Ini adalah hari pertama Alea bekerja di kafe milik kak Alya. Kakak perempuan Chandra. Kemarin Chandra membawanya ke kafe kakaknya dan mengenalkannya kepada kak Alya.
Sesuai janjinya kepada Alea, Chandra meminta bantuan kepada kakaknya untuk memperkerjakan Alea di kafe milik kakaknya itu.
Awalnya Alya tidak setuju karena ia tidak tega memperkerjakan anak sekolah, namun setelah mendengar cerita adiknya, akhirnya Alya pun luluh dan mengizinkan Alea bekerja di kafenya, dengan catatan Alea hanya bekerja paruh waktu.
“Al, udah waktunya kamu pulang sayang. Udah, itu simpan aja. Biar nanti karyawan lain yang anter.” Suara Alya menginterupsi kegiatan Alea yang sibuk melayani para pengunjung.
Alea menoleh, ia mendapati kak Alya yang tengah tersenyum ke arahnya. Ya ampun, senyuman kak Alya mengingatkannya dengan senyuman Chandra. Mentang-mentang keduanya adik-kakak.
“Besok kamu 'kan harus sekolah, pulang aja, enggak apa-apa kok,” titah Alya.
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, sebenarnya ada sisa waktu satu jam lagi sebelum kafe tutup. Namun, Alya tidak bisa memperkerjakan lagi Alea. Pasti Alea lelah dan butuh istirahat. Apalagi besoknya Alea kembali sekolah.
Alya mengusap punggung Alea. “Kamu pasti capek, pulang aja sana. Istirahat yang cukup biar besok kamu enggak lemes.”
Sejak pulang sekolah Alya belum melihat Alea istirahat. Jika ada waktu luang pas pengunjung kafe sedang sepi, Alea gunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dan makan.
“Tapi kafe masih rame, Kak. Lea enggak enak kalo ninggalin gitu aja,” balas Alea. Sebenarnya jam kerja Alea sudah habis dari satu jam yang lalu, karena Alea hanya minta bekerja dari pulang sekolah sampai jam delapan malam saja. Namun, karena melihat keadaan kafe ramai pengunjung, Alea jadi tidak enak untuk pergi begitu saja meninggalkan kafe. Alea cukup tahu diri karena Alya sudah mau menerimanya bekerja di kafe miliknya di saat ia hanya mempunyai ijazah SMP, karena ijazah SMA masih dalam proses.
“Udah, Enggak apa-apa sayang. Kan masih ada karyawan yang lain, yang handle semua ini,” ucap Alya penuh kelembutan. Alya begitu menyayangi Alea walaupun mereka baru saja bertemu kemarin sore. Selama ini Alya ingin mempunyai adik perempuan dan saat Alea hadir, Alya menganggapnya sebagai adik.
“Beneran enggak apa-apa kalau Alea pulang, Kak?” tanya Alea yang masih saja merasa tidak enak meninggalkan kafe yang masih dalam keadaan ramai oleh pengunjung. Namun Alea juga merasa tidak enak membiarkan seseorang menunggunya terlalu lama di meja pojok kiri. Walaupun orang itu tidak masalah sebenarnya menunggu Alea sampai jam berapa pun.
“Iya, enggak apa-apa. Udah sana, ganti bajunya terus pulang, eh tapi ini udah malem Kakak suruh Chandra anterin kamu, ya?” tawar Alya.
“Sebelumnya terima kasih atas tawarannya, Kak. Tapi Alea udah dijemput sama temen, dia udah nungguin di depan,” tolak Alea secara halus supaya tidak menyinggung Alya.
“Oh, ya udah. Kalau gitu hati-hati pulangnya ya, ini biar kak Alya yang anterin. Kamu sana ganti baju kasihan temennya kelamaan nunggu.”
Alea mengangguk, lalu pergi ke tempat di mana para karyawan biasanya berganti baju mereka sekaligus tempat istirahat.
****
Alea sudah selesai mengganti pakaiannya, sekarang ia tengah berjalan mencari seseorang yang sudah menunggunya sekitar dua jam yang lalu. Katanya dia udah nungguin di tempat parkir.
Dan benar saja orang itu tengah duduk manis sambil memainkan ponsel di atas motornya.
Langsung saja Alea dekati orang orang itu.
“Kak Sean,” panggil Alea.
Si empu yang punya nama pun menoleh ke asal sumber suara yang memanggilnya. “Udah selesai?” tanyanya sambil tersenyum.
