Share

Tiga

Naira pulang ke rumah pada pukul 19.00, tadi saat pulang sekolah ia dan teman teman nya mampir ke kafe tempat biasa mereka nongkrong.

Rumah bercat putih dengan pilar pilar megah berwarna gold menyambut kedatangan nya. Rumah itu besar dan juga megah, namun sayang kehangatan di rumah ini tidak ada sejak ia berumur 5 tahun.

Aira yg ceria berubah menjadi Aira yg pendiam, Aira yang mudah tertawa menjadi Aira yg mengeluarkan air mata.

Ia rindu, rindu kehangatan keluarga nya, disaat remaja lain mempunyai tempat untuk pulang, tempat berkeluh kesah kepada keluarga terutama kepada sang ayah, berbeda dengan nya. Rumah bagi Aira tidak lebih seperti neraka.

Plak

Aira memegangi pipi bagian kanan nya yg memanas akibat tamparan seseorang. Aira bisa menebak jika semua keluarga nya pasti ada di ruang keluarga dan yg menampar nya adalah cinta pertama Aira

Ya dia adalah ayah kandung Aira, Abraham Andi Sanjaya pengusaha batu bara yg sukses dengan cabang yg tersebar di seluruh dunia. Namum sayang dunia tidak pernah tau bahwa ia memiliki putri bungsu yg menyedihkan.

"Pulang malam lagi kamu hah?! Kamu saya sekolah kan untuk belajar bukan menjadi jalang ana!" Murka Bram

Ahh Aira sempat lupa jika di dalam keluarga nya ia di panggil dengan sebutan Ana.

"Jawab saya! Atau kamu saya buat bisu!"

"An-ana ke belajar kelompok yah"

Jawaban yg keluar membuat lelaki paruh baya itu semakin marah. "Pembohong! Selain pembunuh kamu sudah berani menjadi pembohong hah!"

Aira merasakan kepala nya berdenyut hebat akibat jambakan tangan kasar ayah nya, belum lagi rasa panas yg menjalar di wajah nya.

"Siapa yg ngajarin kamu bohong! Saya dapat laporan dari sekolah kalo kamu membuat masalah di hari pertama sekolah. Betul itu Ana!" Desak nya.

"Pukul aja yah anak gak tau diri kaya dia mah." Timbal seorang gadis yg cantik bersurai pirang. Dia kakak Aira. Hanya selisih 5 tahun.

Aira menggeleng tanda bahwa ia tidak ingin mendapat hukuman. Tapi itu semua percuma Bram melayangkan tangan nya di udara.

Plak

Saking kuat nya tamparan itu jambakan di rambut Aira terlepas. Beberapa helai rambut nya ada di genggaman Bram. Sedangkan Aira? Duduk dengan Air mata yg mengalir dan sudut bibir nya robek.

"Ana.. ana tadi kerja kelompok dulu yah, jadi ana pulang telat" jawab Aira

Mendengar kalimat itu lagi Bram semakin tidak terkendali. "Kamu jangan bohong jalang! Saya tidak dapat telfon dari sekolah kalo ada tugas kelompok dan itu artinya kamu berbohong kepada saya! Selain kamu bikin ulah di sekolah kamu juga pintar membohongi saya!"

"Kamu harus saya beri pelajaran! Bagaimana menjadi gadis baik baik dan tidak pembangkang"

"Kenapa gak bunuh aja si heran, bikin kotor rumah aja" ucap lelaki berambut kecoklatan berpakaian kasual yg tengah duduk bersandar di sofa.

"Jangan lah kalo dia mati, emang lo mau jadi sasaran ayah kalo lagi marah?"

"Kaga lah najis"

Seorang wanita paruh baya yg masih terlihat cantik dan anggun itu hanya melihat dengan tatapan kosong. Tanpa berniat menghentikan suami nya.

"Engga kak.. hiks yah sakit"

"Diam Ana!"

"Hiks ampun... jangan hukum Ana yah"

Seolah tuli Bram mencengkram dengan kuat tangan mungil Aira hingga memerah. Keluarga nya yg lain hanya melirik sinis tanpa berniat membantu.

