Share

MELIHAT SEKILAS

Alga seakan tak berkedip memandang perempuan semampai yang tengah sibuk  menyajikan makanan pesanan pengunjung dimeja seberang.


Perempuan itu benar-benar mirip dengan Siti Maemunah istrinya, meski dia hanya melihatnya di selembar foto, dia sangat yakin itu adalah istrinya yang pergi meninggalkannya setahun silam. Mata hijau perempuan itu yang membuatnya begitu yakin, warna mata yang jarang ditemukan pada perempuan kebanyakan yang dikenalnya


Saat dulu dia akan dijodohkan dengan Maemunah, ayahnya  bercerita jika Maemunah memiliki darah campuran Perancis dan Indonesia, karna ibunya pernah menikah siri dengan lelaki berkebangsaan Perancis saat menjadi buruh migran di luar negeri, itulah yang membuat perempuan itu memiliki tubuh semampai dan juga mata hijau menawan yang menurun dari ayahnya, tetapi pernikahan orang tua Maemunah hanya sebentar, ibunya sudah berpisah dengan ayahnya dan meninggal saat melahirkan Munah.


Pak Arman yang merupakan paman gadis itu yang kemudian  memberi nama Siti Maemunah, nama yang tidak sesuai dengan fisik perempuan itu, tetapi Pak Arman melakukannya sesuai keinginan Ibu munah sesaat sebelum meninggal ... dan itu di ambil dari nama neneknya.


Alga mendesah, Hani yang tadi mengajaknya makan siang di sini belum kembali, mungkin perempuan itu ke kamar mandi setelah memesan makanan, entahlah, Alga tak begitu peduli.


Lelaki itu mengambil gawainya, mengutak atiknya sesaat sebelum kemudian mengarahkan kameranya ke sosok Maemunah yang masih sibuk bolak balik mengantarkan pesanan makanan. Dia mengcapture Maemunah secara diam-diam setelah mematikan pengaturan blitz.

Alga tampak mengedit edit gambar hasil jepretannya saat sebuah tepukan menyapu pundaknya.


"lagi liatin apa?" Sentak Hani. Alga terkesiap, dan menggeleng singkat.


"Engga, Suasananya rame ya," ucapnya buru-buru mematikan ponselnya. Hani tersenyum manis.


"Aku baru kesini, penasaran katanya makanannya enak ... makanya sekalian ajak kamu." Hani menggenggam tangan Alga dan memandanginya lama sampai seorang karyawan resto menghampiri meja mereka sembari membawa makanan yang dipesan. Alga menatap perempuan itu, barangkali Maemunah, ternyata bukan, dan bersit kecewa membayang di wajahnya.


"Makasih mba ...," ucap Alga singkat. Pramusaji itu balas tersenyum sebelum kemudian berlalu setelah menata hidangan di meja.


"Makan yuk ...," ajak Hani. Perempuan itupun mulai menyantap makanan di depannya. Alga mengangguk dan mengikuti Hani menyuap makanannya.


"Yang punya resto ini kakaknya temenku," ujar Hani mulai bercerita.


"Temen yang mana? bukannya di sini kamu tidak mempunyai banyak teman?" Alga berucap disela-sela menyuap makanannya. Alisnya tampak saling bertaut,  seakan tengah berfikir.


"Temen kuliah di luar, aku ketemu dia di sana,  kebetulan dia sama-sama sedang ngambil S2," jawab Hani. Alga manggut-manggut. Dia meneruskan suapannya dan tiba-tiba dia teringat sesuatu.


"kalau yang punya resto kakaknya temenmu, berarti kamu mengenalnya dengan baik kan?" Tanya Alga.


"Yah ... tentu, nah itu dia orangnya, hay ...." Hani tiba-tiba melambaikan tangannya pada seorang lelaki yang melintas, dan tak berapa lama sosok itupun mendekat sambil menebar senyum.


"Kapan datang ...?" Sapanya sambil cipika cipiki dengan Hani. lelaki itu kemudian menatap Alga. 


"Apa ini Alga?" Tanyanya kemudian, dia pun mengulurkan tangan dan disambut lelaki di depannya, merekap lalu saling berjabat dengan erat.


"Apa kabar, Hani banyak cerita tentang kamu ... sepertinya dia juga sudah cerita tentang aku kan?" ujarnya ramah.


"Dia baru cerita sedikit," jawab Alga sambil menatap Hani seakan bertanya kenapa dia bisa begitu akrab dengan lelaki di depannya.


