Share

Pembalasan

Ketika lo menyulut api ke gue, maka yang gue lakuin lempar bensin ke apinya. 

-Reyana Stronghold-

"

Gavin, hidung lo." Mata Reya melebar ketika melihat darah segar mengalir dari kedua hidung Gavin.

Emosi Reya semakin menggebu-gebu, ia menatap tajam cewek di depannya. "Ini semua gara-gara lo nenek lampir!" Telunjuknya menunjuk-nunjuk cewek itu.

"Gue? Enak aja, lo yang nonjok. Kenapa jadi gue yang disalahin? Dasar nenek sihir!" Cewek itu menepis tangan Reya.

"Wah kurang ajar ngatain gue nenek sihir, berani lo?!" tantang Reya, menggulung bajunya sampai bahu.

"Berani sama-sama makan nasi, kecuali lo makannya sajen baru gue takut," cibir cewek di depan Reya.

"Fuck!" umpat Reya, tangannya sudah gemas ingin merontokkan rambut cewek itu dan baku hantam kembali terjadi.

Tapi semua itu tak berlangsung lama karena suara lantang menginterupsi semua orang yang ada di kantin, termasuk Reya dan cewek itu yang menghentikan aksi jambak-jambakan dan menoleh secara bersamaan ke sumber suara.

"REYANA STRONGHOLD!!"

"RIKA BRAMANTIYO!!"

Reya meringis ketika matanya melihat ke arah pintu, di mana seorang perempuan berbadan gemuk tengah menatapnya dengan tajam. Setajam silet!

Dia, guru BK super killer. Namanya bu Siwi, badannya gemuk, kepalanya bulat sampai lehernya tak terlihat ditambah kaca mata bulat besar bertengger di hidungnya. Reya selalu menyebutnya mrs. Puff, Yups bu Siwi mirip mrs. Puff yang ada di Spongebob.

Jadi, bisa kalian bayangkan sendiri seperti apa wujud bu Siwi.

"Aaa ... aduh, sakit Bu," cicit Reya ketika bu Siwi menjewer telinganya.

"Sakit Bu, lepasin. Saya gak salah Bu, tapi dia!" Reya mendengus saat Rika menunjuk dirinya.

"Eh, remahan batu akik. Bukannya lo dulu yang mulai, mulut lo udah kaya lambe turah ngomongin orang tapi gak ngaca diri sendiri," tukas Reya, membalas tatapan tajam Rika.

"Apa lo bilang? Remahan batu akik? Lo bubuk micin, lo yang nyiram gue pake jus jeruk duluan peak!" balas Rika tak kalah sengit.

"Lo kutil badak!"

"Lo kutil manak!"

"Lo!"

"Elo!"

"Diaaaam!!" teriak bu Siwi, pusing mendengar perdebatan Reya dan Siwi yang saling menyerang. "Kalian berdua ikut saya ke ruang BK."

Reya hanya bisa pasrah ketika bu Siwi menyeretnya ke BK, ruang pesakitan di mana ia akan diadili dan bu Siwi sebagai algojonya. Sepanjang perjalanan, Reya dan Rika masih saling melototi satu sama lain. Seandainya Reya punya ilmu membunuh tanpa menyentuh, maka sudah Reya pastikan Rika orang pertama yang akan Reya jadikan kelinci percobaan.

Pada akhirnya di sinilah Reya berakhir, berdiri di depan tiang bendera dengan posisi hormat ketika matahari sedang panas-panasnya. Terik matahari menyengat kulit putihnya, membuat pipi Reya memerah.

Bu Siwi memang gak tanggung-tanggung memberikan hukuman. Sudah dua jam berlalu Reya berdiri, kakinya mulai pegal dan gemetar ditambah keringat bercucuran dari dahinya.

"Ini semua gara-gara lo!" celetuk Rika yang berdiri di dekatnya.

"Gue? Gak salah? Kalau lo bisa jaga mulut lo yang ember itu mungkin ini semua gak bakal terjadi, makanya punya mulut dizakatin," gerutu Reya.

"Eh, cewek gila. Jelas-jelas lo yang dateng ke meja gue dan siram gue pake jus jeruk, mau ngelak terus hah?" Rika menolehkan kepalanya ke Reya.

Reya mendecih, tersenyum sinis. "Berisik lo, telinga gue gatel dengernya."

Reya memutar bola matanya, ia tak lagi menggubris Rika yang terus mengumpat dan mencaci makinya. Kepala Reya tiba-tiba pusing mendengarkan gerutuan Rika yang tak ada ujungnya, pandangannya juga mengabur. Ia berusaha menggelengkan kepala, menepis rasa sakit yang tiba-tiba mendera. Kaki Reya gemetaran tapi ia masih memaksakan untuk tetap bisa berdiri.

"Heh, lo dengerin  gue gak si?" Rika menoel bahu Reya, kesal karena merasa diacuhkan. Tapi yang terjadi Reya justru tumbang, mata Rika mengerjap berulang kali. Padahal ia merasa tidak begitu kencang menoelnya.

"Reya!" pekik Gavin yang kebetulan melintas dan melihat Reya terjatuh tak sadarkan diri. 

——————

Reya terbangun saat mencium aroma menyengat masuk ke indera penciuman. Matanya perlahan terbuka, Reya mengerang memegangi kepalanya yang masih berdenyut.

"Gue di mana?" tanya Reya yang belum sepenuhnya sadar, ia bangun mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

"UKS," jawab Gavin.

"UKS?" beo Reya. "Terus lo ngapain di sini?" Reya menoleh, menatap Gavin yang duduk di samping bankar.