Bram berjalan dengan langkah lebar sedangkan Aira dibelakang nya berjalan terseok seok akibat tidak bisa menyeimbangi langkah kaki sang ayah.

"Ayah pelan pelan tangan Ana sakit hiks" lirih Aira

Orang yg dipanggil dengan sebutan ayah itu tidak menghiraukan teriakan putri bungsu nya, dan terus membawa Aira ke suatu tempat.

Bram membuka pintu bercat hitam tempat di mana ia memberi hukuman kepada Aira. Tanpa belas kasihan Bram mendorong tubuh mungil Aira ke lantai yg dingin dan juga berdebu.

Seragam sekolah Aira sudah kotor terkena debu dan juga kotoran kotoran hewan pengerat. Manik nya menatap mata yg sama dengan milik nya. Mata coklat itu memerah.

Bram menelisik setiap jengkal sudut ruangan. Dan mata nya menatap bangku yg masih kuat. Mengambil nya guna melayangkan nya ke tubuh Aira.

Aira melihat itu dan menggeleng pelan "Engga Ayah.. Itu sakit jangan"

"Saya bilang diam ya diam jalang"

Plak

Aira terpental, air mata sudah membanjiri pipi chubby nya. Aira pasrah jika besok ia bersekolah dengan luka-luka lebam lagi.

Bugh

Bugh

Krekk

Bunyi kayu yg bertubrukan dengan tulang memenuhi ruangan kedap suara yg berminim cahaya itu. Terlihat seorang ayah yg tega memukuli anak kandung nya sendiri tanpa belas kasian.

"Pembohong"

Bugh

"Dasar anak tidak berguna! Menyusahkan saja"

Bugh

"Tidak tau di untung! Mati kamu Ana!. Saya tidak sudi memiliki anak seprti kamu!"

Aira melindungi bagian kepala nya dengan tangan, karena jika wajah yg terluka sangat sulit untuk ia tutupi dari orang lain.

"Ayah sakit, hiks cukup berenti"

Bugh

Bugh

Bram sudah gelap mata, ia di kuasai oleh amarah. Ia memukul Aira seperti memukul hewan menjijikan. Darah mengalir dari kulit putih pucat milik Aira, memenuhi seragam sekolah nya akibat luka yg lama belum kering dan kini sudah bertambah yg baru.

"Dasar jalang! Percuma saya kasih tempat tinggal jika kamu tidak tau terima kasih!! Saya benci kamu ana!"

Bugh

Plak

"Saya benci hiks"

"Saya benci kamu hidup hiks"

Pranggg

Bangku yg awal nya masih kokoh itu hanya menyisakan beberapa potong saja. Membuktikan seberapa kasar nya bram memukul badan Aira.

Aira meringis merasakan sakit di sekujur tubuh nya. "Sakit.." lirih Aira begitu pelan

Potongan bangku itu terlempar di samping badan Aira yg sudah tidak sadarkan diri, akibat terlalu banyak mengeluarkan darah.

Bram terduduk di lantai menatap tubuh penuh luka putri kecil nya yg sudah tidak sadarkan diri. Tatapan nya kosong tidak ada tanda tanda kehidupan di sana.

"Maafin ayah nak" gumam nya yg hanya ia dengar sendiri. Karena Aira sudah memejam kan mata lentik nya.

Tanpa mengobati luka Aira ataupun membawa nya ke kamar untuk sekedar memindahkan ke tempat yg lebih layak, Bram meninggalkan Aira begitu saja di tempat kumuh itu sendirian, tanpa selimut hanya beralaskan seragam tipis putri nya.

••_••

Aira mengerjabkan mata nya perlahan, ringisan keluar dari bibir merah jambu milik nya. Perlahan kelopak mata berwarna kecoklatan itu pun terbuka, manik yg biasanya menatap tajam setiap orang kini terlihat sayu.

"Akh"

"Hiks sakit"

"Badan ana sakit mah"

Aira berusaha untuk bangkit, walaupun sedikit kesusahan. Merasa punggungnya terasa lengket, tangan mungil Aira meraba raba bagian punggungnya, dan tangan nya dipenuhi bercak darah.

"Hahahha orang tua biadap!" Tawa Aira begitu menyayat hati.

