"Kakak~"
Kedua mata Isla seketika terbuka saat seseorang mengguncang tubuhnya pelan. Gadis itu lalu mendudukkan tubuhnya dan menatap Jason yang entah kapan sudah berada di dalam kamarnya.
"Ada apa, Jason?" tanya gadis itu.
"Aku pamit pulang. Maaf karena mengganggu tidur Kakak." Jason mendadak memasang raut wajah bersalah karena merasa mengganggu tidur Isla.
"Tidak apa-apa." Isla tertawa pelan lalu mengusap puncak kepala Jason dengan tangannya.
"Ya ampun, Jason. Harusnya kau tidak mengganggu tidur Kak Isla." Sang ibu ikut masuk ke dalam kamar tidak lama setelahnya, membuat Jason semakin menunduk.
"Haha, tidak apa-apa, Bibi."
"Kalau begitu kami pamit pulang, ya." Jason dan ibunya segera berpamitan dari sana.
Sepeninggal mereka berdua, Isla termenung di posisinya. Gadis itu menatap ke sekitar dengan kedua alis yang bertaut.
"Apa tadi Jason dan Bibi berkata kalau aku tidur?" gumam Isla. Ga
Tiga minggu tidak terasa berlalu begitu saja setelah kejadian aneh yang dialami Isla di sekolah dan rumahnya. Gadis itu masih ingat dengan betul saat seorang lelaki bernama Kai datang mendatanginya dan mengatakan sesuatu yang sama sekali tak ia mengerti.Rhys. Isla ingat kalau Kai menyebutkan orang lain yang bernama Rhys. Namun siapa lagi itu? Isla sama sekali tak mengenalnya. Gadis itu bahkan tak tahu seperti apa rupa orang bernama Rhys itu.Dan yang jadi pertanyaannya lagi adalah, kenapa sosok bernama Kai itu sampai bisa datang ke rumahnya? Ibunya bahkan seperti tak menyadari kedatangan lelaki itu di sana."Sebenarnya apa mau dia?" gumam Isla. Setelah kejadian itu, ia demam selama hampir dua minggu dan mengharuskannya untuk tetap istirahat di rumah. Bahkan Teresa sampai beberapa kali menjenguknya karena khawatir.Isla mendudukkan tubuhnya di bawah sebuah pohon besar dan melihat-lihat hasil jepretannya hari ini. Ia tak pernah paha
"Dari mana kau menemukan anjing itu? Kau benar-benar mendapatkannya dari Trollehallar?" tanya Maria begitu ia memasuki kamar milik putrinya. Dilihatnya gadis itu tengah sibuk mengobati salah satu kaki anak anjing itu yang terluka."Hm." Hanya gumaman pelan yang keluar dari mulut Isla.Maria membuang napas pelan. Wanita itu meletakkan nampan yang ia bawa ke atas meja dan ikut mendudukkan tubuhnya di pinggiran ranjang dan menatap anjing yang sesekali meringis kesakitan."Harusnya kau tidak membawanya pulang, Sayang.""Bu, aku tidak mungkin meninggalkan anjing malang ini di tengah hutan sendirian, apalagi Trollehallar adalah tempat yang berbahaya," ujar Isla."Jika kau sendiri saja tahu kalau Trollehallar itu adalah tempat yang berbahaya, lantas kenapa kau sendiri datang ke sana?"Isla terdiam sejenak. "Di sana menyimpan pemandangan yang indah," lirih gadis itu dengan bibir sedikit maju."Ingat, setelah anji
"Jadi, malam ini kau tidur di kamarku atau bagaimana? Jika ibuku tiba-tiba saja tahu dengan wujudmu yang asli, kau pasti akan langsung ditendang dari sini apalagi kau itu seorang laki-laki." Isla menggaruk lehernya yang tidak gatal sama sekali."A-aku tidur di sini kalau begitu. Aku tidak akan bermacam-macam, sungguh." Rhys mencoba meyakinkan gadis yang berada di depannya.Isla menatap Rhys dari atas hingga bawah. "Baiklah. Kau bisa tidur di ranjang, sementara aku akan tidur di sofa.""Ha? Tidak perlu. Aku tidak mungkin membiarkan itu. Ini kan kamarmu, jadi kau sebaiknya tidur di kasurmu. Biar aku saja yang tidur di sofa," ujar Rhys."Kau yakin?"Rhys langsung menganggukkan kepalanya. "Tentu saja. Tidak apa-apa jika aku tidur di sofa."Isla terdiam sejenak dan gadis itu berjalan membuka lemari pakaiannya. Ia mengeluarkan sebuah selimut dari dalam dan memberikannya pada Rhys. "Kau mungkin akan merasa kedinginan. Jadi pakai saja se
Isla berusaha untuk fokus menulis dan mengabaikan ocehan gadis di sebelahnya. Teresa sedari tadi pun sibuk sendiri mengatakan berbagai hal mengenai lelaki bernama Alex yang berasal dari kelas lain. Gadis itu tidak menyerah dan bersikeras menjodohkan Isla dengan pemuda itu tanpa ada kapoknya, padahal Isla sendiri sudah berkali-kali berkata kalau dirinya tak menyukai Alex sedikit pun. Ia hanya menganggap lelaki itu sebagai teman dan rekan berbagai materi pembelajaran saat ada yang tak ia mengerti, namun Teresa justru selalu salah paham dan menganggapnya lebih."Berhentilah membicarakannya karena itu tidak ada gunanya sama sekali," ujar Isla.Teresa seketika mengatupkan bibirnya dan kedua pipinya menggembung. "Kau benar-benar tidak asyik. Kenapa kau terus menolak Alex?" balasnya.Isla seketika mendelik. "Teresa, kau juga tidak asyik. Kenapa kau selalu berusaha menjodohkan aku dengan Alex? Memangnya selama ini dia berkata kalau dirinya menyukaiku? Tidak, kan?
