Di sudut ruangan yang sangat minim cahaya, tampak seorang gadis cantik tengah memegang ponselnya sambil menghadap ke luar jendela.
“Papa enggak jadi pulang, ya hari ini? Padahal Alea kangen sama Papa,” ucap seorang gadis cantik berparas ayu yang bernama Alea Bagaskara.
“Iya, hari ini Papa enggak bisa pulang. Maafin Papa, Sayang,” balas Fian di seberang sana.
Alea mendesah pelan. Padahal malam ini ia sudah memasak untuk papanya, tapi ternyata papanya tidak bisa pulang ke rumah.
“Maafin Papa ya, Sayang.” Di seberang sana Fian merasa bersalah kepada putri sulungnya karena tidak bisa pulang.
“Iya, enggak apa-apa.” Nada bicara Alea terdengar lesu.
Alea kecewa, kenapa papanya lagi-lagi berbohong kepadanya. Ia tahu papanya sudah pulang dari Bandung kemarin malam. Saat ini papanya tengah ada di rumah istri keduanya. Alea tahu karena tadi ia tidak sengaja melihat insta story milik Syaqila. Mereka dan papanya tengah makan malam di sebuah restoran bintang lima.
“Kalau gitu Alea mau dibawain apa sama Papa dari Bandung?” tanya Fian mencoba menghibur Alea yang merasa sedih karena ia tidak jadi pulang ke rumah.
“Sianida,” balas Alea.
Di seberang sana Fian mengerutkan keningnya mendengar jawaban putri sulungnya.
“Buat apa sianida, Sayang?”
“Buat dikasih ke tante Mila!” jawab Alea dengan santai, namun dari nada bicaranya ada sebuah penekanan jika ia sebal, kesal, dan marah kepada pemilik nama itu.
Fian menghembuskan napasnya kasar. “Sayang, jangan gitu ah ... Mama Mila juga Mama ka--“
“Dia bukan Mama aku! Mama aku Cuma satu, mama Jihan!” sentak Alea.
Mila bukan mamanya, melainkan perempuan yang sangat ia benci dan ingin ia habisi nyawanya karena gara-gara perempuan itu, mamanya meninggal setelah memergoki papanya dengan perempuan itu di sebuah hotel bintang lima.
Lagi-lagi Fian menghembuskan napasnya berat. Memang sangat sulit membuat Alea dan istri keduanya akur.
“Sayang--“
Pip
Tanpa mau mendengarkan perkataan papanya lagi, Alea memutuskan sambungan teleponnya sepihak.
Alea menatap sebuah foto keluarga yang terpajang rapi di dinding kamarnya. Dalam foto tersebut terdapat dirinya, mamanya, dan juga papanya yang tersenyum lebar ke arah kamera. Sungguh, potret yang membahagiakan bagi orang-orang yang melihatnya.
Tapi sedetik kemudian senyuman Alea luntur digantikan isakan kecil yang keluar dari bibir mungilnya.
“Hiks ... hiks ... Mama ... Alea kangen sama Mama hiks ... hiks ...” isak Alea yang menyayat hati siapa pun yang mendengarnya.
Dulu hidup Alea sangat bahagia. Ia punya mama, punya papa, yang selalu ada untuknya dan juga memberikan kasih sayang yang berlimpah kepadanya. Semua keinginan Alea akan terpenuhi dengan cepat. Namun, itu semua sebelum papa berkhianat. Papa mempunyai wanita idaman lain yang tak lain adalah adik angkat mama.
Mila Adriana. Dia adalah adik angkat mama. Dulu, hidup Mila sangat memprihatinkan. Mila tidak memiliki apa-apa, dia hanyalah seorang anak sopir pribadi keluarga Pramana. Namun, setelah ayah Mila meninggal, kakek dan nenek mengangkat Mila menjadi anak mereka karena tidak ada sanak saudara yang mau mengasuh Mila saat itu.
Namun, sekarang apa balasannya. Mila malah mengkhianati keluarga Pramana, keluarga yang sudah membesarkannya, memberinya pendidikan yang layak untuknya, dan juga memberikan kasih sayang kepadanya. Mila tega merebut suami Jihan yang notabenenya adalah kakak angkatnya.
“Ma, Alea janji bakal rebut Papa dari perempuan itu!” ucap Alea. Matanya berkilat menyiratkan dendamnya kepada Mila.
