dia akan lari, dia tak melihat adanya satu gerakan pun dari monster itu.

“Apa yang terjadi? Tunggu, mungkinkah ilusi itu memberikan efek? Baguslah kalau begitu, aku bisa sedikit bernafas lega. Tapi, harga yang harus aku bayar terlalu besar. Sial!" Tetesan keringat membasahi tubuhnya, dan Barata terlihat kelelahan.

Barata tidak tahu kalau mengendalikan energi yang berasal dari pusaka itu akan sangat menguras staminanya yang kemudian membuat ia lelah. Oleh karena itu, Barata pun segera memutuskan untuk menghabisi monster itu secepat mungkin. Dia lari ke arah monster itu sembari mengayunkan pusaka itu kuat-kuat.

Barata tak mengharapkan apapun dalam serangan ini. Dia hanya menyerang monster itu dengan cepat, secepat yang bisa ia lakukan. Keringat tak henti-hentinya menetes dari dahinya, saat dia menyerang monster itu.

Dia mengincar tempat yang sama dengan bagian tubuh monster yang sudah ia lukai. Dia mengincar mata kiri monster itu. Barata tidak menahan kekuatannya. Ia mengerahkan semua kekuatan yang ia miliki tanpa memedulikan apakah itu akan membuahkan hasil atau tidak.

Beruntungnya, monster itu tak kunjung juga bangun. Meski menguntungkan, hal ini juga membuat Barata bertanya-tanya. Mengapa monster itu tidak kunjung bangun? Seharusnya dengan luka semacam itu, monster tersebut masih bisa bangun.

Pusaka di tangannya tak pernah berhenti berayun, dan Barata membuat luka yang cukup banyak di sekitar mata kiri monster itu. Pada saat ini, dia sangat bersemangat. Dia sama sekali tidak menyangka jika pusaka ini akan mampu memberikan luka yang cukup dalam, berbeda dengan senjata yang awalnya dia gunakan. Dengan begini, dia semakin yakin jika dia memiliki kesempatan untuk menghabisinya.

Ketika mata kiri monster itu terluka, monster itu langsung mengaung dengan kerasnya. Begitu auman monster itu terdengar, Barata terpukul mundur, dan menabrak sebuah pohon hingga menghancurkannya, lantas dia memuntahkan darah.

Mata Barata memerah. Dia menahan rasa sakit yang menghajar sekujur tubuhnya saat dia menghantam pohon itu. Tak lama kemudian, dia melihat monster itu yang menatapnya marah. Monster singa itu segera melesat ke arahnya sembari mengayunkan tangan untuk mencakar Barata..

Barata menghindar ke samping. Dia kemudian melihat tempat sebelumnya dimana posisinya berada. Pohon yang hancur tadi berubah menjadi potongan-potongan kecil sebab serangan dan juga kekuatan monster singa.

Barata menelan ludahnya. Dia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika serangan itu menghantam tubuhnya. Mungkin, dialah yang akan menggantikan posisi pohon itu.

Monster itu mengukur lawannya kembali sebelum bergegas maju dan melawannya. Barata tak merasa takut. Dia melihat sebuah celah, dan merasa bisa mengambil keuntungan, sehingga dia segera menyerangnya dari sisi kiri.

Setelah kehilangan mata kirinya, daya serang monster itu menurun, dan serangannya menjadi tidak terlalu berbahaya. Barata memanfaatkan momen ini, dan dia mengeksploitasi semuanya. Dia tak kenal lelah saat mengayunkan pusaka di tangannya tanpa henti.

Walau sesekali dia diseruduk oleh monster itu dan terpukul mundur, Barata sama sekali tidak ragu untuk menyerang monster itu kembali.

Pertarungannya dengan Monster Singa semakin sengit. Darah mengalir keluar dari mulutnya. Luka yang tumpang tindih di dalam tubuhnya mulai menunjukkan efeknya. Meski begitu, Barata terlihat masih memiliki aura yang kuat.

Barata mencoba mengendalikan energi yang ada di dalam pusaka itu. Dia membutuhkan cukup banyak tenaga untuk mengendalikan energi itu. Ia lantas kemudian mengayunkan pusaka itu dalam sebuah pola berbentuk segitiga.

Barata menekan pola itu, dan melemparkannya ke arah monster singa tersebut. Dia sama sekali tidak ragu untuk melesat maju setelah mengirimnya. Pola itu menjadi sebuah ilusi ombak laut yang mengincar monster itu.

Serangan ini hanyalah ilusi tanpa ada kekuatan untuk melukai monster itu yang hanya memiliki efek untuk membuatnya bingung. Oleh sebab itu, Barata bergegas mengikuti serangan tersebut dengan mengayunkan pusaka di tangannya.

Kali ini, Barata mengincar mata kanan monster singa, dan tidak mengincar titik vital lainnya. Sulit untuk membunuh monster dalam satu serangan. Oleh karena itu, dia mengincar salah satu titik yang paling vital, yakni mata. Begitu dia sampai di depan monster itu, dia langsung menancapkan belati itu kuat-kuat hingga monster itu terguncang, lalu menggoyang-goyangkan badannya.

“Argh!!! Mati kau!!!” teriak Barata ketika dia menekan pusaka di tangannya dalam-dalam. Dia berusaha mempertahankan posisinya. Guncangan yang dilakukan monster itu terlalu besar, dan dia merasa sekujur tubuhnya terasa nyeri serta kaku.

Setelah guncangan itu melemah, Barata menarik keluar pusaka itu. Lantas Barata menusukkan belatinya ke dahi monster itu, tepatnya ke tanduk yang sudah patah. Dia menekannya kuat-kuat. Ia merasa tubuhnya ikut menjadi kaku seperti yang terjadi pada monster itu.

“Argh!!!” Entah karena apa, Barata ikut ambruk saat monster itu juga ambruk. Tak lama saat keduanya ambruk, monster itu mengeluarkan cahaya yang cukup terang, dan pusaka di tangan Barata menarik paksa cahaya itu.

Terlihat pusaka di tangan Barata menarik cahaya itu, dan mengubah cahaya itu menjadi energinya secara paksa. Ketika semua kejadian itu terjadi, Barata terlalu lelah untuk memikirkannya. Dia hanya melihat seluruh kejadian dengan tatapan bingung.

Aura yang dikeluarkan Pusaka Kalimedeni meningkat tajam secara tiba-tiba. Tampak sedang mengalami perkembangan tertentu. Ketika cahaya berwarna biru keluar dari pusaka itu, cahaya itu mengalir menyelimuti Barata dan perlahan masuk ke dalam tubuhnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status