Share

Lika-liku Jodohku
Lika-liku Jodohku
Penulis: Buah_Kaktus

Perjodohan

Prolog

Akibat menentang perjodohan, dirinya terseret dalam keloknya liku jodoh dalam hidupnya. Nurulia Mytha Mahendra, seorang gadis 24 tahun yang baru saja bekerja di perusahaan advertising selama setahun, menyesal akan tindakannya menentang perjodohan itu. 

Ingin menggagalkan perjodohan, dengan memperkenalkan kekasihnya. Namun sang kekasih begitu pengecut menghadapi ayahnya, ia pun memutuskan berpisah. Sang kekasih yang kini menjadi mantan tak terima dan menjebaknya, ingin merenggut mahkota yang dimilikinya. Takdir berkata lain walau kesuciannya hampir dinodai oleh mantan kekasihnya tetapi entah mengapa mahkota itu malah orang lain yang merenggutnya.

                            

"AAhh!" teriak Mytha melihat dirinya satu ranjang dengan Devan tanpa busana.

"Berisik!" ucap Devan masih setengah lelap dalam tidurnya.

 "Lo apakan gue?" tanya Mytha sembari mengambil selimut tuk menutupi tubuhnya dan mulai menggoncang-goncangkan tubuh Devan agar terbangun.

 "Hei, apa yang terjadi semalam!" kesal Mytha lalu menjitak kepala Devan.

 "Aawww ... Sakit tau!" teriak Devan dan mulai membuka matanya.

 "Tadi malam lo yang duluan minta. Lo yang maksa dan menarikku," lanjut Devan bercerita.

 "Ngak mungkin!" bantah Mytha.

 "He, lihat. Ulah liar lo tadi malam," tutur Devan menunjukkan beberapa cupang yang diperbuat Mytha pada tubuhnya.

"Neh, ini juga. Ini ada." Devan menunjukan beberapa cap merah yang menempel pada leher dan dadanya.

Mytha memang menyadari dirinya telah terperangkap oleh Bayu, namun bagaimana dirinya berakhir dengan Devan?

Bab 1. Perjodohan

Senja begitu syahdu terlihat di ufuk barat, para burung pun berterbangan kembali ke sarang. Langit berwarna jingga dengan siluet pepohonan masih terlihat disepasang manik mata Mytha, lukisan Tuhan yang nampak indah itu membuat Mytha sedikit menarik ujung bibirnya. "Indah, namun tak seindah hidupku," ucap Mytha terlihat sendu menikmati senja dari jendela kamarnya.

Mytha seorang gadis beranjak dewasa, kini baru saja lulus dari fakultas ekonomi dengan nilai summa cum laude, disalah satu Universitas terkemuka di kota metropolitan. Kini gelar sarjana ekonomi disandanganya, Nurulia Mytha Mahendra, S.E. Nilai yang cukup memuaskan dengan mudahnya Mytha diterima kerja disalah satu perusahaan yang cukup terkenal di kotanya. Banyak orang yang berebut ingin menjadi karyawan di perusahaan itu, tak terkecuali dengan Mytha.

Tok... tok... tok....

Suara ketukan pintu terdengar sebelum Bu Tari memanggil nama anak semata wayangnya.

"Myth, Mytha. Buka pintunya, Sayang," ucap Bu Tari namun tak mendapatkan jawaban dari putrinya.

"Ibu masuk ya," lanjut Bu Tari saat mengetahui pintu kamar gadisnya tak terkunci.

Bu Tari menghampiri Mytha yang tengah berdiri termenung di belakang jendela dengan badan sedikit membungkuk serta tangan yang terlipat disisi jendela. Lamunan Mytha terlalu dalam hingga tak menyadari kehadiran ibunya.

Bu Tari mengelus lembut rambut hitam anaknya. Benda hitam itu tergerai indah tatkala terkena hembusan angin yang memaksa masuk tuk sekedar mengisi udara di ruang kamar Mytha. "Myth, Ibu rasa alangkah baiknya lihat calonmu dulu. Siapa tau cocok," ucap Bu Tari masih membelai rambut hitam Mytha.

"Tapi Bu, Mytha sudah punya kekasih," tutur Mytha sembari menundukkan kepalanya. Dirinya belum memperkenalkan bahkan bercerita tentang kekasihnya pada kedua orang tuanya, terutama sang ibu.

"Loh, kamu sudah punya kekasih Myth?" tanya Bu Tari kaget karena selama Mytha mempunyai hubungan dekat dengan lawan jenis selalu bercerita bahkan diperkenalkan padanya, tentunya jikalau ayah Mytha sedang dinas ke luar kota. Pasalnya banyak lelaki yang ingin dekat dengan anak gadisnya namun takut pada suaminya.