Alea mengangguk sambil membalas senyuman laki-laki itu. “Udah Kak. Maaf ya lama,” jawabnya tak enak karena telah membuat orang itu menunggunya selama dua jam.
Sean Hunatama atau yang lebih akrab dipanggil Sean itu terkekeh. “Enggak apa-apa, Lea. Itung-itung Kakak nongki, udah lama Kakak enggak nongki-nongki kayak gini di kafe,” balasnya disertai candaan.
Alea ikut terkekeh geli mendengar penuturan laki-laki itu.
“Mau langsung pulang atau mampir ke mana dulu?”
“Emm ... Lea pulang ke kontrakan kak Sean aja ya. Lea kangen main di sana,” jawabnya.
Sean mengangguk “Ya udah, kita berangkat sekarang,” ucapnya, lalu ia bangkit dari duduknya, lalu memasukkan ponselnya ke dalam jaket yang ia pakai.
“Bawa jaket ‘kan, Al?” tanya Sean sebelum mereka berangkat, karena Sean lihat Alea memakai baju berlengan pendek.
Alea menggeleng. “Enggak, hehe.”
Terdengar decakan dari bibir Sean, kemudian laki-laki itu membuka jaketnya dan memberikannya pada Alea.
“Ini pakai, nanti kamu kedinginan. Atau lebih parahya kamu masuk angin,” ucapnya seraya menyerahkan jaketnya kepada Alea.
“Terus Kakak nanti gimana?” tanya Alea seraya menerima jaket yang diberikan Sean.
“Kakak pakai baju panjang, jadi tenang aja. Enggak bakal kedinginan kok,” jawab Sean.
Alea menurut kemudian memakai jaket milik Sean.
“Lea suka deh kalau pakai jaket kak Sean, soalnya wangi,” komentarnya setelah ia memakai jaket tersebut. Jaket Sean wangi maskulin.
Sesekali Alea akan menyesap wangi jaket milik laki-laki itu yang sudah ia pakai.
Sean tertawa seraya mengacak gemas rambut kekasihnya itu.
Tidak ada yang tahu jika sebenarnya Alea ini punya pacar, karena Alea sengaja menyembunyikannya.
Alea ingin Qila merasakan cemburu sama seperti Alea yang cemburu karena papanya lebih sayang pada Qila, bukan padanya. Alea ingin merebut Leon, membuat laki-laki itu tergila-gila padanya, dengan begitu ia bisa membalaskan dendam pada Qila.
Alea ingin Qila merasakan bagaimana rasanya orang yang kita sayang direbut orang lain. Alea ingin Qila juga merasakan sama sakit sama halnya dengan rasa sakit yang Alea rasakan.
Walaupun Qila adalah adik kandungnya, namun tetap saja Alea benci. Alea benci darah yang mengalir di tubuhnya sama dengan darah yang mengalir di tubuh Qila, yaitu darah papanya.
Alea menyayangkan sikap papanya yang memilih berkhianat dari mama. Saat itu mereka sama-sama sudah memiliki keluarga. Mama dan papanya, Tante Mila dan juga mantan suaminya. Entah kenapa papa malah berselingkuh dengan Tante Mila yang sudah jelas adik angkat mamanya.
Kelahiran Alea dengan kelahiran Qila hanya berjarak dua bulan. Berarti papanya sudah lama ‘kan main api di belakang mamanya?
Dan Alea tidak habis pikir, kenapa Tante Mila mau selingkuh dengan papanya. Dia ‘kan sudah mempunyai suami. Eh, Tante Mila malah hamil anak papa. Apakah Tante Mila sudah melupakan jasa kakek-neneknya yang merawatnya dengan tulus dan sudah menganggapnya seperti anak mereka sendiri?
Kenapa Tante Mila tega mengkhianati keluarga yang sudah mengurusnya sedari kecil?
Pantas saja papa dan Tante Mila diusir dari rumah karena mereka merupakan aib keluarga.
