“Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, lima puluh, wah! Lea dapet tujuh ratus lima puluh!” Alea girang, ia baru saja menghitung upah hasil dari cuci baju dan setrika baju milik tetangganya.
“Kalau tiap hari aku dapet segini terus, aku bisa cepet lunasin hutang aku sama Juna!” ucap Alea. Ia senang bukan main. Ini adalah penghasilan terbesarnya selama ia bekerja sebagai buruh cuci baju dan setrika baju tetangganya. Bahkan saat ia masih bekerja di tempat laundry milik Bu Sari, Alea hanya mendapatkan upah sebesar delapan puluh ribu tiap harinya.
“Minggu depan aku gajian dari kafe! Uang aku jadi banyak nih, Kak!” Alea heboh sendiri. Ia memamerkan penghasilannya kepada Sean.
Sean terkekeh melihat kehebohan Alea. Pacarnya itu heboh sendiri ketika menghitung penghasilannya hari ini. Mungkin Alea senang karena dapat uang dari hasil keringatnya sendiri. Selain itu upahnya kali ini lebih besar dari upah sebelumnya.
Mereka saat ini sedang berjalan di sekitaran kompleks tempat tinggal Alea. Sean menjemput Alea dari rumah tetangganya karena kekasihnya itu sudah selesai bekerja.
Berangkat dari rumah jam tujuh pagi dan jam tiga sore Alea baru selesai keliling rumah tetangganya, jadi ia meminta Sean untuk menjemputnya sekalian jalan-jalan sore, kebetulan Sean memang menunggu Alea di rumah perempuan itu.
Mereka berjalan beriringan dengan Sean yang merangkul gadisnya. Sementara itu Alea dari tadi sibuk mengoceh, menghitung, dan membagi-bagi penghasilannya untuk ia alokasikan.
“Dua ratus ribu buat ongkos plus makan, lima ratusnya buat nyicil hutang ke Juna” ucap Alea. Sean diam saja mendengar kekasihnya itu berkicau, sesekali Sean tertawa melihat wajah menggemaskan Alea tengah menghitung uang.
Sean bangga dengan pacarnya itu. Di usianya yang masih muda dan seharusnya masih menjadi tanggungan orang tua, Alea sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Padahal ia tahu, Alea adalah anak orang kaya. Om Fian pemilik perusahaan percetakan, kakek Alea dari pihak papa adalah pengusaha batu bara. Sementara itu, kakek Alea dari pihak mama pemilik restoran dan tempat rekreasi yang cukup terkenal di Indonesia.
“Udah, masukin uangnya ke dalam tas, nanti jatuh lho!” Sean memperingati pacarnya agar memasukkan uang gajiannya ke dalam tas.
“Hehe, iya Kak, ini juga mau dimasukin kok,” balas Alea seraya menyimpan uangnya ke dalam tas selempang kecilnya.
“Mau langsung pulang atau masih mau muter-muter?” tanya Sean. Barangkali Alea masih ingin jalan-jalan sore.
“Kita beli makan aja dulu yuk! Lea laper, nanti makannya di rumah,” jawabnya.
Sean mengangguk, mengiyakan ucapan Alea. “Iya, Kakak juga laper, nih. Kamu mau makan apa?”
“Yang murah aja 'lah, kita makan nasi padang. Aku bakal traktir Kakak khusus hari ini, ini ada sisa lima puluh ribu. Hehe,” ucapnya sambil mengipas-ngipas uang itu di depan Sean.
Astaga bahagia sekali Alea hari ini, Sean tidak bisa untuk tidak tertawa melihatnya.
“Uangnya Lea simpan aja, biar kakak yang traktir” kata Sean. Bukannya ia gengsi ditraktir oleh Alea, namun Sean tahu Alea mendapatkan uang itu dengan susah payah. Jadi Sean tidak mau jika Alea menghamburkan uangnya. Lebih baik uangnya Alea simpan.
“Yah, padahal Lea mau traktir kak Sean tahu! Kapan lagi coba Lea bisa traktir Kak Sean.” Alea mengerucutkan bibirnya kesal, rencananya untuk mentraktir Sean gagal.
Sean gemas sekali melihatnya, ia tak segan-segan mengacak rambut Alea karena saking gemasnya.
“Ih, Kak Sean! Jangan diacak-acak dong rambut Lea-nya, nanti Lea kelihatan jelek!” Alea memberengut kesal seraya merapikan kembali rambutnya.
“Haha, enggak kok. Lea tetap cantik, di mata Kakak,” ucap Sean bangga seraya merentangkan kedua tangannya.
