Share

Ajakan Perangkap Bayu

“Assalamu’alaikum,” salam Mytha tak kala memasuki rumah, namun tak mendapat jawaban. Langkahnya terhenti tatkala mencari ibunya di teras samping, tendengar perbincangan antara ayah dan ibunya.

“Tapi Yah, tak baik memaksakan kehendak anak,” sela Bu Tari kapada suaminya.

“Ayah sudah berjanji sama Pak Teguh, menikahkan anak kita dengan anak beliau. Beliau pernah menolong ayah, ketika terjadi kerusuhan. Ketika ada timah panas hendak menghantam dada Ayah, Pak Teguh lah yang menyelamatkan. Beliau mendorong tubuh ayah hingga lenganya menjadi sasaran empuk timah panas itu,” tutur Pak Yuda bercerita panjang lebar.

“Mamang Pak Teguh berjasa terhadap Ayah, tapi bukan dengan menjodohkan Mytha balasannya Yah. Kasihan Mytha, biar dia memilih jalan hidupnya sendiri.”

“Dengan siapa? Lelaki yang dekat dengannya pun tak berani menghadap, meminta langsung kepadaku,” ujar Pak Yuda dengan nada sedikit meninggi. Perdebatan kecil itu pun membuat sakit hypertemsi Pak Yuda kambuh dan merasakan pening dibagian lepalanya.

“Ayah... Ayah baik-baik saja?” Khawatir Bu Tari melihat sang suami menahan sakit diarea kepalanya, Bu Tari pun memapah Pak Yuda ke kamar. Membaringkan Pak Yuda di ranjang dan menyelimutinya. “Ayah istirahat, jangan terlalu banyak pikiran. Ingat kesehatan Ayah,” lanjut Bu Tari, diakhiri kecupan hangat di kening Pak Yuda.

“Masalah perjodohan itu, biar Mytha yang menentukan dengan siapa Mytha akan berumah tangga. Toh yang ngejalanin Mytha, biar dia yang memilih,” Ucap Bu Tari sesudah mendaratkan kecupannya dan berlalu dengan senyum keluar dari kamar.

Mytha masih berdiam diri dipojok ruangan, ia bingung entah apa yang mau diperbuat. Bayu kekasihnya pun tak bisa menolongnya dari perjodohan ini.

“Ini bukan jaman 'Siti Nurbaya', sekarang sudah jaman 'Layar Terkembang'. Namun harus bagai mana lagi agar perjodohan itu tak terjadi?” pikir Mytha dalam hati

Dengan langkah yang lunglai Mytha menuju kamarnya, langkahnya kembali terhenti oleh sapaan Ibunya. “Dah pulang Myth?”

“Iya, Bu,” jawab Mytha sembari mendekat lalu bersalaman mencium punggung tangan Bu Tari.

“Mytha pamit mandi dulu, Bu,” sela Mytha karena tidak ingin membahas apapun, badannya terasa letih dan pikirannya terasa penuh dengan satu masalah yang besar, yakni perjodohan yang tak diinginkannya.

Rintikan air shower melarutkan kesedihan Mytha, sedih itu seakan terbawa air yang mengalir membasahi tubuhnya. Cukup lama Mytha di dalam kamar mandi, sesekali air matanya tak kuasa dibendung dan ikut mengalir bersama rintikan air shower.

                             🍂🍂🍂

Ponsel Mytha berbunyi, muka yang tadi sendu berubah menjadi memerah karena emosi.

"Hallo Sayang," sapa Bayu di sebrang telepon.

"Mau apa lagi kamu?" jawab Mytha omosi. "Udah berani yah bilang SAYANG," lanjut Mytha, menegaskan kata sayang. Heran karena biasanya Bayu memanggil dirinya hanya dengan menyebutkan nama.

"Jangan gitu dong, Sayang. Aku kangen," rayu Bayu kepada Mytha.

"Oyah, tapi maaf. Namamu dalam hatiku sudah terhapus!"

"Bisa kita ketemuan malam ini? Aku mau ketemu."

"Buat apa?" ketus Mytha.

"Kali ini saja, Aku ingin bertemu. Mungkin ini untuk yang terakhir kali," kata Bayu beralasan, agar Mytha mau percaya dan menemuinya.

"Baiklah, ini untuk terakhir kalinya dan Aku enggan bertemu Kamu lagi!" jawab Mytha dan langsung memutuskan sambungan ponselnya.

Bayu pun tak lama mengirimkan pesan di mana dia ingin bertemu. "Restoran Rembulan?" gumam Mytha dalam hati sembari mengeryit bingung karena tak biasanya diajak ketempat formal macam itu.

"Bukannya Resto Rembulan itu hotel? mau ngapain dia ngajak gue kesana?" pikir Mytha akan pesan dari Bayu.

