Share

3. Raja Iblis Datang

Setelah kepergian dua makhluk yang mengaku dan diduga sebagai iblis itu, Wu Mei Xiang menggali beberapa ingatannya beberapa waktu lalu---sebelum dia tiba di sini, tempat aneh dan menyeramkan juga dingin.

Dia mengira-ngira kalau kematiannya seharusnya tepat sekitar lima jam yang lalu. Lalu, di alam mana dia sekarang berada? Kalau bukan neraka apakah dia terjebak di alam lain karena dosanya terlalu banyak? Atau dewa bingung harus memasukkan dia ke neraka bagian mana karena Wu Mei Xiang tidak pernah berharap dirinya masuk surga.

“Aku hanya makhluk keji dan penjahat, bagaimana bisa mengharapkan surga?” pikir Wu Mei Xiang menertawakan nasibnya. Neraka yang dia pikirkan itu tak muncul juga sampai sekarang.

Laboratorium milik dia bekerja merupakan uji coba nuklir yang terbesar di China, bahkan dunia. Beberapa tahun terakhir ini dunia modern berlomba-lomba melakukan penelitian dan mengembakna nuklir.

Selama beberapa tahun Wu Mei Xiang menjadi penggila sains, akhrinya mendapatkan hasil yang memuaskan. Tak disangka, nasib dan keadaan berkata lain. Wu Mei Xiang malah mati sebelum bisa memamerkan hasil penelitiannya kepada dunia.

“Apa bagusnya terkenal tanpa dikenal.”

Wu Mei Xiang berbicara sendiri seolah dia tengah memarahi nasibnya yang aneh itu.

Dunia sedang kalut dalam pertempuran dan peperangan antar bangsa. Negara melawan negara, kerajaan turut andil dan sebagai dampaknya, anak-anak banyak menjadi yatim piatu dan tuna wisma. Yang terparah adalah kelaparan. Beberapa di antara mereka bisa saling memakan karena tak ada lagi makanan.

Begitulah dunia dengan segala kekejamannya. Semua hanya ingin hidup dan berjuang hidup walau harus membunuh manusia lainnya. Hukum rimba kembali berlaku---yang kuat memakan yang lemah.

Wu Mei Xiang dijanjikan oleh pemilik laboratorium yang merupakan penjual senjata terbesar di dunia akan mengakhiri perang dan memberikan kedamaian jika dia berhasil menciptakan senjata nuklir terbesar yang bisa mengubah manusia dan partikel lainnya menjadi debu.

Alasannya, untuk memusnahkan penjahat. Siapa sangka kalau semua itu hanya janji belaka? Wu Mei Xiang kini berada di alam antah-berantah, alam iblis atau alam gaib, dia tidak tahu.

Siapa yang tahu apa yang akan manusia itu lakukan dengan mahakarya Wu Mei Xiang? Gadis ini hanya bisa meratapi nasibnya sekarang. Siapa yang mau menolong dia? Jangankan menolong dunia seperti mimpinya, sekarang dia bahkan sudah tak bisa menolong dirinya sendiri.

"Sialan! Aku tidak boleh berlama-lama di sini. Bagaimanapun juga nuklir itu buatanku, bagaimana kalau mereka benar-benar memusnahkan bumi?"

Wu Mei Xiang semakin kalut dan terus berbicara pada dirinya sendiri. Beberapa tahun lalu, dia juga ditipu oleh boss-nya dan nuklir buatannya berhasil memusnahkan dua pulau besar dalam hitungan detik. Setelah semua berhasil dan tinggal mewujudkan mimpi tersebut, putra pemilik perusahaan malah melakukan pengkhiatan dengan kekasihnya.

"Terkutuklah aku!" rutuk Wu Mei Xiang pada dirinya sendiri. Dia memang sudah sejak lama merasa kepandaian dan segala bakatnya akan menjadi bencana suatu hari kelak.

Dia merasa sangat wajar jika dia mati karena kebodohannya, tetapi dia juga merasa heran mengapa dia malah menjadi iblis?

Apakah ini ilusi atau kenyataan? Dia pernah mendengar cerita bahwa orang yang meninggal, mungkin akan dibawa ke neraka terlebih dahulu sebelum diangkat ke surga.

"Persetan dengan semua cerita itu!" gumamnya dengan nada yang lirih.

