Share

7 - Perdebatan

Setelah membungkam Sere, Faresta dengan wajah tanpa dosa langsung melajukan mobilnya. Gadis itu merengut karena pria disampingnya mengancamnya lagi jika bersuara, sialan bukan! netra Sere memandangi jalanan lewat kaca, senyuman terukir melihat kedua anak tengah bercanda dengan dibelakang diawas orangtuanya. Sehabis sampai, Faresta memarkirkan mobil lalu turun, membuka pintu agar gadisnya ikut keluar.

"Kita di mana?" tanya Sere menatap masion megah, tidak berkedip sedikitpun membuat Faresta tersenyum tanpa sadar.

Faresta menggenggam jemari Sere, lalu melangkah membuat Sere berdecak sebal karena tak ditanggapi. "Masionku," ucapnya membuat Sere membulatkan matanya tidak percaya.

Pintu utama terbuka, Faresta langsung masuk menyeret Sere yang mematung karena terkejut melihat benda itu dibuka dan menampakan dalamnya.

"Kalian sudah menyelesaikan apa yang kuperintahkan?" tanya Faresta berhenti di menatap para pelayan, yang menunduk tidak melihat wajah kami.

"Sudah Tuan," sahut mereka serentak, Faresta mengangguk lalu melangkah pergi, tetapi menggenggam jemari Sere agar mengikutinya.

"Tuan, kita mau ke mana?" tanya Sere tidak memberontak sedari tadi karena tubuhnya sangat letih.

Faresta hanya melirik sekilas ke Sere, lalu melangkah lagi tanpa menjawab pertanyaan gadis itu.  Membuka pintu kamar lekas masuk, menanggalkan pakaiannya menyisakan celana dalam membuat Sere menjerit dan menutup mata dengan kedua telapak tangan.

"Tuan, apa yang kau lakukan!" pekik Sere membuat Faresta hanya menyeringai.

"Jangan norak! ayooo cepat bantu aku membersihkan tubuh," perintah Faresta menarik lengan Sere agar mengikutinya.

"Apa - apaan sih Tuan, saya tunggu diluar saja," tolak Sere berusaha melepaskan cekalan tangan Faresta.

"Aku memintamu membantuku membersihkan tubuh, bukan menunggu," ejek  Faresta menatap Sere.

"Aku gak mau! emang kamu anak kecil mandi harus dimandiin."

Faresta menyeringai. "Aku akan berusaha menjadi anak kecil untukmu, dan anak kecil ini bisa membuat kamu hamil juga," ujarnya tanpa disaring.

Sere membulatkan matanya mendengar ucapan frontal Faresta, ia tanpa sadar mencubit pinggang pria itu.

"Heee, jaga bicaramu!" sentak Sere tanpa sadar.

"Yang mana yang harus dijaga Nona, bahkan dirimu akan kubuat hamil," ejek Faresta menatap remeh ke arah Sere.

"Sialan kau!" maki Sere memukul dada Faresta.

"Jangan dipukul sayang, tapi dibelai. Ayo ikut, jangan selalu membantah!" geram Faresta tertahan ia menarik lengan Sere agar berjongkok, lalu dirinya masuk ke bathtub untuk berendam.

"Aku gak mau," ucap Sere kekeh pada pendiriannya.

"Bersihkan tubuhku, atau kubuat kamu tidak bisa berjalan besok pagi!" ancam Faresta dengan suara serak dan berat membuat Sere membulatkan matanya, dengan reflek cepat - cepat menggosok tanpa sengaja menyenggol kejantanan milik pria itu. 

"Kamu ingin kumakan sekarang haaa! gosok yang benar," sentak Faresta frustasi karena tiba - tiba saja dirinya bergairah.

"Sialan! padahal cuma kesenggol," geram Faresta dalam hati, ia memejamkan matanya. 

Sere menunduk kepalanya takut, ia tanpa sadar memegang pakaiannya dan diremas.

"Keluar sana, biar aku saja sendiri. Kerja segitu aja gak becus!" hardik Faresta memerintahkan Sere untuk pergi keluar.

"Iya Tuan," sahut Sere bangkit lalu melangkah pergi tapi terhenti oleh suara Faresta.

"Jangan lupa bersihkan dirimu, minta antarkan pelayan ke kamar mandi yang lain," ujar Faresta dibalas anggukan oleh Sere, lekas  Sere berjalan pergi tak lupa menutup pintu kembali.