Isla menggigit permen kapas yang ia beli beberapa saat yang lalu bersama dengan Teresa. Mereka berdua menghabiskan waktu di sebuah taman bermain. Keduanya memang cukup sering menghabiskan waktu bersama setiap kali akhir pekan tiba. Jika sedang tidak ada tugas, maka keduanya akan langsung membuat rencana pergi berdua ke beberapa tempat untuk menghabiskan waktu.“Beberapa hari terakhir hujan terus saja turun di Goteborg, sementara ramalan cuaca selalu berkata kalau cuaca akan cerah sepanjang hari.” Teresa terlihat menggembungkan kedua pipinya dan terlihat kecewa. Gadis itu dan keluarganya sudah merencanakan liburan bersama namun selalu berakhir gagal karena terhalang cuaca yang buruk. Padahal awalnya Teresa begitu senang karena sang ayah sedang memiliki waktu luang bersamanya.Isla memelankan tempo kunyahannya begitu mendengar ucapan Teresa barusan. Gadis itu mendadak merasa tidak nyaman, entah kenapa. Ia merasa kalau cuaca yang mudah beruba
Isla menggigit permen kapas yang ia beli beberapa saat yang lalu bersama dengan Teresa. Mereka berdua menghabiskan waktu di sebuah taman bermain. Keduanya memang cukup sering menghabiskan waktu bersama setiap kali akhir pekan tiba. Jika sedang tidak ada tugas, maka keduanya akan langsung membuat rencana pergi berdua ke beberapa tempat untuk menghabiskan waktu.“Beberapa hari terakhir hujan terus saja turun di Goteborg, sementara ramalan cuaca selalu berkata kalau cuaca akan cerah sepanjang hari.” Teresa terlihat menggembungkan kedua pipinya dan terlihat kecewa. Gadis itu dan keluarganya sudah merencanakan liburan bersama namun selalu berakhir gagal karena terhalang cuaca yang buruk. Padahal awalnya Teresa begitu senang karena sang ayah sedang memiliki waktu luang bersamanya.Isla memelankan tempo kunyahannya begitu mendengar ucapan Teresa barusan. Gadis itu mendadak merasa tidak nyaman, entah kenapa. Ia merasa kalau cuaca yang mudah beruba
“Kau sudah bertemu dengan Rhys?” Tao bertanya pada Kai tidak lama setelah lelaki itu tiba. "Rhys bersama dengan gadis itu. " Rekan-rekannya mengerutkan dahi. “Gadis?” Tao melirik Aric yang berada di sebelahnya. “maksudmu gadis yang selalu datang ke hutan?” Kai mengangguk. “Entah apa yang sudah dikatakan oleh Rhys pada gadis itu tapi kurasa gadis itu ada di pihaknya. Dia selalu berusaha menutup mulut setiap kali aku menyanyakan soal Rhys padanya.” “Kita bisa melakukan semuanya tanpa dia, kan? Biarkan saja dia dengan manusia itu.” Denzel berujar. “Tapi rencana kita tak akan berhasil jika tak ada dia, kan? Kekuatannya sangat dibutuhkan agar ritual itu berhasil,” sambung Tao. “Aku pernah menemui gadis yang kuketahui bernama Isla itu di sekolahnya. Dia hanyalah gadis biasa yang tak tahu apa-apa soal Betelgeuse. Namun sepertinya para manusia di bumi sebagian ada yang mengetahui kalau Betelgeuse tengah melemah. Apa manusia itu merencanakan sesuatu terhadap kita?” lanjutnya. “Kurasa
“Kau sudah bertemu dengan Rhys?” Tao bertanya pada Kai tidak lama setelah lelaki itu tiba.Rhys bersama dengan gadis itu.Rekan-rekannya mengerutkan dahi.“Gadis?” Tao melirik Aric yang berada di sebelahnya. “maksudmu gadis yang selalu datang ke hutan?”Kai mengangguk. “Entah apa yang sudah dikatakan oleh Rhys pada gadis itu tapi kurasa gadis itu ada di pihaknya. Dia selalu berusaha menutup mulut setiap kali aku menyanyakan soal Rhys padanya.”“Kita bisa melakukan semuanya tanpa dia, kan? Biarkan saja dia dengan manusia itu.” Denzel berujar.“Tapi rencana kita tak akan berhasil jika tak ada dia, kan? Kekuatannya sangat dibutuhkan agar ritual itu berhasil,” sambung Tao. “Aku pernah menemui gadis yang kuketahui bernama Isla itu di sekolahnya. Dia hanyalah gadis biasa yang tak tahu apa-apa soal Betelgeuse. Namun sepertinya para manusia