Alea berjanji akan membalaskan perbuatan keji mereka kepada mamanya. Alea janji akan membuat Mila dan anaknya menderita seperti mereka berdua membuat mama dan adiknya menderita hingga tak sanggup lagi bertahan dan memilih menyerah.
****
Keesokan harinya,
Alea menghembuskan napasnya dengan kasar. Baru saja ia keluar dari ruang TU. Ia dipanggil ke ruang TU karena telat membayar uang SPP-nya selama tiga bulan. Sebenarnya setiap bulannya papanya rutin mentransfer uang jajan, sekolah, dan keperluan lainnya dalam jumlah besar. Namun, Alea tidak mau memakainya. Lebih baik ia cari uang sendiri untuk membiayai uang sekolahnya dari pada harus memakai uang papanya. Uang papanya lebih baik ia simpan.
“Leon!” Alea yang tadinya murung berubah menjadi ceria setelah melihat figur laki-laki yang barusan dipanggilnya.
Dengan semangat 45, Alea berlari menghampiri laki-laki itu yang tengah berdiri tidak jauh darinya.
“Leon ke sini pasti mau jemput Alea, ya?” Alea dengan PD-nya berkata seperti itu.
Yang ditanya malah mendengus tak suka. Leon jengah dengan Alea, perempuan yang selalu mengikutinya ke mana pun ia pergi. Jika ia pergi ke suatu tempat pasti di situ ada sosok Alea. Leon sudah beberapa kali mendorong Alea menjauh dari kehidupannya, namun Alea pantang menyerah. Semakin ia dorong maka Alea akan semakin gencar mendekatinya.
“Bisa enggak sih, sehari aja Lo enggak gangguin gue!” ketus Leon sambil menatap sebal ke arah Alea yang tengah tersenyum manis ke arahnya.
Tiba-tiba Alea tertawa yang seketika membuat Leon heran. Apanya yang ditertawakan, perasaan tidak ada yang lucu?
“Leon gimana, sih. Kita ‘kan pacaran, masa Alea enggak boleh deket-deket sama pacarnya. Leon aneh, ih,” ucapnya seraya memasang wajah semanis mungkin.
Leon tercengang mendengar perkataan Alea.
“Gue enggak merasa nerima Lo, ya!” sewot Leon.
Lagi-lagi Alea tertawa. Semakin Leon berbicara dan bersikap kasar kepadanya, semakin membuat Alea senang.
“Tapi waktu itu Leon ambil bolanya ‘kan,” balas Alea.
Waktu itu Alea menyatakan perasaannya kepada Leon di lapangan basket, saat Leon dan teman-temannya tengah berlatih basket. Alea menawarkan sebuah pilihan, jika Leon menerima bola basket yang dipegang olehnya berarti Leon menerima perasaannya, tapi jika Leon tidak mengambil bola basket itu dan berbalik pergi dari sana berarti Leon menolak perasaannya.
Leon mengusap kasar wajahnya. Astaga, Alea benar-benar...
“Tapi waktu itu gue lempar bolanya terus gue pergi dari lapangan basket! Lo lupa?!”
Alea tersenyum setenang mungkin. “Alea enggak peduli, yang penting Leon ambil bolanya dan itu artinya kita pacaran.”
Sejak saat itu Alea mengklaim bahwa Leon adalah pacarnya. Padahal semua orang tahu, Leon adalah pacarnya Syaqila, tapi Alea tidak peduli dan tidak mau tahu. Apa yang dimiliki oleh Syaqila harus juga menjadi miliknya seperti Syaqila merebut papanya.
Leon menghembuskan napasnya kasar. Setiap harinya Alea benar-benar membuat ia darah tinggi dengan tingkah lakunya yang benar-benar minta ditampol sekali.
“Minggir!”
Berhadapan dengan Alea lama-lama membuat image cool Leon hilang.
“Leon mau ke mana?” tanya Alea dengan manjanya seraya menahan tangan Leon.
Leon berdecak kesal. “Alea gue bilang minggir!”
“Enggak, sebelum Leon bilang ke Alea mau pergi ke mana!”
Karena kesal Leon pun mendorong tubuh Alea hingga Alea hampir saja terjatuh jika tubuhnya tidak dalam keadaan seimbang.
“Leon! Tunggu! Kamu mau ke mana?!”
Alea pun berlari, mengejar Leon yang sudah berjalan sedikit jauh darinya.