Dia bahkan, tak pernah memikirkan surga adalah tempatnya. Neraka mungkin lebih cocok karena kebodohannya dia sudah mematikan dan membunuh begitu banyak orang tidak berdosa.

Mungkin, karena itulah dia terkutuk dan menjadi iblis rendahan. Dia terus memikirkan banyak hal dan mulai menerka dan menduga dia di mana dan bagaimana caranya bisa keluar dari sini.

"Apa yang membuatmu begitu gusar?"

Suara seseorang membuatnya bangun dari lamunannya. Suara itu sangat lembut juga maskulin, ada getaran aneh yang gadis itu rasakan ketika langkah kaki seseorang mulai mendekat.

"Ka-kau?!" teriak Wu Mei Xiang dengan nada sedikit gemetar. Dia mengenal siapa pria ini. Berkali-kali muncul dalam mimpinya, bahkan tak sengaja pria ini sudah menolongnya berkali-kali. Entah itu disengaja.

"Beraninya kau memanggilnya begitu?!" Xiong Fan, makhluk menyebalkan itu ternyata ada di sana juga.

Seseorang yang dipanggil 'kau' oleh Wu Mei Xiang memberikan kode dengan mengangkat tangannya. Pei Ming terdiam dan tampak patuh dengan lelaki itu.

Pria itu mengenakan pakaian merah, rambutnya panjang berombak, matanya indah, bibir yang sempurna. Tinggi badannya kira-kira 191 sentimeter dan tubuhnya terlihat atletis sempurna. Bahkan, ketika dia mengenakan pakaiannya masih terlihat ada garis-garis otot perutnya, entah itu enam atau delapan pack.

Wu Mei Xiang yang hanya 169 sentimeter harus mendongak untuk menatap wajah pria itu.

"Sepertinya dia ini tuan mereka. Kesempatan bagus untukku," ucap Wu Mei Xiang dalam hatinya. Gadis itu segera mengubah strategi untuk menggoda raja iblis agar bisa lepas dari sana.

Dia tersenyum dan menatap lelaki itu dengan wajah hendak menggoda. Menggoda dalam artian membuat masalah.

"Halo, Cheng Li!" sapa Wu Mei Xiang terkikik sengaja dibuat-buat. Dia memang tidak terlalu berbakat dalam hal menggoda pria, tetapi bukan berarti dia tidak bisa. Wu Mei Xiang adalah pembelajar yang baik dan berbakat. Dengan IQ-nya yang tinggi dia bisa melakukan apa saja asalkan ada niat.

"Kau!!!" teriak Xiong Fan dan Xiong Hai serentak. Keduanya terkejut karena keberanian gadis itu memanggil nama raja iblis, bahkan dengan nama lahirnya bukan nama kehormatan. Namun, mereka berdua tidak tahu harus memulai dari mana untuk menjelaskan kondisi itu.

"Aiyo, kalian kenapa, sih? Apa ucapanku salah? Ingatanku memang sangat buruk untuk hal tidak penting. Namun, aku sangat yakin untuk yang satu ini. Dia memang Cheng Li," ucap Wu Mei Xiang tanpa peduli eskpresi Xiong Fan yang tampak bagai hendak meluluhlantakkan wajah Wu Mei Xiang sampai menjadi debu.

“Kau tidak boleh menyebut tuan begitu!” teriak Xiong Fan agak terkejut dan juga marah.

"Benar-benar tidak takut mati!" ucap Xiong Hai dengan nada dingin.

"Aku sudah pernah mati, dan kematian paling mengerikan adalah kau berpikir bahwa kau mati. Namun, coba lihat! Nah, sekarang aku di sini. Aku tidak jadi mati. Semua keinginanku sia-sia. Lalu mengapa aku harus takut mati? Aku malah lebih takut hidup terus dan terpaksa menjalani siksaan tiada akhir ini," kata Wu Mei Xiang sepenuhnya jujur. Hanya saja, caranya mengatakan itu sungguh seperti menabuh genderang perang.

"Kau bisa tutup mulutmu kalau tidak mau mati dua kali!" Xiong Fan berteriak semakin kesal mendengar segala omong kosong Wu Mei Xiang.

"Biarkan dia," ucap Cheng Li dengan tenang.

Dua iblis bersaudara itu kembali bingung karena biasanya Cheng Li, tuan mereka sudah pasti marah diperlakukan tidak sopan. Namun, kenapa dengan gadis ini dia tidak marah, bahkan terlihat senang?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status