Jantung Mytha berdetak kencang menunggu hasil yang akan ditunjukkan alat itu. Cukup lama Mytha memperhatikan garis merah dalam test pack, setelah menunggu hampir seperempat jam, Mytha melihat hasil yang ditunjukkan oleh alat yang ia beli tadi.
Mytha membuang nafas panjang, sedikit lega akan hasil yang ditunjukkan test-pack itu, yakni hanya tertera satu garis merah, menandakan si pengguna dalam keadaan tidak mengandung. Ujung bibirnya spontan ditarik keatas, tersenyum karena kekhawatirannya sudah terlewati.
Namun tak berselang lama senyum Mytha kembali dikulumnya, terfikir apakah ada yang menerrima dirinya, dirinya yang sudah tak perawan lagi. Air matanya seketika menetes membasahi pipi, menyesai dan meratapi nasibnya.
Segayung air disiramnya dari atas kepala Mytha, berharap semua masalahnya turut terbawa aliran air, benda cair itu akan menuju lubang kecil di kamar mandi, dan entah kemana tujuan akhir air itu berlabuh.
Cukup lama Mytha berkutat di kama
"Myth, rese lo yah. Kemarin gue telepon malah langsung dimatiin," ucap Uci sembari menjitak pelan kepala Mytha, tatkala berjumpa di parkiran kantor, saat akan mulai masuk kantor."Aawww... sakit tau!" Mytha sembari mengelus kepalanya yang kena jitakan Uci. "Lagian lo nyerocos aja kaya nenek-nenek bawel," lanjut Mytha sembari menjulurkan lidah pada Uci. Wajah yang sumringah tatkala meledek Uci langsung berubah 180° menjadi muram, saat menyadari Devan memperhatikan dirinya.Devan yang kebetulan datang sesudahnya, dan berada ditempat parkir yang sama, memperhatikan tingkah Mytha dan sahabatnya sembari tersenyum. Namun saat akan menghampiri Mytha diurungkannya ketika melihat ekspresi wajah Mytha yang menghindar darinya."Yuh, ah Ci," Mytha menggandeng Uci dan berjalan dengan langkah yang cukup cepat saat berpapasan melewati Devan."Pagi Pak," sapa Uci ketika melewati Devan walaupun sambil melangkah karena digandeng Mytha. Sedangkan Mytha terus melaju tanpa
Karena terburu-burunya Mytha, ia menabrak Rio yang sedang merapikan jas kantornya tatkala baru keluar dari toilet. Rasa mualnya yang tak tertahankan, hingga ia memuntahkan sebagian isi dalam lambungnya pada jas yang dikenakkan Rio."Maaf,” sesal Mytha. serambi membersihkan jas Rio yang terkena muntahannya."Ngak papa Nona," jawab Rio sopan. "Biar saya bersihkan sendiri," lanjut Rio untuk menghentikan Mytha membersihkan jas-nya, yang hanya menambah kotor jas kantornya.Rio pun beranjak menuju wastafel yang berada diluar toilet, dan mulai melepas jasnya dan mengalirkan air kran tuk membersihkan sisa muntahan tersebut.Mytha yang tak enak hati mengikuti Rio dan memperhatikannya, namun tak lama rasa mual dari dalam perutnya pun kambuh lagi. Kedua manik Mytha terbentuk bulat sempurna, terbelelak sembari menutup mulutnya dengan salah satu telapak tangannya, lalu dengan langkah cepat beranjak menuju dalam toilet.Mytha memuntahkan sisa makanan dalam lamb
Sebuah mobil Ayla masuk ke halaman rumah Mytha dan mulai terparkir disana."Assalamu'alaikum," ucapan salam Rio setelah mengetuk pintu rumah Mytha."Wa'alaikumsalam," jawab Pak Yuda yang sedang membaca koran di ruang tengah mendengar salam dari Rio. Pak Yuda pun membuka pintu, mempersilahkan Rio masuk dan duduk di sova ruang tamunya.Roi pun menceritakan bahwa dirinya teman sekantor Mytha yang kemarin mengantarnya pulang. Karena teringat motor Mytha masih di kantor, ia pun berinisiatif menjemput Mytha."O, gt. Tunggu sebentar yah. Tak panggilkan Mytha," tutut Pak Yuda memanggil anak gadisnya tuk segera berangkat.Pak Yuda dengan wajah sumringah memberitahu Mytha bahwa ada teman sekantornya. Mytha yang sedang menikmati sarapannya pun berlalu menuju ruang tamu."Siapa Yah?" tanya Bu Tari penasaran, apa lagi dengan wajah Pak Yuda yang sumringah."Itu temen Mytha. yang kemarin nganter anak kita pulang, pas pulang sakit itu," jawab Pak Yuda. "Bar
