Barata menciptakan sebuah ilusi di mana ada sebuah suara yang kuat menghantam tanah di salah satu titik di sekitar zombie-zombie yang pada akhirnya menuntun zombie-zombie itu ke titik suara itu.
Selain itu, dia juga tidak melupakan keberadaan monster anjing dengan api di kepalanya, dia memperhatikan mereka yang mencoba untuk mendekatinya. Barata tak terlalu memikirkan para zombie itu karena mereka bukanlah bahaya yang mengancam, melainkan monster anjing inilah yang membuat dia merasakan ancaman nyata.
Barata mendekati monster itu dengan belati di tangannya, dia mengambil sikap bertahan yang juga dapat melancarkan serangan balik. Barata mengawasi pergerakan monster anjing yang berlari ke arahnya.
“Ilusi suara itu tidak memberikan efek apapun pada monster anjing itu ... ini sedikit menyebalkan, aku tidak bisa mengubahnya. Tak apa, zombie-zombie itu tidak akan terlalu membahayakan dan membatasi ruang gerakku. Aku hanya perlu menghabisi monster-monster anjing
Ada sebuah tekanan yang besar layaknya sebuah gunung menghantam Barata. Dia merasa seperti sedang menahan sesuatu yang sangat berat di kedua pundaknya yang juga memaksanya untuk tunduk.“Ugh!!!”Tanpa Barata sadari ia mengeluarkan suara yang tak biasa. Tekanan itu datang secara tiba-tiba, dan mengejutkan dirinya di saat ia baru saja membuka pintu. Barata segera berbalik, dan gerakannya masihlah cepat walau dia berada dalam kondisi buruk.“Sensitivitas monster ini jauh di atas mereka yang aku lawan tadi. Sial!!! Aku terlalu ceroboh. Seharusnya aku menghabisinya sebelum membuka pintu ini.”Barata masih menggenggam parang di tangannya kuat-kuat. Dia bergerak menyamping menghindari injakan kaki monster itu. Barata memutar tubuhnya saat dia melangkah ke samping sembari menebaskan parang di tangannya.Tidak ada waktu baginya untuk berpikir mengelak lagi. Barata tahu kalau monster ini tid
Ada sebuah tekanan besar layaknya sebuah gunung tengah menghantam Barata. Dia merasa seperti sedang menahan sesuatu yang sangat berat di kedua pundaknya yang juga memaksanya untuk tunduk.“Ugh …."Tanpa Barata sadari, ia mengeluarkan suara yang tak biasa. Tekanan itu datang secara tiba-tiba, dan mengejutkan dirinya di saat ia baru saja membuka pintu. Barata segera berbalik. Gerakannya masihlah cepat walau dia berada dalam kondisi buruk.“Sensitivitas monster ini jauh diatas mereka yang aku lawan tadi. Sial! Aku terlalu ceroboh. Seharusnya aku menghabisinya sebelum membuka pintu ini.”Barata masih menggenggam parang di tangannya kuat-kuat. Dia bergerak menyamping menghindari injakan kaki monster itu. Barata memutar tubuhnya saat dia melangkah ke samping sembari menebaskan parang di tangannya.Tidak ada waktu lagi baginya berpikir untuk mengelak. Barata tahu kalau monster ini tidak ak
Langkah kaki Barata begitu berat. Saat ia baru akan masuk, Barata merasakan sensasi dingin dan sejuk. Namun, begitu kakinya menyentuh lantai, rasa panas yang teramat menggerayangi kakinya, dan menjalar naik ke seluruh tubuh.“Huft ... Huft ... panas ini semakin terasa saat aku berada dekat dengan altar. Apakah pusaka ini begitu kuat atau hanya aku saja yang lemah? Kalau begini, aku tidak bisa menyentuh altar itu dan mengambil pusaka yang terletak di tengah-tengah batu. Sialan!” gerutu Barata.Dia begitu kesal saat berjalan mendekati altar. Meskipun langkah kakinya menjadi pelan saat dia semakin dekat dengan altar, dia tetap memaksakan diri untuk terus maju dan tetap berjalan. Rasa sakit yang disebabkan oleh rasa panas itu membuat Barata meringis kesakitan.Ketika dia berada beberapa senti dari altar dan batu merah itu, Barata merasakan panas semakin menyengat dan bertambah panas. Dia meletakkan tangannya ke tengah-tengah batu
Barata kembali menyusuri jalan yang sebelumnya ia lewati, dan dia berjalan menuju ke Desa Soman. Ketika Barata melihat mayat-mayat monster anjing, dia memikirkan satu hal yang penting tentang mayat ini, tidak lain tidak bukan ialah daging monster.Dia menatap ke arah mayat monster anjing itu dengan pemikiran tertentu. Apakah daging monster ini beracun? Bisakah daging itu dimakan? Apa efek samping bila manusia biasa memakannya? Kulitnya bisa digunakan sebagai pakaian bahkan armor.Barata tenggelam dalam pikirannya sendiri tentang mayat monster di sekitarnya ini. Dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan dengan mayat-mayat ini. Dia juga khawatir bila meninggalkan mayat-mayat ini akan memiliki risiko yang tinggi. Tentu saja, dengan banyak kemungkinan ini, Barata tidak langsung mengambil keputusan, tapi memikirkannya terlebih dahulu.Sembari berpikir dan berjalan menuju ke Lembah Iblis, Barata memperhatikan sekitarnya. Dia juga memikirkan bagaimana