“Idih, Kak Sean gombal deh!” cibir Alea sambil memukul pelan bahu Sean, namun rona di wajah Alea jelas terlihat.
Padahal Alea sudah sering digombali oleh Sean, namun ia masih suka salah tingkah tiap kali Sean menggodanya.
Begini saja cukup untuk Alea, bahagianya cukup seperti ini. Ada Sean di sampingnya itu lebih dari cukup untuk Alea.
****
Tadi malam Fian pulang ke rumah, Alea sendiri pun terkejut karena Alea pikir papanya itu tidak akan pulang lagi.
Tadi malam juga Alea tidur sambil dipeluk oleh papanya dan sekarang Alea tengah sarapan nasi goreng buatan papa, makan bersama papa di meja makan yang sama. Alea benar-benar bahagia, terbukti dengan senyuman yang terus terukir di wajah ayu miliknya.
“Lea sekolahnya gimana sayang?” tanya Fian pada putri kesayangannya itu.
Alea menelan terlebih dahulu nasi di dalam mulutnya sebelum akhirnya menjawab, “baik kok Pa. Kemarin Alea dapet nilai ulangan tertinggi di kelas” ucapnya sambil tersenyum bangga.
Alea ingin membuat papanya bangga dengan prestasi yang ia raih. Dengan begitu, papanya akan lebih sayang padanya, ia akan kembali menempati posisi tertinggi di hati papanya.
Qila itu bodoh, tidak sepintar dirinya. Buktinya saja ia tidak masuk kelas unggulan sepertinya. Setiap hari di sekolah Qila kerjanya Cuma pacaran sama Leon, tidak belajar.
Ah, Leon juga sama bodohnya dengan Qila, tapi Leon sedikit lebih mendinglah dari pada Qila.
Qila hanya pintar cari muka kepada orang-orang. Jual cerita sedih tentang dirinya dan juga mamanya sehingga orang-orang iba padanya lalu membencinya Alea.
“Anak Papa emang hebat, Papa bangga sama Lea,” ujar Fian sambil mengusap kepala putrinya.
Alea tersenyum, ia bahagia sekali pagi ini.
“Lea sayang banget sama Papa,” kata Alea yang membuat senyum di bibir Fian semakin melebar.
“Walaupun Papa sering bohongin Lea,” lanjutnya dalam hati.
“Papa juga sayang Lea, sayang banget,” balas Fian.
Ah, melihat putrinya tersenyum seperti ini Fian jadi ragu untuk menanyakan perihal uang SPP yang katanya tidak dibayarkan oleh Alea. Bibir Fian sebenarnya gatal ingin menanyakan hal itu, namun ia takut Alea tersinggung.
Fian berpikir, masa iya Alea seperti itu. Tidak mungkin sekali. Fian tahu bagaimana Alea, tidak mungkin Alea melakukan itu. Alea adalah putri kebanggaannya.
Namun ucapan Qila, putri bungsunya itu terus terngiang-ngiang di otaknya. Tidak mungkin juga Qila berbohong. Fian tidak pernah mengajari Qila untuk berbohong.
Fian jadi bingung jadinya. Fian bingung harus mempercayai siapa? Alea, putri sulungnya sekaligus putri kebanggaannya, atau Qila putri bungsunya?
“Nasi gorengnya enak, Lea suka,” puji Alea. Papanya itu memang pintar sekali membuat nasi goreng yang enak. Alea suka sekali nasi goreng buatan papanya.
Walaupun Fian tidak terlalu bisa memasak, namun Lea akui jika nasi goreng terenak adalah buatan papanya.
Fian lagi-lagi mengusap rambut putri sulungnya dengan sayang, meneguk air putih yang ada di depannya lalu Fian mengambil tissue untuk mengusap minyak yang ada di bibirnya.
Mata Alea terpejam tatkala Fian memberikan kecupan di keningnya sambil berucap, “anak Papa.”
Alea bersumpah ini adalah hari terindah semenjak mamanya meninggal.
Semoga saja papanya tetap seperti sekarang ini. Semoga saja Fian tidak pulang ke rumah si pelakor itu lagi. Walaupun Alea tahu itu mustahil, tapi apa salahnya Alea berharap.