Tawa yg menyiratkan duka bukan tawa yg menyiratkan suka. Aira yg terkenal akan tingkah laku nya yg barbar ternyata menyimpan luka batin yg mendalam.

Perkataan Bram tergiang giang seperti kaset rusak yg terus menerus berputar secara otomatis di kepala nya.

"Akhhh gue benciii gue benciii!!! Stop! Berhenti, keluar dari kepala gue sialan!!"

Ia benci hidup nya!

Ia benci keluarga nya!

Tidak ada satu pun orang yg mengerti diri nya! Kenapa ia harus hidup jika untuk dijadikan objek kekerasan oleh keluarga nya sendiri.

Aira terus memukuli kepala nya dengan keras seolah olah perkataan Bram tadi bisa menghilang. Nyata nya tidak perkataan Bram cukup menyakiti hati kecil nya.

••_••

Setelah penyiksaan yg dilakukan oleh Bram. Aira melangkahkan kaki nya menuju kamar pribadi nya dengan tertatih-tatih. Sampai di pintu bercat dark blue. Aira membuka pintu dengan pelan dan aroma mawar langsung memenuhi indra penciuman nya, dengan aksen kamar yg bernuansa dark blue, khas seorang Naira Zanna Syaquilla.

"Huh lengket, mandi dulu atau bersihin ni luka?"

"Mandi dulu aja lah"

Aira melangkahkan kaki nya menuju kamar mandi. Suara gemercik Air terdengar. Setelah beberapa menit Aira keluar dari kamar mandi dengan keadaan lebih segar. Memakai celana pendek selutut dan juga baju oversize berwarna senada.

Aira mengambil kotak P3K yg ia simpan di bawah kolong kasur. Kegiatan Aira yg tengah membersihkan luka pun terhenti karena suara nada dering yg berasal dari handphone nya. Tertera di sana nama "Abang Sky♥"

"Hallo de lu bisa dateng kaga? Taruhan nya mayan ni. Kemarin gua denger denger yayasan panti di deket sekolah lu bakalan diusir, soalnya gak bisa bayar pajak" jelas suara bariton khas lelaki.

Dengan handphone yg ia selipkan di kuping dan juga lengan Aira melanjutkan kegiatan menggobati luka nya. "Hm gue bisa bang" jawab Aira

"Oke! Gue bakal boking buat lo, inget jangan sampe telat!" Ucap pria di sebrang sana

"15 menit lagi gue sampe, gua mau siap siap dulu."

Sambungan terputus sepihak, Aira lah yg memutuskan sambungan itu terlebih dahulu sehingga membuat pria yg tengah berada di arena balap itu pun berdecak kesal.

Dia Sky atau Angkasa Mahendra, laki laki semester 4 jurusan hukum yg menyandang status Abang Aira. Satu satunya ornag yg mengetahui aib keluarga sanjaya.

"Hadeh masih sakit si, tapi kalo gue gak balapan gimana nasib anak-anak panti" bingung Aira

Setelah berfikir cukup lama akhir nya Aira beranjak dari kasur. "Tarik nafas buang. Hah. Oke siap"

Gadis itu menyimpan kembali kotak P3K ke tempat asal nya. Aira mengganti pakaian rumahan nya dengan pakaian serba hitam. Setelah semua di rasa perfect, Aira mengambil kunci mobil Honda Acura milik nya yg berwarna dark blue.

Tidak lupa ia juga mematikan lampu, mengunci pintu agar tidak ada seorang pun yg masuk, serta menutup tirai supaya satpam mengira bahwa ia sudah tertidur.

Gadis dengan rambut terurai itu berjalan mengendap-endap seperti maling, melewati pos satpam tempat di mana pak muklis berjaga. Ia berhasil melewatinya dengan mudah.

Aira bersiul ketika sudah sampai di tempat gudang yg dari luar terlihat menyeramkan. Tapi siapa sangka di dalam nya terdapat puluhan mobil dan juga motor sport hasil taruhan Aira. Aira melajukan mobil nya dengan kecepatan diatas rata rata. Membelah kesunyian malam yg dingin.

Aira sudah sampai di tengah tengah kerumunan manusia berbeda jenis kelamin. Disini lah tempat di mana ia melampiaskan amarah nya, dengan balapan.