"Enjoy ya ... maaf tak bisa menemani kalian,  aku harus keliling dulu dan ada sedikit keperluan setelahnya ... semoga kalian suka dengan makanannya, lain kali kita ngobrol-ngobrol, Bro ...," ujarnya sambil menepuk pundak Alga.  Dia akan berlalu sampai suara Alga menghentikannya.


"Tunggu ... boleh aku bertanya tentang sesuatu?" suara Alga tampak ragu.


"Tentu. Tapi tidak sekarang ya ... chat aja oke? kamu bisa catat nomernya di Hani."


"Oke." Alga tersenyum. Dipandangnya perempuan yang tengah asik menyantap makanannya itu.


"Boleh aku minta nomernya, Han?" 


"Tentu ... nih, cari sendiri. Namanya Leo." Hani menyodorkan ponselnya.


Alga mengutak atik ponsel di tangannya, membuka kontak dan mencari nama Leo. begitu ketemu langsung dikirimnya nomer itu ke ponselnya.


"Aku tertarik dengan resto ini, mungkin bisa menjajaki kerjasama dengannya, Han," ujar Alga melihat raut Hani seakan menelisik ingin tahu kenapa tiba-tiba dia ingin bertanya  tentang ponsel temannya.


"Nice ... usaha Resto memang menjanjikan ... aku dukung ko." Hani pun tersenyum.


Alga menatap Hani lagi, kali ini lama ... perempuan itu  tengah asik menikmati makanannya, tak Alga rasakan lagi debar-debar kerinduan pada perempuan di depannya itu. Entah mengapa, tak ada rasa senang, tak ada rasa menggebu seperti dulu, perasaannya perlahan telah hilang tertelan waktu. Jarak yang membentang diantara mereka, kesibukannya ... dan pikirannya yang dipenuhi tentang Munah sepertinya mengikis segala rasa di hatinya.


Hampir setahun berlalu, dia fikir dengan kepergian Munah, dia bisa melanjutkan hubungannya dengan Hani, menyusun masa depan baru bersama kekasihnya itu, terlebih orang tuanya telah membebaskan dirinya jika ingin menikah lagi dengan perempuan manapun pilihannya karena tak kunjung mendapat kabar tentang keberadaan Siti maemunah dari Pa Arman, tapi dia salah. Dia terus berkutat dengan pencarian istrinya, sampai diapun menyewa orang untuk mencarinya, dia bahkan tak pernah lagi menghubungi Hani kecuali perempuan itu yang menghubunginya terlebih dahulu. Sampai saat ini, Hani sedang pulang ke indonesia, Alga bahkan tak bisa atau sengaja membuat banyak alasan untuk tak menjemputnya di bandara seperti dulu. Yah, dia benar-benar telah berhenti mencintai kekasihnya ... dan dia belum bisa mengungkapkan yang sebenarnya pada perempuan di depannya, apakah ia jahat pada Hani? entahlah,  Alga pun menyudahi lamunannya.


"Jam makan siang udah habis, Han ... aku harus kembali." Alga memandang jam mahal yang melingkar di lengannya.


"Ok ... aku juga sudah selesai nih." jawab Hani. Perempuan itu mulai berkemas. 


"Aku antar kamu pulang?" Tawar Alga melihat Hani selesai bersiap.


"Ok ...." 


Algapun bangkit dari tempatnya, pandangannya menyapu seluruh ruangan resto, berharap menemukan sosok yang dicarinya, tetapi Lelaki itu tak melihat Munah  lagi. 


"Aku ke toilet sebentar ya ... tunggu di mobil," bisik Alga pada Hani dan langsung dibalas anggukan perempuan itu.


Untuk menuntaskan rasa penasarannya Alga  menghentikan seorang pramusaji yang melintas begitu dilihatnya Hani sudah keluar.


"Maaf mba ... tadi saya melihat ada karyawan cantik yang memiliki warna mata hijau, sekarang ko gak ada?" tanya Alga lugas. Perempuan yang ditanya nampak mengerutkan kening dan berpikir.


"Oh ... Maemunah kan? tadi pergi diajak Bos," jawab perempuan berkerudung itu dengan enggan. Alga hanya tersenyum. 


"Makasiih ya ...," ucapnya sambil bergegas pergi dari tempat itu. Dia harus mencari tahu tentang Munah dari Leo. Yah ... ia harus menghentikan pelarian istrinya tersebut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status