Saat ini Leon tengah berada di taman belakang sekolah bersama dengan Syaqila, pacarnya. Setelah berhasil lepas dari Alea, Leon pergi ke kelas pacarnya, mengajak pacarnya itu pergi ke taman belakang sekolah, menghabiskan waktu bersama mumpung tadi Alea dipanggil oleh pak Hendro untuk mengajari adik kelasnya yang akan melakukan olimpiade fisika.“Sayang, tau enggak tadi kata temen aku Alea dipanggil ke ruang TU,” ucap perempuan yang bernama Syaqila Bagaskara atau yang lebih akrab disapa Qila itu.Leon diam mendengarkan semua perkataan pacarnya seraya mengelus lembut rambut panjang Qila yang digerai bebas. Dalam hati Leon berkata, “Oh”. Jadi itu alasan tadi ia bertemu Alea di depan ruang TU.“Kata temen aku, Alea nunggak bayar SPP selama tiga bulan,” lanjut Qila seraya memainkan squisy miliknya yang berbentuk buah apel. Squisy itu pemberian Leon saat mereka pergi ke pasar malam.“Kok bisa sampai nunggak?”
Alea mendatangi Chandra di kantin dan membawa laki-laki itu keluar dari sana menjauh dari teman-temannya. Padahal di sana juga ada Leon, namun untuk sementara ini Leon tidak menarik di mata Alea, urusannya kali ini jauh lebih penting daripada mendekati Leon.“Ada apa, Al? Tumben lo nyariin gue?” tanya Chandra, ia merasa heran karena tiba-tiba Alea mencarinya dan menariknya ke sebuah lorong yang sepi.“Gue mau nanya Chan, Lo bilang kakak Lo punya kafe ‘kan?” Alea langsung to the point dengan maksud dan tujuannya mencari Chandra.“Ah itu, iya, kakak gue baru buka kafe sebulan yang lalu. Emangnya kenapa, Al?”“Gini, Lo tahu kan kalau gue punya hutang banyak banget sama Juna. Sekarang gue butuh kerjaan, Lo bisa enggak bantuin gue biar kerja di tempat kakak Lo. Gue butuh banget kerjaan buat nyicil utang gue sama Juna, tempat laundry tetangga gue dijual,” pinta Alea. Wajahnya terlihat memelas sekali.
Leon berdecak kesal saat Alea menghalangi jalannya.“Lo bisa enggak sih jauh-jauh dari gue!” bentak Leon, bahkan ia tak segan-segan mendorong tubuh Alea agar menjauh darinya.Hampir saja Alea jatuh tersungkur, namun Alea sangat baik dalam menjaga keseimbangan tubuhnya hingga ia tidak jadi jatuh.“Leon kdrt mulu sama Lea! Baru juga pacaran gimana nanti kalo kita udah nikah coba?” ucap Alea tanpa dosa, padahal di samping Leon ada Qila, namun Alea tidak peduli. Alea menganggap Qila seperti sosok yang tak kasat mata.“Apaan, sih! Dasar cewek gila!” maki Leon tepat di depan wajah Alea.Bukannya marah Alea justru tertawa. “Iya, Leon. Alea juga sayang kok sama Leon,” balasnya sambil terkikik geli.Alea sama sekali tidak sakit hati dengan ucapan Leon. Sudah biasa Alea mendengar Leon mengatainya dengan kata-kata kasar lainnya. Alea tidak peduli, sangat tidak peduli. Lagi pula ada yang lebih sakit diband
Ini adalah hari pertama Alea bekerja di kafe milik kak Alya. Kakak perempuan Chandra. Kemarin Chandra membawanya ke kafe kakaknya dan mengenalkannya kepada kak Alya.Sesuai janjinya kepada Alea, Chandra meminta bantuan kepada kakaknya untuk memperkerjakan Alea di kafe milik kakaknya itu.Awalnya Alya tidak setuju karena ia tidak tega memperkerjakan anak sekolah, namun setelah mendengar cerita adiknya, akhirnya Alya pun luluh dan mengizinkan Alea bekerja di kafenya, dengan catatan Alea hanya bekerja paruh waktu.“Al, udah waktunya kamu pulang sayang. Udah, itu simpan aja. Biar nanti karyawan lain yang anter.” Suara Alya menginterupsi kegiatan Alea yang sibuk melayani para pengunjung.Alea menoleh, ia mendapati kak Alya yang tengah tersenyum ke arahnya. Ya ampun, senyuman kak Alya mengingatkannya dengan senyuman Chandra. Mentang-mentang keduanya adik-kakak.“Besok kamu 'kan harus sekolah, pulang aja, enggak apa-apa kok,” titah
Oh mengapa kau tinggalkan aku..Sean memetik gitar sedangkan Alea bernyanyi. Mereka sekarang berada di kontrakan Sean sesuai permintaan Alea tadi perempuan itu ingin main sebentar di sana.Kebetulan kontrakan Sean tidak ada batasan tamu mau bertamu jam berapa dan apa pun jenis kelaminnya.Sean mengontrak sebuah rumah di salah satu komplek. Kontrakan Sean juga memiliki pagar cukup tinggi hingga orang-orang tidak bisa melihat dengan jelas siapa saja tamu yang berkunjung.Papa....Oh...Papa.....Memperhatikan raut wajah gadisnya yang begitu menghayati lirik lagu yang dinyanyikannya. Hati Sean berdenyut nyeri melihat Alea yang selalu menyembunyikan rasa sakitnya.Alea selalu tersenyum untuk menutupi luka yang dibuat oleh papanya. Sean tahu Alea menderita karena papanya yang selalu tega membohonginya demi bersama keluarga barunya.Oh mengapa kau tinggalkan pergi...Papa....Oh...