Rio pergi dengan wajah sedikit kesal, pasalnya ingin menghabiskan waktu istirahat dengan Mytha sambil PDKT padanya. Mumpung Devan ada perlu dengan keluarganya entah membahas masalah apa hingga ia tak diijinkan turut serta, walaupun dia asisten pribadinya.Saat Rio hendak menuju lift, ia bertemu Devan dengan wajah yang kusam seperti dirinya. Mereka pun saling menumpahkan isi hati didalam lift."Sudah selesai urusan dengan keluarga Tuan?" tanya Rio, seakan tahu Devan sedang tak baik hati."Urusan apa? Gue disuruh jemput orang dari bandara," jawab Devan kesal, ia mengira ada hal penting apa hingga sang papah meminta dirinya untuk pulang ke rumah dulu sebelum menyuruhnya menjemput seseorang di bandara."Btw dah makan belum?""Belum Tuan.""Kamu ini masih aja rikuh ama gue? Gue juga tadinya orang biasa kaya lo, cuman Mamah gue aja yang bernasib baik nikah ma pemilik perusahaan ini," cerita Devan agar Rio tak sungkan dengan dirinya, karena Rio kadang ma
Mytha dengan seksama memandang Devan yang kini tengah emosi. Bukannya takut akan meledaknya marah Devan, Mytha malah senyum-senyum teringat pertemuan dirinya dengan Devan. "Apa benar dia pria yang bantu memapahku ke toilet saat acara wisuda dahulu?" tutur batin Mytha mengingat akan kenangan saat pertemuannya dengan Devan tempo wisuda lalu.Lama Mytha memandang hingga Devan yang tengah emosi pun canggung akan tatapan Mytha terhadapnya. "Apa lo liat-liat," ucap Devan menutupi rasa canggungnya."Gak papa." Mytha membetulkan duduknya menghadap depan dan memalingkan wajahnya yang sedari tadi memandang kagum wajah Devan."Eh, maap sebelumnya loh. jangan marah ya," ucap Mytha sebelum mengungkapkan seauatu yang mungkin kurang sopan."Iya, apa?" Devan dengan juteknya."Dulu, gue liat lo kucel dan berambut panjang pokoknya nggak banget dah. Sekarang beda hampir 135°, makanya gue gak kenal lo. Lagian seka
"Gimana loe mau jadi pacar gue?" tutur Devan sembari memandang kedua bola mata Mytha."Lo gak usah khawatir, gue kaga hamil jadi lo gak usah tanggung jawab. Masalah mahkota gue yang lo ambil anggep aja gue lagi apes, toh sekarang banyak gadis tak perawan. Disini metropolitan, gak kaya di desa yang masih pada terjaga para gadisnya," ucap Mytha sinis menjawab pertanyaan Devan."Liat gue! Gue berniat baik dan mau bertanggung," lanjut ucap Devan bersungguh-sungguh.Kaki mungil Mytha beranjak dari tempat duduknya karena enggan membahas masalah keterikatan, lagian Mytha juga belum ada rasa sama sekali terhadap Devan. "Aku mau pulang!" ujar Mytha."Biar aku yang anter.""Gak, usah!" bentak Mytha "Maaf, balik aja ke kantor. Motorku disana," lanjut Mytha dengan nada menyesal karena sudah membentak.Setengah perjalanan menuju kantor suasana didalam mobil masih tegang dan mereka saling dia
"Beri aku waktu dan kesempatan agar bisa membuat lo suka sama gue"Perkataan Devan itu serasa menggema ditelinga Mytha, hingga dirinya sulit terpejam walau malam telah larut. Sudut bibirnya sedikit ditarik, tersenyum dalam benaknya ada sedikit kekaguman Mytha terhadap Devan. Disamping dia berani bertanggung jawab akan perbuatannya walaupun semua itu tak sepenuhnya dia yang salah, juga dirinya mengakui akan kesetiaan Devan yang masih mengingat dirinya dengan menyimpan high heels yang sudah dibuangnya.Lamunannya terbuyarkan dengan suara ponsel, dengan nada dering yang menandakan ada sebuah pesan masuk.📱"Belum tidur?" suatu pesan dengan nomor sama yang mengajaknya bertemu di kantin kantor.📱"Pak Rio tau dari mana nomorku?" Mytha seakan tahu nomor asing yang belum disimpan dalam kontaknya adalah Rio.📱"Loh, bukannya dirimu sendiri yang ngasih tau?"Mytha baru teringat bahwa dir
"Ada yang ingin Bapak bicarakan padamu, Le,""Iya, Pak. Ada apa?""Umur kamu sudah kepala 3 loh, Le,"Belum Pak Bagyo melanjutkan perkataanya, Rio sudah mengerti jelas maksud tujuan yang akan diutarakan bapaknya dan berucap "Ehmm... klo dah nyangkut masalah umur pasti Bapak nanyain jodoh. Rio juga lagi nyari Pak, tenang aja,""Kamu dari dulu bilangnya nyari-nyari aja tapi sampai sekarang masih aja sendiri" cela Bu Ita sembari mengantarkan kopi untuk suaminya. Setelah meletakkan dua cangkir kopi untuk keduan lelakinya dan sepiring pisang rebus yang masih panas, Bu Tari pun berdiri disamping suaminya sembari masih memegang nampan."Tapi kali ini Rio dah nemuin wanita yang cocok buat pendamping, Bu,""Bawa kesini, Ibu ingin kenalan,""Loh, nanti toh Bu. Kan lagi masa penjajakan,""Kamu alasan saja," ucap Bu Ita dan berlalu masuk kedalam rumah.