"Gimana mau ngenalin, Bu? Hampir semua pacar Mytha takut sama ayah," ucap Mytha dengan mata berkaca-kaca sembari memeluk manja ibunya.

Berulang kali Mytha memperkenalkan kekasihnya  pada ibunya, namun tatkala bertemu dengan sang ayah, nyali mereka menciut, dan berakhir dengan perpisahan.

Mytha terbayang pada kisahnya dahulu.

"Ayo masuk, aku kenalkan pada ibu." Mytha sembari menggandeng tangan lelaki yang kala itu sedang dekat dengannya. Mytha menarik pergelangan tangan Adi, karena gandengannya ditahan oleh tubuh lelaki yang sedang dekat dengannya itu.

"Ayah kamu di rumah?" tanya Adi sedikit menyelidik, takut akan kagalakan Pak Yuda yang ia dengar dari tetangga.

Adi adalah pacar satu langkah Mytha, yakni selain pacar, juga merupakan tetangga yang tak jauh dari rumah Mytha. Mereka berpacaran cukup lama, sejak pertengahan kelas 1 SMU hingga kelas 2 SMU. Hampir satu tahun mereka menjalin hubungan dekat. Namun, belum pernah satu kali pun Adi berkunjung ke rumah Mytha.

"Tenang aja, ayah sedang bertugas di Ambon, kata beliau ada pertikaian antar suku disana," jelas Mytha. Kini tarikan tangannya tak sekuat tadi, lelaki yang dekat dengannya itu kini mulai mensejajarkan langkah dengan dirinya.

Ayah Mytha sudah berada di Ambon hampir tiga pekan, dan beliau biasanya akan menyelesaikan tugas sekitar tiga bulan. Karena hal ini Mytha berani memperkenalkan Adi pada ibunya.

"Beneran loh," selidik Adi, dan kini mulai lega dari rasa takutnya akan sikap Pak Yuda, padahal dia sendiri bahkan belum pernah sama sekali bersalam sapa. Namun, karena rumor tetangga yang menyatakan Pak Yuda galak sudah terlanjur dipercayanya, membuat dirinya takut akan sosok ayah kekasihnya itu.

Mereka pun kini berada di ambang pintu, hingga Mytha membukanya seraya mengucapkan salam, "Assalamu'alaikum, Bu."

Tak mendengar jawaban dari ibunya, Mytha pun langsung mempersilahkan sang kekasih masuk, Adi duduk di sova ruang tamu, kemudian ia mencari keberadaan ibunya.

Bu Tari sedang merapikan halaman samping, yang rencananya akan digunakan untuk menanam tanaman hias yang ia gemari.

"Ibu disini? Dari tadi Mytha panggil," ucap Mytha tatkala menemukan sosok yang dicarinya sedang menggeluti hobinya, yakni bercocok tanam.

"Eh, anak Ibu dah pulang," jawab Bu Tari masih merapikan daun algo yang baru saja ditanamnya.

"Ada teman Mytha, Bu," kata Mytha setelah bersalaman dengan ibunya. Salah satu kebiasaannya, baik pergi maupun pulang, bersalaman dengan ibunya tak terkecuali dengan ayahnya.

"Ih, ibu. Tangan Mytha jadi ikutan kotor neh," lanjut kata Mytha sembari menggosok-gosokkan kedua tangannya tuk menghilangkan noda tanah yang menempel pada telapak tangan kananya.

"Dah, sana dulu. Nanti Ibu nyusul sehabis membereskan ini." Bu Tari kini mulai berbenah, membereskan tanaman hiasnya berserta perlengkapan bertanamnya.

Mytha yang risih akan tanah yang menempel, langsung mencuci tangannya, dengan air yang mengalir dari kran yang tak jauh dari tempat ibunya berkebun tadi. Kemudian berlalu menemui kekasih hati dengan wajah berseri yang menggambarkan keceriaan hatinya kala itu.

"Mau minum apa?" tawar Mytha sesaat menemui Adi yang tengah duduk manis di sova tamunya.

"Apa aja lah," jawab Adi singkat.

"Bentar yah." Mytha pun berlalu akan membuatkan sirup orange untuk Adi. Namun sebelum itu, ia berganti pakaian terlebih dahulu, menggantungkan seragamnya di belakang pintu kamarnya.