Lama Mytha dalam kebimbangan antara menerima ajakan dari Bayu atau mengabaikannya. "Apa yang ia rencanakan? Ah, gak mungin. Bilang sayang aja dia takut, gak mungkin dia macam-macam denganku," ucap Mytha bermonolog dalam batin.

Malam itu pun Mytha pergi menerima ajakan dari Bayu. Mytha berpamitan kepada Ibunya dengan alasan diajak makan malam oleh keluarga Uci, sehingga Bu Tari pun mengijinkan.

Keluarga Uci dan Mytha sudah lumayan akrab, dari SD sampai Universitas mereka selalu bareng dan kini bekerja pun mereka dalam satu divisi di perusahaan yang sama pula.

Sesaat memasuki restoran, Mytha dihampiri pelayan dan menanyakan sudah pesan kursi atau belum. Saat Mytha akan menjawab terhenti tatkala Bayu menghampirinya.

"Ayo, Sayang." Bayu menggandeng tangan Mytha menuju kursi tempat mereka duduk.

Terlihat romantis, kursi dekat tembok kaca, hingga dapat melihat suasana taman restoran. Taman yang menyajikkan kerlap-kerlip lampu disekitar kolam, ditengahnya nampak cipratan air keluar dari pancuran patung.

Pancuran patung berbentuk seorang ibu yang sedang menuangkan kendi berisi air kedalam kolam ikan. Seakan terlihat patung sang ibu sedang mengisi air dalam kolam tersebut. Mytha cukup terhanyut dalam suasana yang cukup romantis itu.

"Ayo, dimakan. Aku pesankan khusus untukmu malam ini," ucap Bayu setelah pramusaji menyajikan makanan di atas mejanya.

Tak disangka Devan berkunjung kesalah satu anak perusahaannya yakni di Hotel Rembulan, tak sengaja pula melihat Mytha sang pujaan hatinya bersama lelaki lain. Walau hatinya hancur namun Devan masih saja memperhatikan Mytha dari jauh.

"Tuan, acara sudah selesai. Mari kita pulang," ajak Rio sebagai asisten pribadi Devan.

"Lo duluan aja, gue masih ada urusan," jawab Devan yang ingin menganggap Rio sang asisten sebagai sahabatnya, dan masih memperhatikan Mytha.

Walaupun Mytha bersikap acuh namun tak dipungkiri Mytha masih menyimpan rasa dan mulai terbuai oleh rayuan Bayu. "Maaf, gue mau kebelakang sebentar," pamit Mytha.

Saat Mytha beranjak dan berlalu ke toilet, Bayu dengan sengaja memasukkan obat ke dalam gelas minuman Mytha. Dua tablet obat dimasukkan Bayu, semacam obat perangsang dan obat teler atau memabukkan. Senyum sinis pun ditampakkannya setelah melihat obat tersebut sudah terlarut menyatu dengan segelas jus jambu kesukaan Mytha.

Devan yang menyaksikan itu ingin menghentikan namun ditahannya, Devan ingin tahu sejauh mana Bayu bermain dalam aksinya.

"Kenapa Bayu begitu romantis malam ini, andaikan dari dulu kau begitu," gumam Mytha di toilet. "Hmm... Namun kau terlambat, Yu," lanjut kata Mytha sambil menghembuskan nafas panjang. Bimbang akan suasana hatinya malam ini.

Saat kembali Mytha dan mulai duduk, ia seakan disuruh Bayu untuk minum, meminum minuman yang telah dicampuri dua tablet obat tadi.

"Gerah yah Myth, yuk bersulang," ajak Bayu  sembari mengangkat gelasnya. "Ayo donk, sebagai salam persahabatan kita," pinta Bayu untuk bersulang, menginginkan Mytha agar cepat meminum ramuan itu.

"Baiklah." Mytha pun mulai mengangkat gelasnya, bunyi senggolan gelas merekapun membuat Bayu tersenyum.

Senyum miring dan sorot mata Bayu yang mengandung kebencianpun mulai diperlihatkannya. "Ayo, minum lagi. Untuk persahabatan kita," ajak Bayu lagi agar Mytha menghabiskan minumannya.

Tak lama kemudian,

"Aduh, ko gue pusing Yu," ucap Mytha sembari memijit pelipisnya.

"Rasakan Myth, Kau akan kumiliki selamanya. Aku cinta padamu Myth, namun kau tak mengerti diriku," ungkap Bayu. "Kau bilang Aku pengecut, Kau menghinaku, kini kau dalam genggamanku," lanjut Bayu namun Mytha tak mendengarnya, karena sudah dalam keadaan setengah sadar.

Bayu mulai memapah Mytha yang sedang nge-fly tak sadarkan diri. Kamar hotel pun sudah dipesan Bayu, sedemikian rupa rencana Bayu nampak tertata rapi.

to be continue

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status