Pagi ini Alea ceria sekali. Alea berjalan sambil bersenandung, wajahnya tak henti-henti menampilkan senyum manisnya.Penasaran apa yang membuat gadis itu bahagia? Sederhana saja, tadi pagi ia sarapan bersama sang papa, lalu berangkat ke sekolah juga diantar oleh papa, tak lupa sebelum tadi Alea turun dari mobil papanya itu memberikan kecupan hangat di keningnya.Uh! Alea bahagia sekali pokoknya. Kebahagiaannya tidak bisa di deskripsikan.Belum lagi sewaktu ia bangun tadi, pertama kali ia mengecek ponsel, Alea mendapat pesan manis dari sang pujaan hati. Siapa lagi kalau bukan Sean, ditambah lima hari lagi ia akan gajian di kafe kak Alya! Lengkap sudah kebahagiaan Alea.Alea mudah sekali memaafkan papanya, walaupun papanya itu sering kali berbohong padanya, tapi Alea tetap tidak bisa membenci laki-laki yang menjadi cinta pertamanya itu.Sering kali Alea bilang jika nanti papanya pulang, ia tidak akan mau peduli lagi. Alea akan masa bodoh dengan sang
Alea dan Leon berjalan berdampingan. Kali ini tidak ada keributan yang terjadi. Leon tampak tenang dan tidak ada tanda-tanda Leon akan mengamuk atau marah-marah seperti biasanya jika ia berdekatan dengan Alea.Orang-orang yang melihatnya pun merasa heran. Bahkan ada beberapa siswa laki-laki yang iseng nyeletuk ke Leon.“Yon, kok kagak marah-marah kayak biasanya? Sekarang akur ya, sama si Neneng geulis,” celetuk salah satu murid laki-laki yang mempunyai mulut lemes kayak perempuan.Leon dan Alea tampak tidak mempedulikan ocehan murid laki-laki itu. Mereka fokus dengan pikiran mereka masing-masing.Alea heran, kenapa Leon tidak marah-marah atau sebagainya saat berdekatan dengannya?Sementara itu, Leon masih merasa bersalah kepada Alea. Dimaafkan semudah itu oleh Alea, membuatnya semakin merasa bersalah dan menjadi laki-laki pengecut yang tega main fisik sama perempuan. Jika mamanya tahu, pasti ia akan kena hukuman dan ceceran lain-lain dari m
Sekarang ini Sean ada di rumah Alea atau istilah gaulnya mah, Sean lagi ngapelin pacarnya.Kebetulan juga Alea sendirian di rumah, karena papanya belum pulang. Entah papanya akan pulang atau tidak, Alea belum tahu. Papanya belum memberi kabar.Tapi, jika jam delapan nanti papa tidak pulang, maka Alea akan menginap di kontrakan Sean.Bukan sekali, dua kali Alea menginap di kontrakan Sean. Alea sering menginap di sana. Tapi tenang saja, Alea dan Sean tidak pernah berbuat macam-macam. Tidur saja mereka terpisah. Alea tidur di kamar Sean, sementara itu Sean tidur di kamar adiknya.“Semoga aja Papa enggak pulang malam ini, ya, Kak.”Saat ini Alea tengah duduk di pangkuan Sean. Alea sibuk mengelus rambut hitam legam Sean.“Emangnya kenapa kalau Papa pulang? Bukannya kamu seneng, ya, kalau Papa pulang?” tanya Sean heran. Tidak biasanya Alea berharap seperti itu.Alea tersenyum, ia mencubit gemas hidung mancung Sean yang mirip perosotan itu. “Kan ka
Malam ini Alea kembali tidur bersama papanya. Papanya bilang, papa rindu tidur sama Alea. Alea dengan senang hati menuruti permintaan papanya. Alea tidak menyangka malam ini papanya pulang ke rumahnya bukan ke rumah si pelakor.Alea berbaring di tempat tidur dengan Fian yang memeluk tubuh Alea seraya mengusap lembut punggung Alea. Fian merasa deja vu, ia sering melakukan itu saat Alea masih kecil. Fian akan menemani Alea sampai tidur, memeluknya, mengusap punggungnya lembut.“Anak Papa sekarang udah besar, ya,” ucap Fian seraya mengecup kening Alea.Fian tidak menyangka, Alea-nya sudah tumbuh besar menjadi gadis cantik nan ayu yang menjadi incaran para laki-laki. Padahal seperti baru kemarin ia mengajari Alea berjalan, sekarang Alea sudah mampu berjalan sendiri. Padahal seperti baru kemarin ia mengajari Alea naik sepeda, sekarang putri sulungnya itu sudah pandai membawa sepeda motor. Padahal seperti baru kemarin ia mengajari Alea membaca dan menulis, sek