"Astaga, jantungku hampir mau lepas," gumam Sere mengelus dadanya, lalu cepat memanggil pelayan saat ia melihat seorang perempuan tengah berjalan ke arahnya.

"Kamu, ke sini," pinta Sere dibalas anggukan perempuan itu.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya pelayan yang bernama tag Bulan.

"Bulan, tolong antarkan saya ke kamar mandi yang lain. Ini perintah Tuanmu," ujar Sere dibalas anggukan oleh Bulan.

"Ayooo Nona, saya antarkan sambil saya siapkan air hangatnya dulu," ucap Bulan hanya Sere balas anggukan sungguh tubuhnya letih sekali.

Bulan membuka pintu kamar tamu, ia meminta Sere untuk menunggu sebentar karena dia mau nyiapkan air hangat. Sere sempat menolak, karena bisa melakukannya sendiri. Tapi melihat wajah memohon Bulan, agar dirinya saja yang mengerjakan supaya  tak dipecat oleh Faresta.

"Sudah selesai, Nona." Bulan memberitahu, Sere mengangguk lalu masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. 

Bulan tengah menyiapkan pakaian untuk Sere, ia masih menunggu Nonanya selesai membersihkan diri. Dua puluh tiga belas menit akhrinya Sere selesai membersihkan diri, dia keluar terkejut karena masih ada Bulan di kamar.

"Ada apa?" tanya Sere mendekati Bulan yang berdiri di samping pintu kamar mandi.

"Saya menunggu Nona, ini pakaiannya," ucap Bulan menyodorkan dress berwarna hijau lalu diterima Sere, ia langsung masuk lagi untuk memakai pakaian.

"Kamu kenapa masih di sini?" tanya Sere menatap heran ke arah Bulan.

"Saya bantu merapikan rambut, Nona," jelas Bulan membuat Sere menghela napas.

"Aku bisa sendiri lho, kamu bisa melakukan pekerjaan yang lain," ucap Sere melangkah ke meja rias lalu duduk di kursi diikuti Bulan.

"Ini sudah jadi tugas saya, Nona," terang Bulan meraih sisir lalu menyisiri rambut Sere dengan telaten.

"Rambut Nona sangat halus," puji Bulan membuat Sere menerbitkan senyuman di bibir.

"Terimakasih," sahut Sere pelan menaburkan bedak lalu memoles bibirnya dengan lipt.

"Sudah beres Nona, anda terlihat cantik." Bulan meletakan sisir lalu menatap sebentar ke arah wajah Sere dipantulan cermin.

"Katanya aku cantik, tapi kenapa kamu selalu tidak menatap wajahku lama?" tanya Sere penasaran, memutar tubuhnya agar menatap Bulan yang menunduk.

"Saya tidak berani menatap paras Nona dengan waktu lama Nona, memang disini peraturannya begitu, tidak boleh menatap majikan terlalu lama," jelas Bulan dibalas anggukan Sere.

"Ayoo Nona kita turun, jam sudah menunjuk waktu makan malam," ajak Bulan dibalas anggukan Sere, gadis itu mengikuti langkah Bulan.

Sere melangkah dengan cepat karena dia memakai sepatu, matanya menangkap Faresta tengah duduk di kursi dengan menatapnya tajam. 

"Nona, silakan duduk," ucap Bulan menarik kursi yang berhadapan dengan Faresta.

"Biarkan Sere duduk disampingku," kata Faresta dengan nada dingin, Bulan cepat - cepat menarik kursi disamping Faresta.

Sere tadinya mau membantah, tapi melihat paras Bulan yang memucat ia tak ingin membuat masalah. Akhirnya menjatuhkan bokong di kursi lalu Bulan pamit untuk melakukan pekerjaannya lagi.

Faresta diambilkan makanan oleh pelayan, begitu juga Sere. Mereka tinggal menunjuk - nunjuk apa yang diinginkan, makan malam sangat hening membuat Sere bingung, dia terbiasa mengisi perut sambil berbincang.

"Kamu tidur di kamarku," ucap Faresta selesai membersihkan bibirnya dengan tisu.

"Tidak mau, memang kamar cuma ada satu," bantah Sere dihadiahi tatapan tajam Faresta.

"Baru aja beberapa jam, kamu sudah mulai membantah ya," ujar Faresta.

"Aku membantah jika kamu memerintahkan yang aneh - aneh," bela Sere pada dirinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status