Share

2 - (BAB revisi)

"Siapa sih yang malam-malam begini bertamu, gak lihat waktu apa!" cibir Sere.

Gadis itu turun dari ranjang lalu melangkah menuju pintu utama. Ia mengikat rambut yang berantakan, dan mengintip dari jendela siapa yang bertamu. Sere hanya melihat seseorang tengah duduk di kursi, bergegas membuka pintu untuk mengetahui yang bertandang.

Sedangkan mata sang tamu sudah menangkap apa yang dilakukan Sere yang mengintip kala pintu sedikit terbuka. membuat dia tersenyum tanpa sadar.

"KAU ...!"

Suara itu menggelegar, ia matanya melebar saat melihat lelaki yang kini tengah duduk santai.

"Jangan berisik, ini udah malam. Santai saja, Baby," seru Faresta.

Sere hanya terlihat hendak menutup pintu, Faresta segera menghalangi. Ia mendorong dan masuk begitu saja. Gadis itu menatap kesal mantan bos tersebut yang seenaknya.

"Siapa yang menyuruhmu, masuk! Ayo cepat keluar," hardik Sere.

Sere berusaha menarik lengan pria tersebut tetapi tidak bisa. Lelaki itu terlalu besar dan berat pastinya.

"Duduk, Baby. Bukannya membutuhkan penjelasan, maksud dari kedatangan lelaki ganteng ini," tutur Faresta.

Lelaki itu duduk dengan tenang, memegang lengan Sere yang memegangnya. Lalau menarik ke sofa agar dia mendaratkan bokong di sana.

"Apa gak ada tempat duduk yang layak diduduki, ini sangat jelek," komentar Faresta.

Sere mendengkus mendengar itu, ia menjauh dari Faresta lalu tangannya bersidekap. Tatapan tajam dilayangkan pada pria tersebut.

"Cepat! Apa yang mau kau katakan," seru perempuan itu.

"Bukannya ini yang kau mau."

Faresta memberikan sebuah cek yang nominal tertulis lima miliar. Membuat perempuan itu tidak percaya, bahkan matanya membulat sempurna.

"Sekarang cukup tanda tangan di surat perjanjian ini, kau mau membacanya juga terserah," ujar Faresta.

Lelaki itu menaruh berkas di atas meja, ia memandang Sere yang mematung.

"Cepatlah!" perintah pria tersebut.

"Ini serius, kau tidak mempermainkanku bukan," lontar Sere.

Gadis tersebut tidak percaya karena Faresta begitu gampamg banget memberikan uang yang jumlahnya sangat besar.

"Hm ... cepat tanda tangani, diatas materai ini. Apa susahnya sih," gerundel Faresta.

Terlihat lelaki itu begitu tidak sabaran. Sere meraih berkas tersebut lalu membacanya. Ia membulatkan mata saat melihat semua syarat yang diberikan Faresta.

"Ini gak adil, Tuan!"

Sere menaruh berkas tersebut dengan kasar. Tatapan marah dilayangkan untuk Faresta.

"Adil, Sere ... kau mendapatkan apa yang kau mau. Dan saya mendapatkan apa yang saya mau," tutur Faresta.

Dia berkata dengan malas, berusaha sabar menghadapi tingkah perempuan di depannya ini.

"Saya gak akan menanda tanganinya!" geram Sere.

Faresta hanya menyeringai mendengar itu, ia memilih bersandar lalu bersidekap. Tatapan sinis ia layangkan pada perempuan tersebut.

"Mau mencoba egois? Kau ini lagi membutuhkan uang, bukan! Kalau mau menjadi istri saya, kau bisa membiayai perawatan Ibumu dan memberikan uang sama Ayahmu itu."

Faresta berkata dengan dingin, tatapan murka dilayangkan pada Sere karena wanita itu seperti sedang mengulur waktu.

"Apa yang dikatakan benar juga, haruskan tanda tangani berkas ini. Tapi ini sangat tidak adil bagiku," batin Sere berseru.

Gadis tersebut akhirnya memutuskan untuk melakukan perjanjian ini. Dengan cepat menanda tangani berkas itu.