Oh mengapa kau tinggalkan aku..Sean memetik gitar sedangkan Alea bernyanyi. Mereka sekarang berada di kontrakan Sean sesuai permintaan Alea tadi perempuan itu ingin main sebentar di sana.Kebetulan kontrakan Sean tidak ada batasan tamu mau bertamu jam berapa dan apa pun jenis kelaminnya.Sean mengontrak sebuah rumah di salah satu komplek. Kontrakan Sean juga memiliki pagar cukup tinggi hingga orang-orang tidak bisa melihat dengan jelas siapa saja tamu yang berkunjung.Papa....Oh...Papa.....Memperhatikan raut wajah gadisnya yang begitu menghayati lirik lagu yang dinyanyikannya. Hati Sean berdenyut nyeri melihat Alea yang selalu menyembunyikan rasa sakitnya.Alea selalu tersenyum untuk menutupi luka yang dibuat oleh papanya. Sean tahu Alea menderita karena papanya yang selalu tega membohonginya demi bersama keluarga barunya.Oh mengapa kau tinggalkan pergi...Papa....Oh...
Hari minggu pagi, Fian dan keluarga kecilnya baru saja selesai sarapan, sekarang laki-laki itu tengah menonton TV di ruang keluarga dengan secangkir kopi buatan Mila.Qila kebetulan juga ada di sana, duduk di sofa menunggu Leon yang katanya hari ini akan main ke rumahnya.“Pa, hari ini kita jalan-jalan yuk. Aku kangen, udah lama kita enggak jalan-jalan,” ajak Qila pada papanya. Bertepatan dengan Mila yang datang dari arah dapur sambil membawa nampan yang berisi kue buatannya.“Iya Pa, udah lama kita enggak pergi sama-sama.” Mila setuju dengan ajakan putrinya, kini perempuan itu duduk di samping suaminya.“Leon juga mau kesini, sekalian aja kita jalan-jalan berempat,” ucap Qila lagi.Fian mengambil cangkir yang berisi kopi kemudian meneguknya.“Iya, Papa setuju. Kalau gitu Papa telepon Alea dulu, kita ajak dia, ya,” ujar Fian sesaat setelah kembali menaruh cangkirnya pada piring tatak.Qi
“Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, lima puluh, wah! Lea dapet tujuh ratus lima puluh!” Alea girang, ia baru saja menghitung upah hasil dari cuci baju dan setrika baju milik tetangganya.“Kalau tiap hari aku dapet segini terus, aku bisa cepet lunasin hutang aku sama Juna!” ucap Alea. Ia senang bukan main. Ini adalah penghasilan terbesarnya selama ia bekerja sebagai buruh cuci baju dan setrika baju tetangganya. Bahkan saat ia masih bekerja di tempat laundry milik Bu Sari, Alea hanya mendapatkan upah sebesar delapan puluh ribu tiap harinya.“Minggu depan aku gajian dari kafe! Uang aku jadi banyak nih, Kak!” Alea heboh sendiri. Ia memamerkan penghasilannya kepada Sean.Sean terkekeh melihat kehebohan Alea. Pacarnya itu heboh sendiri ketika menghitung penghasilannya hari ini. Mungkin Alea senang karena dapat uang dari hasil keringatnya sendiri. Selain itu upahnya kali ini lebih besar dari upah sebelumnya.Mereka saa
Pagi ini Alea ceria sekali. Alea berjalan sambil bersenandung, wajahnya tak henti-henti menampilkan senyum manisnya.Penasaran apa yang membuat gadis itu bahagia? Sederhana saja, tadi pagi ia sarapan bersama sang papa, lalu berangkat ke sekolah juga diantar oleh papa, tak lupa sebelum tadi Alea turun dari mobil papanya itu memberikan kecupan hangat di keningnya.Uh! Alea bahagia sekali pokoknya. Kebahagiaannya tidak bisa di deskripsikan.Belum lagi sewaktu ia bangun tadi, pertama kali ia mengecek ponsel, Alea mendapat pesan manis dari sang pujaan hati. Siapa lagi kalau bukan Sean, ditambah lima hari lagi ia akan gajian di kafe kak Alya! Lengkap sudah kebahagiaan Alea.Alea mudah sekali memaafkan papanya, walaupun papanya itu sering kali berbohong padanya, tapi Alea tetap tidak bisa membenci laki-laki yang menjadi cinta pertamanya itu.Sering kali Alea bilang jika nanti papanya pulang, ia tidak akan mau peduli lagi. Alea akan masa bodoh dengan sang