Saat Mytha akan menghidangkan minuman berserta setoples camilan ke ruang tamu, Adi bak ditelan bumi. Mytha hanya melihat ayahnya berdiri di ambang pintu. Entah apa yang dilakukan ayahnya, hingga Adi pulang tak berpamitan padanya.

🍂🍂🍂🍂🍂

Keesokannya di Sekolah, bak disambar petir disiang bolong ketika Mytha meminta penjelasan dari Adi, malah kata perpisahan yang ia dapatkan. Hati Mytha seakan teriris, kedua manik matanya berkaca-kaca. Air mata pun tak kuasa dibendung, menetes membasahi pipi, Mytha pun langsung berlalu meninggalkan Adi.

Bukan kali ini saja peristiwa ini terjadi. Namun, ini sudah kali ketiganya berulang, hingga kini Mytha beranjak dewasa dan sudah bekerja disalah satu perusahaan ternama di kotanya.

 

Mayjen Yuda Mahendra ayah dari Nurulia Mytha Mahendra, seorang pensiunan ABRI yang kini tengah disibukkan dengan bisnis tanaman hias. Berbagai macam tanaman hias berjejer rapi, baik di halaman depan maupun samping rumahnya yang cukup luas.

Disudut halaman samping tampak suatu ruangan, tempat meletakkan berbagai pupuk maupun median tanam, dan berbagai macam alat berkebun.

Pak Yuda berencana menjodohkan putrinya. Menjodohkannya dangan anak teman karibnya sewaktu sama-sama mengenyam pendidikan militer di  Magelang. Tak disangka penempatan tugas mereka pun satu komando, hingga pertemanan mereka berlanjut. Bahkan mereka berada dalam satu kompi dalam batalion yang sama pula. Dari situlah mereka ingin lebih mempererat persahabatan menjadi persaudaraan, dengan menjodohkan kedua anak mereka.

🍂🍂🍂

Cuaca mendung menghiasi langit dipagi ini. Awan pun seperti dipulas abu, mengandung butiran air yang siap menitikkannya ke permukaan bumi. Atmosfer langit yang begitu mendung, seakan seirama dengan perasaan Mytha yang sedang sendu.

"Hmm...." lirih Mytha untuk mengusir sebagian pikitannya, tentang perjodohan yang mengganggunya sedari sore kemarin, lalu menenteng tas kerjanya dan beranjak keluar kamar.

"Myth, ayo sarapan dulu Sayang," ajak Bu Tari saat melihat anaknya keluar dari kamar.

"Iya, Bu." Mytha mulai mendekati meja makan di ruang tengah, yang letaknya berada tak jauh dari kamarnya.

Walau mereka bertiga sarapan bersama, namun tampak asing karena semua saling membisu tak berkata. Hanya terdengar dentingan alunan sendok yang beradu dengan piring. Akhirnya terucap beberap kata dari Mytha, setelah ia  meneguk segelas air untuk mendorong makanan dari kerongkongannya. "Mytha pamit, Bu," kata Mytha sembari mencium punggung tangan Bu Tari.

"Pamit, Yah," lanjut Mytha lirih berpamitan pada ayahnya, masih kesal akan masalah perjodohan yang tak diinginkannya. Mytha pun berlalu, berangkat kerja seperti biasa dengan menggunakan motor maticnya.

Setelah Mytha pergi, sepasang orang tua itu pun mulai berdebat membahas perjodohan anak semata wayangnya.

"Yah, Ayah tak semestinya memaksa Mytha untuk menikah dengan anak teman Ayah itu!" ujar Bu Tari sembari merapikan meja makan.

"Toh yang jalanin Mytha, jadi biar Mytha yang menentukan sediri," lanjut Bu Tari berargumen.

"Hmm... Ayah tak mau Mytha salah pilih, Bu," ucap Pak Yuda setelah menghela nafas penjang, meletakkan sendok yang ia pegang ke atas piring, dan kini serasa enggan menyantapnya kembali, walau isi dalam piring tersebut masih menyisakkan beberapa suapan lagi.

"Ibu keberatan dengan keputusan Ayah?" lanjut tanya Pak Yuda, tak menyangka keputusannya ditentang oleh istrinya.

"Ibu tidak keberatan, Yah. Namun jangan terlalu memaksa Mytha. Biar mereka saling mengenal dulu," jawab Bu Tari bijak sembari mengelus pungung suaminya.

To be continue,

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Haryanti Yulia
Aku juga ngeri loh sama ayahnya Mytha 😱 Ikutin aja Myth, papa kamu pasti nyariin calon yg terbaik buatmu.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status