Para manusia di tempat itu bergeming, menantikan sang toko utama keluar dari kereta nya. Pintu utama terbuka memperlihatkan gadis bernetra kecoklatan yg memakai pakaian serba hitam, lengkap dengan masker nya.

Seseorang menepuk pundak nya pelan. "Kemana aja Ra? Lo telat 5 menit"

Aira tertawa kecil "santay aja bang, pusing gue mikir mobil mana yg mau gua bawa, buat balapan."

Lelaki itu berdecak "gaya mu lur lur" Dia Sky.

Kedua nya tertawa. Lelaki tadi merangkul Aira dan membawa nya ke tengah-tengah kerumunan. Sorak sorai pun terdengar.

"Btw Ra, lawan lo itu king racing. Dia udah biasa balapan, tapi debut nya baru-baru sekarang"

Aira hanya mengangguk tanpa minat

Sky menarik nafas pelan. "Woi lo dengerin kaga si monyet"

"Iye gue denger" ucap Aira dengan malas.

Melihat tingkah gadis ini membuat Sky harus mengelus dada sabar, sabar melihat kelakuan adik barbar nya.

Tidak lama setelah itu, suara motor bersahutan memecahkan keramaian yg tengah mengerubuni Queen Racing. Semua atensi manusia di sana mengalihkan pandangan nya ke arah segerombolan lelaki dengan jaket denim berwarna hitam dan lambang tangan yg di rantai. Rickdevil.

Satu persatu helm fullface itu terbuka, hal yg pertama kali Aira lihat mata keabuan seorang lelaki yg memakai bandana di lengan nya.

Aira berfikir "Kaya gue kenal, tapi di mana ya" gumam nya.

Sky menoleh saat mendengar gumaman Aira. "Lo kenal de ama dia?"

Aira menggeleng pelan. "Kaya kenal bang, tapi gua lupa di mana". Sky hanya beroh ria saja.

Sedangkan di kubu sebelah manik keabuan nya menelisik setiap jengkal kerumunan orang. Mencari siapa yg menjadi lawan nya. Netra nya terhenti di mana seornag gadis bersurai kecoklatan yg tengah dirangkul lelaki.

Alis tebal nya tertekuk, "loh babu gue kenapa disini dah?"

"Siapa Al?" Tanya salah seorang anggota.

Lelaki yg dipanggil ketua itu menggeleng.

Lelaki itu Alfa.

Alfa mengetat kan rahang nya melihat pundak milik Aira dirangkul oleh lelaki asing. Dengan tergesah-gesah ia menghampiri kedua nya yg tengah bercanda gurau.

Menarik dengan kasar tangan Aira yg semakin memerah. Aira meringis pelan. Lelaki disamping nya terkejut bukan main.

Seperti menjadi rutinitas nya Alfa memeluk pinggang ramping Aira dan menekan nya kuat. Membisikan kata yg membuat bulu kuduk Aira berdiri. "Hei babu"

Aira terdiam mengingat suara bariton lelaki yg memeluk nya kini, seketika mata nya membulat. Ia kenal dengan pemilik suara ini.

"Lepas Alfa!"

"Gak akan, lo ngapain disini bangsat"

"Bukan urusan lo!"

"Jelas urusan gue, karena lo babu gue. Kenapa lo gue telfon gak diangkat?!"

Sky yg sedari tadi menonton pun menjadi emosi. Ia melepaskan rangkulan Alfa kepada Aira dengan kasar. Menyembunyikan adik nya.

"Lo siapa?" Tanya nya.

Lelaki bernetra keabuan itu berdecak. "Gak ada urusan nya sama lo! Urusan gue sama dia" tunjuk nya ke arah Aira.

"Dia adik gue bro, hati-hati lo kalo mau berurusan sama dia."

"I don't care!"

Menarik kembali tangan Aira, Alfa membawa nya ke motor sprot milik nya yg terparkir. Beberapa anggota pun terheran melihat ketua nya seperti itu.

Terlebih Aiden dan Allard.

Brum

Brum

Kuda besi itu meninggalkan arena balapan. Tanpa memperdulikan sekitarnya.

|•TBC•|

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status