Sedari tadi Alea asyik senyam-senyum sendiri, mengabaikan tatapan aneh dari orang-orang di dekatnya termasuk Leon. Ah, Leon. Bahkan keberadaan laki-laki itu tidak menarik lagi di mata Alea. Alea lebih tertarik berbalas pesan dengan Sean dibandingkan harus mengganggu Leon. Lagi pula Qila tidak ada di sana, Alea tidak tertarik mendekati Leon.Ngomong-ngomong, saat ini Alea tengah berada di atap sekolah bersama teman-teman Juna, yaitu Kenzo, Leon, Dika, dan Ardan. Sementara itu, Chandra pergi ke kantin sekalian membawa gitar miliknya yang tertinggal di ruang musik sehabis membuat konten untuk Channel YouTube Juna.Kebetulan hari ini sedang jamkos, semua guru-guru sedang rapat. Jadi, Alea dan lainnya tidak khawatir akan terlambat masuk kelas.Sean : Mau dibawain apa oleh-oleh dari Jogja?Ya, saat ini Sean tengah berada di Yogyakarta. Sean dan teman-teman kampusnya liburan ke Yogyakarta.Alea : Candi BorobudurAlea terkikik geli setelah mengirimk
Qila yang baru saja datang, keningnya mengerut keheranan melihat Leon dan teman-temannya termasuk Alea diam tak bersuara. Wajah mereka terlihat serius, terutama Kenzo dan Juna. Apakah Qila melewatkan sesuatu?“Ada apa? Kok pada diem-dieman?” tanya Qila penasaran sambil menatap satu persatu dari mereka.Tidak ada yang mau menjawab pertanyaan Qila. Ardan dan Dika tampak beranjak dari duduknya disusul oleh Alea dan Chandra.“Lho, kalian mau pada ke mana?”“Sayang,” panggil Qila. Ia menghampiri pacarnya untuk menanyakan apa yang terjadi sebelum ia datang. Namun, Leon memilih abai dengan pacarnya itu, Leon beranjak dan pergi seperti yang lainnya.Pikiran Leon masih belum jernih. Mood Leon hancur, jadi ia malas berdekatan dengan orang lain termasuk dengan pacarnya yang bawel itu.“Loh, loh, Sayang! Kamu mau ke mana?!” teriak Qila.Leon mengabaikan teriakan pacarnya, ia turun dari atap sekolah.
Sejak tadi Kenzo tidak berhenti mengikuti Alea. Kenzo terus meneror sahabat perempuannya itu dengan pertanyaan yang sama, yaitu mengenai hubungan Alea dengan Sean yang notabenenya adalah kakaknya.“Al, Lo serius pacaran sama bang Sean?” tanya Kenzo untuk ke sekian kalinya, ia masih belum percaya kalau Alea pacaran dengan kakak laki-lakinya.Alea masuk ke dalam kelasnya, lalu duduk di bangkunya. Sementara itu, Kenzo menarik kursi di sebelah Alea, kebetulan teman sebangku Alea, Shella belum datang.“Al jawab dong! Gue ini enggak bisa diginiin!” desak Kenzo karena Alea tidak kunjung memberi jawaban atas pertanyaannya.“Lebay!”Alea dan Kenzo menoleh, mereka berdua melihat sosok Nana. Nana adalah salah satu sahabat perempuan Alea sekaligus mantan Kenzo.“Apa sih mantan, belum move on, ya!” goda Kenzo.Nana mendelik. “Ngimpi! Yang ada Lo yang belum move on dari gue!”
Aea terkejut mendapati kakek dan neneknya tengah duduk di depan rumahnya, sepertinya mereka menunggu Alea pulang.“Loh, Kakek, Nenek!”Adam dan Tias pun mendongakkan wajah mereka saat mendengar suara yang sangat mereka kenali itu.Wajah Adam dan Tias berseri-seri melihat sosok Alea, cucu kesayangan mereka.“Lea!” seru Tias dengan mata berkaca-kaca.Alea tersenyum. Ia pun langsung berlari kecil—menghampiri kakek dan neneknya.“Alea kangen Kakek sama Nenek!”“Kakek sama Nenek juga kangen sama Lea,” balas Tias.Sementara itu, Adam tersenyum melihat istri dan cucunya saling melepas rindu.“Cuma Nenek yang dipeluk? Kakek enggak, nih?” sahut Adam yang merasa diabaikan oleh istri dan cucunya.Alea pun melepas pelukannya, lalu beralih mendekati sang kakek yang merajuk karena merasa diabaikan olehnya dan juga neneknya.Sekarang giliran Adam yang