Share

Bab 3. Lelaki Gila.

Dengan langkah tertatih dan tak memiliki tujuan, Riri terus melangkah membawa kakinya menembus hujan deras. Ironis sekali. Disaat sang suami tercinta tengah menikmati malam pertama dan nafsu dunia bersama wanita lain yang dipenuhi dengan kehangatan diatas ranjang, dirinya justru kedinginan dan tak tau harus kemana. Tak memiliki tujuan, tak memiliki kendaraan dan tak memiliki cukup uang.

"Bodoh sekali aku. Kenapa selalu menolak apa yang diberikan oleh mas Ayus? Mungkin jika aku menyimpan sedikit uang setiap bulannya, aku pasti memiliki cukup tabungan untuk mencari kos atau rumah kontrakan. Sialnya sekarang uangku cukup untuk makan beberapa hari. Eh, mengapa kepalaku pusing?"

Belum sempat Riri menyadari apa yang terjadi pada tubuhnya, wanita itu terlebih dahulu ambruk di tengah hujan deras. Beruntung sebuah mobil mewah yang melintas, berbaik hati membopong tubuh yang kedinginan itu dan membawanya ketempat tinggalnya.

"Bi, tolong urus wanita itu. Bersihkan dia dan kompres dengan air hangat. Yang lainnya siapkan makan untuknya. Untuk bibi Kim, telfon Arman untuk memeriksa kondisinya."

"Baik Tuan Muda."

Beberapa maid melakukan apa yang diperintahkan. Sedangkan lelaki misterius itu membersihkan dirinya di kamar yang lain. Beberapa saat lamanya, lelaki yang telah berganti pakaian itu turun ke lantai satu. Entah mengapa hatinya tergelitik untuk kepo dengan wanita asing yang ia bawa.

Saat dirinya telah sampai di kamar itu, ia melihat wanita asing tersebut telah sadar. Menyadari ada seseorang yang menatapnya, Riri segera tersenyum ramah kepada lelaki asing tersebut. Lelaki itu tersenyum misterius. Kemudian memberikan isyarat kepada semuanya untuk meninggalkan mereka berdua.

"Tuan Muda, keadaan Nona tidak megkhawatirkan. Hanya kelelahan dan kedinginan."

"Terima kasih." Singkat padat dan jelas. Kemudian mereka semua meninggalkan kamar tamu dimana Riri berada diatas ranjang. Tanpa basa-basi, lelaki yang dinilai oleh Riri sebagai tuan rumah itu mengunci pintu kamar. Gelagat mencurigakan membuat Riri waspada. Terlebih, lelaki itu menanggalkan pakaiannya.

"Tu-tuan." Riri semakin waspada saat lelaki itu mendekatinya. Saat Riri hendak berpindah posisi, tangannya tertangkap oleh lelaki itu. Kekuatan dan kecepatan lelaki itu tak main-main. Sontak saja membuat tubuh Riri bergetar. Dengan sekali sentakan, tubuh Riri kini telah berada di bawah kungkungan lelaki asing itu.

Semakin waktu berlalu, lelaki itupun semakin berani menyentuh tubuh Riri. Air mata kian membanjir saat kedua tangannya telah terikat erat diujung ranjang. Kedua netranya menatap wajah yang tampan namun mengerikan itu dengan perasaan benci yang kian meluap.

"Aku telah menyelamatkanmu dari jalanan. Kau harus berterima kasih akan hal itu," kata lelaki asing itu sembari menelusupkan tangannya dibalik piyama Riri. Senyum lelaki itu kian melebar saat mendapati dua buah gunung kembar milik Riri telah polos tanpa penutup apapun. "Aku ingin merasakan bagaimana tubuhmu. Wajahmu tak buruk juga ya. Sungguh keberuntunganku malam ini."

"Tidak! Saya telah bersuami, Tuan. Tolong jangan begini!"

"Bersuami? Menarik! Kalau kau sudah memiliki suami, mana mungkin dia akan membiarkan wanitanya berkeliaran malam-malam ditengah hujan lebat juga. Jangan membual atau aku akan bersikap kasar. Oh, supaya kau tidak macam-macam setelah ini aku rasa aku perlu merekamnya."

