Hari ini aku berhasil mendapatkan panggilan kerja di Gedung Tower Excellent di bilangan kota Malang yang sejuk dan asri. Setelah sekian lama aku mencari pekerjaan, akhirnya aku mendapatkan panggilan kerja di sebuah bank ternama. Namun, semuanya menjadi aneh ketika aku menemukan sebuah tusuk konde dengan motif berayun rumbai.Tusuk konde itu berukuran sekitar lima inchi, terbuat dari bahan tembaga murni yang sangat indah dan berkilauan.Di atasnya terdapat batu alam gesper berwarna hijau dengan tambahan bunga di tengahnya. Sangat indah. Tapi tusuk konde itu penuh misteri dan bertuah. Inilah ceritaku dan keganjilan yang aku alami.****Nayla Puspaningrum, seorang gadis berparas cantik, berkulit sawo matang dan bermata sipit. Tapi tidak keturunan China. Melainkan asli Jawa. Memiliki tinggi dan bentuk badan yang sangat ideal untuk menarik perhatian kaum adam.Hari Senin pagi, Nayla terlihat terburu-buru berjalan di sebuah lobby yang mewah.
"Aaarrgghh!!" teriak Nayla kencang dengan menutup wajahnya karena ketakutan."Nay!" panggil Angel saat melihat Nayla yang sangat ketakutan sambil berjongkok. Kedua tangan menutupi seluruh kepalanya."Aaaaarrgghhh!""Hey hey ... kamu kenapa sih kok teriak-teriak?"Nayla melihat ke kaca. Sosok perempuan berkebaya merah itu sudah tidak ada. Ia mengedarkan pandangan matanya ke setiap ruangan di dalam kamar mandi.Nayla berdiri dan berjalan ke setiap ruang di kamar mandi. Nayla mengecek satu per satu ruangan tersebut. Namun tidak ada siapa pun selain dirinya dan Angel."Kenapa sih, Nay?""Mau onok wong wedok ndek kene, awakmu enggak ndelok?" tunjuk Nayla tepat di tempat Angel berdiri."Ngomongnya bahasa Indonesia dong aku enggak ngerti.""Oh ya, tadi ada perempuan di sini. Kamu lihat enggak?"Angel menggelengkan kepalanya dan melihat ke Nayla dengan tatapan mata heran."Kamu cium bau wangi melati ini enggak, Ng
"Mbak, seng tenan? Enggak ngapusi 'kan, Mbak? (Mbak, yang bener? Enggak bohong 'kan, Mbak?)" tanya Rahma sangat penasaran."Iyo tenan, Ma. Iki aku entuk jadwal gae medical check-up. (Iya beneran, Ma. Ini aku dapat jadwal untuk medical check-up)" Nayla menunjukkannya pada Rahma."Wah ... iki idek kampusku, Mbak. Kapan medical check-up'e? (Wah ... ini dekat kampusku, Mbak. Kapan medical check-upnya?)""Hmmm, besok biar cepat." Nayla menarik kursi kecil dan duduk. Rahma mengikutinya dan duduk berhadapan."Okey. Besok bareng berangkat sama aku, Mbak. Naik motor!"Nayla hanya membulatkan jarinya menandakan ia setuju. Sekali lagi, Rahma memeluk Nayla mengucapkan selamat karena Nayla berhasil mendapatkan pekerjaan dengan posisi yang sangat ia inginkan."Makasih ya, Ma. Aku mau ke kamar, telepon Wisnu dulu." Bergegas Nayla meninggalkan Rahma dan masuk ke dalam kamarnya.Setelah melepaskan semua pakaian dan menggantinya, ia segera menelepon kedua ora
"Masa tusuk konde ini berhantu sih? Aku enggak percaya. Tapi kenapa sinden merah itu mengikuti aku sampai menampakan dirinya pada Tante Dewi?" batin Nayla penuh tanya dengan memperhatikan tusuk konde yang digenggam.Nayla mengambil gelas dan menekan tombol di dispenser. Tiba-tiba ia merasa bulu kuduknya merinding. Hidungnya mengendus-endus sesuatu yang berbau begitu wangi.Wangi bunga melati seperti parfum. Nayla tak begitu menyukai aroma wangi melati yang menurutnya seram. Pandangan matanya melihat-lihat ke setiap sudut dapur. Namun nihil, tak ada apapun."Merinding aku ... onok opo seh jane iki? (Ada apa sih sebenarnya ini?)"Nayla berbalik dan terkejut saat Rahma dan Dewi sudah berada di belakangnya. Ia hampir saja melompat karena kaget. Gelas berisi air minum untuk Dewi pun sedikit tumpah."Kok disini, Tan. Mau kubawakan ke depan, Tan?""Enggak usah, Nay. Tante sekalian mau mandi dan sholat," jawab Dewi.Dewi mengambil handuk yang
Mereka bertiga pergi menggunakan mobil Honda Jazz Tante Dewi yang berwarna merah. Rahma duduk di depan samping Dewi.Sementara Nayla masih membuka pagar untuk mobil itu keluar. Saat Nayla akan menutup pagar, sinden merah berdiri tepat di depan pintu rumah. Tatapan tajam mengarah padanya. Tapi Nayla merasa ada sesuatu yang berbeda dari sinden itu."Dia lagi? Tapi, sepertinya agak berbeda? Apa cuma perasaan aku yang merasa dia ada perbedaan?" batin Nayla. Sesekali ia melirik ke arah sinden itu dengan rasa takut."Nay, ayo naik!" panggil Tante Dewi dari dalam mobil."Iya, Tan. Maaf." Berlari kecil Nayla membuka pintu tengah mobil lalu masuk.Karena jarak yang tidak terlalu jauh, mobil merah Tante Dewi sudah sampai di sebuah rumah makan soto Lamongan Cak Kholid yang sangat ramai pembeli. Setelah mendapatkan tempat parkir, mereka bertiga turun dan berjalan masuk ke dalam restoran."Ma, aku sama Mbak Nayla cari tempat duduk ya!" seru Rahma.