"Bagus! Kau membuat pilihan yang tepat. Sekarang, di mana kamarmu."

Faresta melangkah pergi, Sere yang mendengar itu langsung mengikuti langkah pria tersebut.

"Mau ngapain cari kamar saya!" seru Sere.

Tatapan marah dilayangkan gadis itu, membuat Faresta terkekeh.

"Istirahat, emang mau ngapain lagi," sahut Faresta.

Karena tidak diberitahu Sere, lelaki itu mulai menebak di mana kamar sang gadis. Seringis muncul kala tebakannya benar. Dia langsung membaringkan tubuh ke ranjang yang sama sekali tidak empuk.

"Keluar! Tuan, anda gak boleh tidur di sini," geram gadis itu.

Ia menarik kaki Faresta berusaha agar dia turun dari ranjang.

"Diam! Atau saya perkosa sebelum kita menikah," ancam Faresta.

Mendengar ucapan lelaki itu, ia langsung melepaskan tangannya dari kaki Faresta. Ia langsung keluar dari kamar sambil terus menggerutu.

"Unik, biasanya cewek langsung melemparkan dirinya, tapi dia sangat sok jual mahal banget," ucap Faresta.

Lelaki itu memejamkan mata dan terlelap ke alam mimpi. Dia sangat cepat tidur karena menghirup aroma yang membuat nyaman di bantal yang dia tiduri.

"Enak banget mau tidur di kamarku, nyebelin emang!" gerutu Sere.

Dia menghentak-hentakan kaki seraya melangkah menuju gudang. Mengambil kasur lantai lalu membawa ke ruang tamu. Lalu matanya menangkap jika kamar itu belum di tutup, ia mendengkus kesal, melangkah ke sana dan menatap marah pada Faresta.

"Apa ini kebiasaan orang kaya," cibir Sere.

Perempuan tersebut melangkah dan melepaskan sepatu yang dipakai lelaki itu.

"Pake ngancem segala lagi, apa dikira aku bakal takut. Tapi emang takut sih," gumam Sere pelan.

"Ihhh ... nyusahin banget sih, apa gak bisa sebelum tidur lepas sepatu dan kaos kaki dulu," gerutu Sere.

Sere naik ke ranjang, ia berusaha keras melepaskan jas dan melonggarkan dasi yang dipakai pria tersebut. Lalu turun mengambil selimut di lemari, menyelimuti Faresta karena cuaca sangat dingin.

"Nyusahin aja."

Sere berkata dalam hati, lalu bergegas mematikan lampu dan menyalakan lampu tidur. Melangkah keluar tak lupa membawa bantal dan selimut untuk dirinya sendiri.

"Ha, di sini banyak nyamuk banget," keluh Sere.

Bergegas mencari obat nyamuk bakar lalu menyalakannya, tak lupa menonton televisi dan berbaring di atas kasur lantai. Tidak lama terlelap di saat jarum jam menunjuk angka sebelas malam.

"Sepertinya tadi berpakaian lengkap deh, tapi kok ini ... pasti kerjaan gadis itu," gumam Faresta.

Lelaki itu terbangun, ia mendengar suara jangkring yang mengisi kesunyian malam. Jam di dinding menunjuk angka tiga. Faresta turun dari ranjang dan merenggangkan otot terlebih dahulu.

"Di mana cewek itu," ucap Faresta.

Dia langsung keluar dari kamar dan mencari disetiap sudut. Pendengarnya menangkap suara televisi dia menembak jika perempuan itu berada di sana.

"Tenyata tidur di sini. Apa gak ada kamar lagi sampai tidur di ruang tamu," gumam Faresta.

Lelaki itu mendekati calon istrinya dan ikut berbaring menyamping dan memeluk pinggang ramping Sere.

"Sebentar lagi kau menjadi milikku."

Setelah mengatakan demikian, lelaki itu terlelap karena merasa nyaman. Bahkan ia sama sekali tidak pernah membayangkan akan tidur di ruang tamu begini.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rasyidfatir
Lima milyar aku belum pernah lihat uang sebanyak itu😱 menarik thor ceritanya💪
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status