Share

Part 5

Ini adalah hari pertama Alea bekerja di kafe milik kak Alya. Kakak perempuan Chandra. Kemarin Chandra membawanya ke kafe kakaknya dan mengenalkannya kepada kak Alya.

Sesuai janjinya kepada Alea, Chandra meminta bantuan kepada kakaknya untuk memperkerjakan Alea di kafe milik kakaknya itu.

Awalnya Alya tidak setuju karena ia tidak tega memperkerjakan anak sekolah, namun setelah mendengar cerita adiknya, akhirnya Alya pun luluh dan mengizinkan Alea bekerja di kafenya, dengan catatan Alea hanya bekerja paruh waktu.

“Al, udah waktunya kamu pulang sayang. Udah, itu simpan aja. Biar nanti karyawan lain yang anter.” Suara Alya menginterupsi kegiatan Alea yang sibuk melayani para pengunjung.

Alea menoleh, ia mendapati kak Alya yang tengah tersenyum ke arahnya. Ya ampun, senyuman kak Alya mengingatkannya dengan senyuman Chandra. Mentang-mentang keduanya adik-kakak.

“Besok kamu 'kan harus sekolah, pulang aja, enggak apa-apa kok,” titah Alya.

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, sebenarnya ada sisa waktu satu jam lagi sebelum kafe tutup. Namun, Alya tidak bisa memperkerjakan lagi Alea. Pasti Alea lelah dan butuh istirahat. Apalagi besoknya Alea kembali sekolah.

Alya mengusap punggung Alea. “Kamu pasti capek, pulang aja sana. Istirahat yang cukup biar besok kamu enggak lemes.”

Sejak pulang sekolah Alya belum melihat Alea istirahat. Jika ada waktu luang pas pengunjung kafe sedang sepi, Alea gunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dan makan.

“Tapi kafe masih rame, Kak. Lea enggak enak kalo ninggalin gitu aja,” balas Alea. Sebenarnya jam kerja Alea sudah habis dari satu jam yang lalu, karena Alea hanya minta bekerja dari pulang sekolah sampai jam delapan malam saja. Namun, karena melihat keadaan kafe ramai pengunjung, Alea jadi tidak enak untuk pergi begitu saja meninggalkan kafe. Alea cukup tahu diri karena Alya sudah mau menerimanya bekerja di kafe miliknya di saat ia hanya mempunyai ijazah SMP, karena ijazah SMA masih dalam proses.

“Udah, Enggak apa-apa sayang. Kan masih ada karyawan yang lain, yang handle semua ini,” ucap Alya penuh kelembutan. Alya begitu menyayangi Alea walaupun mereka baru saja bertemu kemarin sore. Selama ini Alya ingin mempunyai adik perempuan dan saat Alea hadir, Alya menganggapnya sebagai adik.

“Beneran enggak apa-apa kalau Alea pulang, Kak?” tanya Alea yang masih saja merasa tidak enak meninggalkan kafe yang masih dalam keadaan ramai oleh pengunjung. Namun Alea juga merasa tidak enak membiarkan seseorang menunggunya terlalu lama di meja pojok kiri. Walaupun orang itu tidak masalah sebenarnya menunggu Alea sampai jam berapa pun.

“Iya, enggak apa-apa. Udah sana, ganti bajunya terus pulang, eh tapi ini udah malem Kakak suruh Chandra anterin kamu, ya?” tawar Alya.

“Sebelumnya terima kasih atas tawarannya, Kak. Tapi Alea udah dijemput sama temen, dia udah nungguin di depan,” tolak Alea secara halus supaya tidak menyinggung Alya.

“Oh, ya udah. Kalau gitu hati-hati pulangnya ya, ini biar kak Alya yang anterin. Kamu sana ganti baju kasihan temennya kelamaan nunggu.”

Alea mengangguk, lalu pergi ke tempat di mana para karyawan biasanya berganti baju mereka sekaligus tempat istirahat.

****

Alea sudah selesai mengganti pakaiannya, sekarang ia tengah berjalan mencari seseorang yang sudah menunggunya sekitar dua jam yang lalu. Katanya dia udah nungguin di tempat parkir.

Dan benar saja orang itu tengah duduk manis sambil memainkan ponsel di atas motornya.