Hari minggu pagi, Fian dan keluarga kecilnya baru saja selesai sarapan, sekarang laki-laki itu tengah menonton TV di ruang keluarga dengan secangkir kopi buatan Mila.Qila kebetulan juga ada di sana, duduk di sofa menunggu Leon yang katanya hari ini akan main ke rumahnya.“Pa, hari ini kita jalan-jalan yuk. Aku kangen, udah lama kita enggak jalan-jalan,” ajak Qila pada papanya. Bertepatan dengan Mila yang datang dari arah dapur sambil membawa nampan yang berisi kue buatannya.“Iya Pa, udah lama kita enggak pergi sama-sama.” Mila setuju dengan ajakan putrinya, kini perempuan itu duduk di samping suaminya.“Leon juga mau kesini, sekalian aja kita jalan-jalan berempat,” ucap Qila lagi.Fian mengambil cangkir yang berisi kopi kemudian meneguknya.“Iya, Papa setuju. Kalau gitu Papa telepon Alea dulu, kita ajak dia, ya,” ujar Fian sesaat setelah kembali menaruh cangkirnya pada piring tatak.Qi
“Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, lima puluh, wah! Lea dapet tujuh ratus lima puluh!” Alea girang, ia baru saja menghitung upah hasil dari cuci baju dan setrika baju milik tetangganya.“Kalau tiap hari aku dapet segini terus, aku bisa cepet lunasin hutang aku sama Juna!” ucap Alea. Ia senang bukan main. Ini adalah penghasilan terbesarnya selama ia bekerja sebagai buruh cuci baju dan setrika baju tetangganya. Bahkan saat ia masih bekerja di tempat laundry milik Bu Sari, Alea hanya mendapatkan upah sebesar delapan puluh ribu tiap harinya.“Minggu depan aku gajian dari kafe! Uang aku jadi banyak nih, Kak!” Alea heboh sendiri. Ia memamerkan penghasilannya kepada Sean.Sean terkekeh melihat kehebohan Alea. Pacarnya itu heboh sendiri ketika menghitung penghasilannya hari ini. Mungkin Alea senang karena dapat uang dari hasil keringatnya sendiri. Selain itu upahnya kali ini lebih besar dari upah sebelumnya.Mereka saa
Pagi ini Alea ceria sekali. Alea berjalan sambil bersenandung, wajahnya tak henti-henti menampilkan senyum manisnya.Penasaran apa yang membuat gadis itu bahagia? Sederhana saja, tadi pagi ia sarapan bersama sang papa, lalu berangkat ke sekolah juga diantar oleh papa, tak lupa sebelum tadi Alea turun dari mobil papanya itu memberikan kecupan hangat di keningnya.Uh! Alea bahagia sekali pokoknya. Kebahagiaannya tidak bisa di deskripsikan.Belum lagi sewaktu ia bangun tadi, pertama kali ia mengecek ponsel, Alea mendapat pesan manis dari sang pujaan hati. Siapa lagi kalau bukan Sean, ditambah lima hari lagi ia akan gajian di kafe kak Alya! Lengkap sudah kebahagiaan Alea.Alea mudah sekali memaafkan papanya, walaupun papanya itu sering kali berbohong padanya, tapi Alea tetap tidak bisa membenci laki-laki yang menjadi cinta pertamanya itu.Sering kali Alea bilang jika nanti papanya pulang, ia tidak akan mau peduli lagi. Alea akan masa bodoh dengan sang