Alea dan Leon berjalan berdampingan. Kali ini tidak ada keributan yang terjadi. Leon tampak tenang dan tidak ada tanda-tanda Leon akan mengamuk atau marah-marah seperti biasanya jika ia berdekatan dengan Alea.Orang-orang yang melihatnya pun merasa heran. Bahkan ada beberapa siswa laki-laki yang iseng nyeletuk ke Leon.“Yon, kok kagak marah-marah kayak biasanya? Sekarang akur ya, sama si Neneng geulis,” celetuk salah satu murid laki-laki yang mempunyai mulut lemes kayak perempuan.Leon dan Alea tampak tidak mempedulikan ocehan murid laki-laki itu. Mereka fokus dengan pikiran mereka masing-masing.Alea heran, kenapa Leon tidak marah-marah atau sebagainya saat berdekatan dengannya?Sementara itu, Leon masih merasa bersalah kepada Alea. Dimaafkan semudah itu oleh Alea, membuatnya semakin merasa bersalah dan menjadi laki-laki pengecut yang tega main fisik sama perempuan. Jika mamanya tahu, pasti ia akan kena hukuman dan ceceran lain-lain dari m
Sekarang ini Sean ada di rumah Alea atau istilah gaulnya mah, Sean lagi ngapelin pacarnya.Kebetulan juga Alea sendirian di rumah, karena papanya belum pulang. Entah papanya akan pulang atau tidak, Alea belum tahu. Papanya belum memberi kabar.Tapi, jika jam delapan nanti papa tidak pulang, maka Alea akan menginap di kontrakan Sean.Bukan sekali, dua kali Alea menginap di kontrakan Sean. Alea sering menginap di sana. Tapi tenang saja, Alea dan Sean tidak pernah berbuat macam-macam. Tidur saja mereka terpisah. Alea tidur di kamar Sean, sementara itu Sean tidur di kamar adiknya.“Semoga aja Papa enggak pulang malam ini, ya, Kak.”Saat ini Alea tengah duduk di pangkuan Sean. Alea sibuk mengelus rambut hitam legam Sean.“Emangnya kenapa kalau Papa pulang? Bukannya kamu seneng, ya, kalau Papa pulang?” tanya Sean heran. Tidak biasanya Alea berharap seperti itu.Alea tersenyum, ia mencubit gemas hidung mancung Sean yang mirip perosotan itu. “Kan ka
Malam ini Alea kembali tidur bersama papanya. Papanya bilang, papa rindu tidur sama Alea. Alea dengan senang hati menuruti permintaan papanya. Alea tidak menyangka malam ini papanya pulang ke rumahnya bukan ke rumah si pelakor.Alea berbaring di tempat tidur dengan Fian yang memeluk tubuh Alea seraya mengusap lembut punggung Alea. Fian merasa deja vu, ia sering melakukan itu saat Alea masih kecil. Fian akan menemani Alea sampai tidur, memeluknya, mengusap punggungnya lembut.“Anak Papa sekarang udah besar, ya,” ucap Fian seraya mengecup kening Alea.Fian tidak menyangka, Alea-nya sudah tumbuh besar menjadi gadis cantik nan ayu yang menjadi incaran para laki-laki. Padahal seperti baru kemarin ia mengajari Alea berjalan, sekarang Alea sudah mampu berjalan sendiri. Padahal seperti baru kemarin ia mengajari Alea naik sepeda, sekarang putri sulungnya itu sudah pandai membawa sepeda motor. Padahal seperti baru kemarin ia mengajari Alea membaca dan menulis, sek
Sedari tadi Alea asyik senyam-senyum sendiri, mengabaikan tatapan aneh dari orang-orang di dekatnya termasuk Leon. Ah, Leon. Bahkan keberadaan laki-laki itu tidak menarik lagi di mata Alea. Alea lebih tertarik berbalas pesan dengan Sean dibandingkan harus mengganggu Leon. Lagi pula Qila tidak ada di sana, Alea tidak tertarik mendekati Leon.Ngomong-ngomong, saat ini Alea tengah berada di atap sekolah bersama teman-teman Juna, yaitu Kenzo, Leon, Dika, dan Ardan. Sementara itu, Chandra pergi ke kantin sekalian membawa gitar miliknya yang tertinggal di ruang musik sehabis membuat konten untuk Channel YouTube Juna.Kebetulan hari ini sedang jamkos, semua guru-guru sedang rapat. Jadi, Alea dan lainnya tidak khawatir akan terlambat masuk kelas.Sean : Mau dibawain apa oleh-oleh dari Jogja?Ya, saat ini Sean tengah berada di Yogyakarta. Sean dan teman-teman kampusnya liburan ke Yogyakarta.Alea : Candi BorobudurAlea terkikik geli setelah mengirimk