Mereka berdua kembali duduk di kursi masing-masing. Tante Dewi langsung bertanya pada Nayla kenapa ia lama di toilet. Dengan alasan tiba-tiba kebelet, Tante Dewi pun percaya. Tanpa sepengetahuan Tante Dewi, Rahma dan Nayla saling berpandangan.Sekitar hampir setengah jam mereka menyelesaikan makan dan saling mengobrol tentang tes Nayla hari ini."Tante senang, akhirnya kamu berhasil meraih cita-cita kamu," ujar Tante Dewi."Terimakasih, Tante. Nayla juga sangat bersyukur. Enggak menyangka bisa keterima di bank ternama."Setelah membayar, Dewi, Rahma, dan Nayla berjalan ke parkiran menuju mobil. Tante Dewi memberikan uang pada bapak tukang parkir yang sudah tua.Namun, saat Nayla berjalan melewati bapak tua, tiba-tiba lengannya ditarik oleh bapak itu. Membuat Nayla langsung menoleh ke arah yang menariknya."Ada apa, Pak?" tanya Nayla."Hati-hati. Kamu selalu diikuti oleh dia!"Pandangan mata bapak tukang parkir mengarah pada sesua
Nayla berjalan meninggalkan Tante Dewi dan Rahma yang masih duduk di ruang TV. Saat ia akan membuka pintu kamar. Nayla sejenak menoleh ke ruang dapur dan ruang makan. Nayla masih terbayang sosok sinden dan Wisnu yang sangat menyeramkan bagi Nayla.Tanpa sepengetahuan Nayla, Rahma tak sengaja melihat Nayla yang berdiri terdiam di depan pintu kamar. Kedua matanya menatap ke arah dapur. Tak lama, Nayla pun masuk ke dalam kamar dan menutup pintu."Pasti Mbak Nayla tadi berbohong soal kangen dengan Mas Wisnu. Ini pasti ada hubungannya dengan sosok sinden dan tusuk konde yang dimiliki Mbak Nay." kata Rahma dalam benaknya.***Malam mulai semakin merangkak naik. Suasana rumah itu sudah sangat sepi dan hening. Nampaknya semua penghuni rumah sudah terlelap dalam tidur masing-masing. Tapi tidak demikian dengan Nayla yang sepertinya tidak bisa tidur.Tampak gadis itu membolak-balikan tubuhnya. Ia berusaha untuk memejamkan kedua matanya. Tapi bayangan mengerikan te
Disaat Nayla penasaran dan bertanya-tanya tentang kabar Wisnu, terdengar sebuah suara memanggil namanya. Nayla menoleh ke asal suara. Angel yang turun dari taxi online berlari ke arah Nayla."Nay!" panggil Angel dengan melambaikan tangan.Nayla membalas lambaian tersebut sambil berusaha tersenyum, walaupun hatinya sedang gundah gulana. Sesekali ia melirik ke hpnya berharap ada pesan atau panggilan masuk dari Wisnu."Nay, kamu sampai jam berapa?" tanya Angel saat sudah berhadapan dengan Nayla."Baru juga kok. Aku juga lagi nunggu kamu.""Oh ya udah, kita masuk yuk. Tunggu di dalam, adem. Di sini panas.""Eh, tau adem kamu?""Tau, sedikit, hehehehe. Ayo!" Angel langsung menarik tangan Nayla.Mereka berdua berlari kecil memasuki lobby rumah sakit. Di depan, mereka menuju ke bagian resepsionis administrasi. Angel dan Nayla langsung mendapatkan nomor antrian karena memang sudah terdaftar dari bank.Angel mengajak Nayla untuk mencari t