Langsung saja Alea dekati orang orang itu.

“Kak Sean,” panggil Alea.

Si empu yang punya nama pun menoleh ke asal sumber suara yang memanggilnya. “Udah selesai?” tanyanya sambil tersenyum.

Alea mengangguk sambil membalas senyuman laki-laki itu. “Udah Kak. Maaf ya lama,” jawabnya tak enak karena telah membuat orang itu menunggunya selama dua jam.

Sean Hunatama atau yang lebih akrab dipanggil Sean itu terkekeh. “Enggak apa-apa, Lea. Itung-itung Kakak nongki, udah lama Kakak enggak nongki-nongki kayak gini di kafe,” balasnya disertai candaan.

Alea ikut terkekeh geli mendengar penuturan laki-laki itu.

“Mau langsung pulang atau mampir ke mana dulu?”

“Emm ... Lea pulang ke kontrakan kak Sean aja ya. Lea kangen main di sana,” jawabnya.

Sean mengangguk “Ya udah, kita berangkat sekarang,” ucapnya, lalu ia bangkit dari duduknya, lalu memasukkan ponselnya ke dalam jaket yang ia pakai.

“Bawa jaket ‘kan, Al?” tanya Sean sebelum mereka berangkat, karena Sean lihat Alea memakai baju berlengan pendek.

Alea menggeleng. “Enggak, hehe.”

Terdengar decakan dari bibir Sean, kemudian laki-laki itu membuka jaketnya dan memberikannya pada Alea.

“Ini pakai, nanti kamu kedinginan. Atau lebih parahya kamu masuk angin,” ucapnya seraya menyerahkan jaketnya kepada Alea.

“Terus Kakak nanti gimana?” tanya Alea seraya menerima jaket yang diberikan Sean.

“Kakak pakai baju panjang, jadi tenang aja. Enggak bakal kedinginan kok,” jawab Sean.

Alea menurut kemudian memakai jaket milik Sean.

“Lea suka deh kalau pakai jaket kak Sean, soalnya wangi,” komentarnya setelah ia memakai jaket tersebut. Jaket Sean wangi maskulin.

Sesekali Alea akan menyesap wangi jaket milik laki-laki itu yang sudah ia pakai.

Sean tertawa seraya mengacak gemas rambut kekasihnya itu.

Tidak ada yang tahu jika sebenarnya Alea ini punya pacar, karena Alea sengaja menyembunyikannya.

Alea ingin Qila merasakan cemburu sama seperti Alea yang cemburu karena papanya lebih sayang pada Qila, bukan padanya. Alea ingin merebut Leon, membuat laki-laki itu tergila-gila padanya, dengan begitu ia bisa membalaskan dendam pada Qila.

Alea ingin Qila merasakan bagaimana rasanya orang yang kita sayang direbut orang lain. Alea ingin Qila juga merasakan sama sakit sama halnya dengan rasa sakit yang Alea rasakan.

Walaupun Qila adalah adik kandungnya, namun tetap saja Alea benci. Alea benci darah yang mengalir di tubuhnya sama dengan darah yang mengalir di tubuh Qila, yaitu darah papanya.

Alea menyayangkan sikap papanya yang memilih berkhianat dari mama. Saat itu mereka sama-sama sudah memiliki keluarga. Mama dan papanya, Tante Mila dan juga mantan suaminya. Entah kenapa papa malah berselingkuh dengan Tante Mila yang sudah jelas adik angkat mamanya.

Kelahiran Alea dengan kelahiran Qila hanya berjarak dua bulan. Berarti papanya sudah lama ‘kan main api di belakang mamanya?

Dan Alea tidak habis pikir, kenapa Tante Mila mau selingkuh dengan papanya. Dia ‘kan sudah mempunyai suami. Eh, Tante Mila malah hamil anak papa. Apakah Tante Mila sudah melupakan jasa kakek-neneknya yang merawatnya dengan tulus dan sudah menganggapnya seperti anak mereka sendiri?

Kenapa Tante Mila tega mengkhianati keluarga yang sudah mengurusnya sedari kecil?

Pantas saja papa dan Tante Mila diusir dari rumah karena mereka merupakan aib keluarga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status