Barata memperhatikan para pengungsi yang mulai bertahan di posisinya, dan bersiap-siap untuk bertarung melawan para zombie yang bergerak dengan gerakan menakutkan. Wajah para zombie begitu intimidatif dan membuat orang-orang yang melihatnya menjadi merinding.Gigi-giginya terlihat jelas dengan air liur yang bercampur dengan darah menetes dari sela-sela gigi serta mulutnya. Selain itu, mereka bergerak dalam posisi yang tidak nyaman untuk dilihat, tapi kecepatannya relatif tinggi. Mereka terus mendekat, dan tekanan yang para zombie bawa begitu besar hingga membuat para pengungsi menjadi gemetar.Barata muncul dengan aura yang terpancar, meskipun wajah serta posisi tubuhnya menunjukkan postur kelelahan. Namun, dia tidak begitu merasakan lelah serta sakit yang masih menderu-deru di dalam dirinya. Barata sudah mendapatkan apa yang ia inginkan, dan saat ini, dia juga menemukan kesempatan lainnya. Jadi, dia tidak merasakan semua rasa itu.Langka
Barata menghampiri para pengungsi yang menatapnya dengan tatapan ketakutan. Dia tidak merasa bila tatapan itu keterlaluan. Baginya, ini hal yang wajar untuk para pengungsi jika merasa takut akan dirinya, bahkan dia sendiri merasa sedikit tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bola api dari Pusaka Batu Api terlalu kuat, dan memiliki kerusakan yang begitu besar.Namun, Barata merasa tenang saat melihat para pengungsi yang tidak terluka. Barata tidak memikirkan hal lain, kecuali membawa para pengungsi ini di bawah kakinya. Dengan tambahan para pengungsi ini, keamanan dan kelayakan hidup dari mereka yang ada di Lembah Iblis bisa sedikit bertambah. Tentu saja, ada konsekuensi lain yang dia pikirkan juga.Barata mendekati pemuda yang membawa kapak. Dia merasa bila pemuda ini merupakan pria yang pantas, dan layak untuk dilatih serta diasah kemampuannya. Barata mengamatinya dengan tenang untuk melihat sikapnya setelah menyaksikan pertarungannya. Pada saat Ba
Di dalam Lembah Iblis, Bowo beserta para penduduk mengkhawatirkan keadaan Barata yang tak kunjung kembali. Meski Surip sudah kembali bersama dengan beberapa orang lain, Bowo tetap merasa khawatir dengan keselamatan Barata. Semua itu karena kehidupan para penduduk bersinambung dengan kehidupan Barata.Ketidakhadiran Barata di sekitar mereka membuat para penduduk mengeluarkan suasana yang mengkhawatirkan, dan penuh dengan keraguan. Bowo sudah mencoba sekuat tenaganya untuk menenangkan mereka, tapi para penduduk tetap memiliki rasa resah yang begitu kuat. Bagaimanapun juga, mereka sudah melihat betapa mengerikannya situasi di luar sana, dan begitu mereka mendapatkan tempat yang nyaman, mereka tidak ingin kehilangan tempat itu.“Kalian tenanglah, kita sudah mendengar dari mulut Surip kalau Tuan Barata akan kembali. Dia saat ini sedang membersihkan beberapa area agar kita dapat hidup lebih tenang dan aman. Kita tidak bisa menunjukkan kelemahan sepert
“Kepergian Anda waktu itu membuatku harus mengambil keputusan. Aku merasa ini bukan hal yang baik, jadi aku ingin meminta maaf untuk hal itu, Tuan. Yakinlah, aku melakukan hal tersebut untuk membuat para penduduk hidup. Aku tidak bermaksud untuk bertindak lancang, dan aku juga sudah tahu rencanamu untuk memimpin kami dari Surip. Oleh karena itu, aku merasa bila tempat ini akan menjadi markas atau tempat tinggal kita.” Bowo berbicara dengan sedikit tidak tenang.Barata tak peduli dengan hal itu, dia melihat ada beberapa perubahan di gua serta bagian depan gua. Semua itu memang memperlihatkan adanya jejak kehidupan, dan dia juga melihat anak-anak yang ada di sana dapat berlarian di dalam gua atau menunjukkan tanda-tanda hidup daripada saat dia bertemu dengan mereka untuk pertama kalinya.Dia berkata, “Tak apa, Bowo. Aku menghargai apa yang kau lakukan. Keputusanmu menunjukkan tekadmu untuk hidup dan juga keberanianmu dalam mengambil se