"Tuan jangan! Aku berani bersumpah jika aku telah menikah! Anda bisa melihat buku nikah yang ada didalam tasku, Tuan! Aku tidak berbohong. Tolong lepaskan aku." Riri semakin terisak saat melihat lelaki itu telah membawa ponselnya dan menekan tombol merah untuk merekam video. Terlambat. Rintih Riri dalam hati.

Kini lelaki asing itu kian menggila. Merobek piyama Riri dengan sekali sentakan. Terpampanglah dengan nyata tubuh polos Riri. Sungguh malang sekali nasib wanita itu.

Lelaki itupun segera meraup puting milik Riri. Membuat Riri semakin meronta untuk melepaskan diri. Tiba-tiba sebuah tamparan mendarat telak di pipinya. Membuat bibir Riri sedikit luka.

Plakk plakk plakk.

Tamparan mendarat telak 3 kali di pipi Riri. Terasa perih akibat luka sobek dari tamparan tangan yang kekar itu. Tak cukup sampai disitu, lelaki itu mengambil sebuah lakban untuk menutup mulut Riri yang memberikan umpatan dan makian kepada lelaki gila itu.

"Jangan nakal, Sayang! Aku tak pernah menyentuh wanita sembarangan.  Biarkan aku menunjukkan betapa hebatnya aku dalam bercinta."

Tangan lelaki itu kian liar. Meremas, memilin bahkan bermain dengan lidahnya. Semakin lama membuat Riri makin ketakutan. Terlebih saat ini tubuh wanita itu telah polos. Lebih gilanya lagi, lelaki itu merekam tubuh polos Riri. Sepertinya lelaki di hadapannya itu seorang psikopath.

Sepertinya aku telah hancur hari ini. Suamiku telah menjadi milik wanita lain, ibu mertuaku mengusirku, dan sekarang aku telah dihinakan oleh lelaki asing yang saat ini tengah menikmati tubuhku. Apalagi yang kumiliki saat ini? Nikmatilah hai tuan brengsek. Mulai detik ini aku akan menganggap diri ini telah mati. Batin Riri terasa sesak.

"Sudah tidak memberontak lagi? Ingin menikmati permainanku?"

Lelaki itu meletakkan kembali kamera video miliknya kemudian membuka kedua paha mulus milik Riri. Selama ini Riri begitu menyanjung Ayus. Wanita itu selalu rajin merawat mahkota miliknya. Tentu saja hal ini membuat kedua mata lelaki asing itu membulat saat menghujamkan miliknya ke inti milik Riri. Terasa terjepit dan bahkan terbilang seret.

"Wau! Sungguh ini tak pernah aku rasakan sebelumnya! Kau semakin membuatku gila!" pungkas lelaki asing itu.

Tiga jam berlalu. Lelaki itu rasanya tak pernah puas akan tubuh Riri. Meskipun telah 2x mencapai puncak kenikmatan tertinggi, namun lelaki itu masih menginginkan lagi. Berbeda dengan Riri, wanita itu telah 6x mengeluarkan cairan kenikmatan akan ulah jari jemari ataupun milik lelaki itu. Ya, permainan lelaki itu dinilai memuaskan oleh Riri. Sebelumnya, masalah ranjang bagi Riri sama saja. Tetapi hari ini dirinya mendapatkan sesuatu yang luar biasa.

"Hai wanita, mulai hari ini rumah ini tempat tinggalmu. Kau milikku mulai detik ini. Ingat untuk selalu mempersiapkan diri setiap kali aku menginginkannya. Jangan khawatir, aku akan mengabulkan apapun permintaanmu. Sekarang tidurlah. Aku kembali ke kamarku dulu."

Lelaki itu meninggalkan Riri dalam keadaan yang mengenaskan. Bagaimana tidak, tubuh Riri polos tanpa sehelai benangpun. Bahkan disetiap inchi tubuhnya, terdapat banyak tanda kepemilikan.

"Katakan, apalagi setelah ini? Aku benar-benar hina. Aku benar-benar telah hancur! Kenapa? Kenapa begini?"

Dengan langkah tertatih, Riri berjalan terseok menuju kamar mandi. Membersihkan diri dari jamahan lelaki gila yang baru saja dia temui.

"Dasar! Semua lelaki memang binatang!" desis Riri dibawah guyuran air shower. Tiba-tiba kedua netranya menatap lekat kearah bathup yang berisi air hangat. Tanpa berfikir dua kali Riri menenggelamkan diri didalam bathup.

Hari ini semuanya berakhir. Kata Riri dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status