"Menurut lo?" Gavin mendengus, memalingkan wajahnya.

Reya terdiam, mencoba mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Ingatannya berputar pada keributan di kantin dan berakhir saat dirinya di hukum bu Siwi di lapangan.

"Dasar nenek lampir gak ada ahlak!" umpat Reya, kesal setengah mati dengan bu Siwi yang memberikan hukuman tak manusiawi. Bayangkan saja dirinya di jemur di lapangan saat matahari tepat berada di atasnya. "Gavin," panggil Reya.

"Apa?" Gavin mengangkat wajahnya, menaikkan sebelah alisnya.

"Mana kunci mobil lo?"

Gavin mengernyitkan dahi. "Kunci mobil?" Reya mengangguk. "Gak ada," jawabnya, Gavin punya firasat buruk kalau  Reya pasti merencanakan sesuatu.

"Isssh, mana. Pelit banget si lo, gue cuma mau minjem," tukas Reya, memanyunkan bibirnya.

"Gak, gak ada. Lo udah mendingan kan? Mending lo balik ke kelas." Gavin beranjak berdiri, memutar tubuhnya hendak melangkah keluar tapi dengan cepat Reya menarik lengan Gavin.

Gavin yang lengah jelas tertarik ke belakang, tubuhnya berputar dan kakinya hilang keseimbangan. Gavin melotot ketika tubuhnya terjatuh ke atas bankar tepat berada di atas Reya.

"Lo ...!" pekik Gavin. Matanya bersitatap dengan kedua mata Reya.

"Kunci," pinta Reya, memamerkan puppy eyes miliknya.

Astaga!

Gavin tak habis pikir, dalam keadaan seperti ini Reya masih sempat-sempatnya meminta kunci mobil. Padahal mereka dalam posisi yang tidak memungkinkan. 

"Dasar sinting!" Gavin mendorong tangan Reya, ia segera bangun.

"Gavin," rengek Reya, menarik-narik tangan Gavin.

"Apaan si lo?" Gavin mendengus, menepis tangan Reya dari pergelangan tangannya.

Reya cemberut, ia memutar otak bagaimana caranya mendapatkan kunci mobil Gavin. Tidak, Reya tidak berniat kabur. Tapi ia sudah punya rencana bagaimana membalas perbuatan Rika dan bu Siwi.

Mata Reya melirik ke kantong saku celana Gavin. Reya yakin jika kunci mobilnya ada di sana. "Gavin," panggil Reya.

"Apa lagi?" Gavin yang sudah akan keluar mengurungkannya, ia berbalik menghadap Reya yang sudah berdiri di depannya.

Reya tersenyum tipis, melangkah maju ke depan Gavin, memangkas jarak keduanya. Gavin terdiam, ia belum menyadari apa yang akan Reya lakukan.

"Reya!" pekik Gavin, ketika Reya dengan tiba-tiba meraba-raba saku celananya. "Lo ngapain?" Gavin berontak, berusaha menghindar tapi Reya menahannya.

"Diem," kata Reya, tangannya merogoh saku  celana Gavin. "Yess dapet, gue pinjem dulu ya!" teriak Reya yang langsung kabur setelah berhasil mendapatkan kunci mobil Gavin.

"Woy, Reya balikin!" Gavin mengembuskan napas kasar, mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Bisa gila caranya begini, menghadapi tingkah Reya. "Reya sialan!" umpat Gavin, ia berlari mengejar Reya yang sudah jauh dan sialnya Gavin kehilangan  jejak Reya.

Kebetulan KBM jam terakhir tengah berlangsung, Reya mengendap-endap ke parkiran. Ia langsung menuju ke mobil Gavin yang terparkir di ujung. Reya mengambil kunci pas yang ada di bagasi mobil Gavin.

Reya celingukan memastikan keadaan aman, ia mengendap-endap lagi ke barisan motor. Reya menyeringai saat melihat motor Rika dan bu Siwi yang kebetulan berjajaran karena parkiran siswa dan guru memang dijadikan satu.

"Mampus lo, dorong-dorong deh." Reya cekikikan, ia tersenyum puas setelah mencopot ban belakang motor Rika dan bu Siwi.

Gavin mengumpat dalam hati, ia sudah berlarian ke parkiran dan tak mendapati Reya. Ke mana sebenarnya cewek itu? Baru saja Gavin akan melangkah kembali ke kelas tiba-tiba ia ditabrak seseorang dan orang itu Reya.

"Dari mana lo?" tanya Gavin dengan wajah tampak kesal.

Reya yang awalnya terkejut langsung meringis, meraih tangan Gavin dan memberikan kunci mobilnya. "Nih gue balikin, bentar lagi kan bel jadi gue mau ke kelas ambil tas terus kita langsung pulang deh."

"Pulang?" Gavin menaikkan sebelah alisnya, menatap Reya penuh curiga. "Tumben, biasanya lo main kucing-kucingan dulu buat bisa kabur dari gue."

Reya mendengus, menelan kegondokannya karena Gavin yang bawel. Tapi dengan cepat ia merubah ekspresinya jadi tersenyum. "Kan gue gak mau bikin bodyguard gue kewalahan." Reya menarik dasi Gavin, merapikannya. "Sampai ketemu di parkiran," ucap Reya sebelum berlari menuju kelasnya.

Gavin melongo, sepertinya sebentar lagi ia akan benar-benar gila. Gavin mengacak-ngacak rambutnya dan segera berbalik ke kelas karena sebentar lagi bel pulang.

—————

Remi menyikut lengan Michael membuat cowok itu memekik dan melemparkan tatapan tajamnya ke Remi. "Lo ...!"

"Si Reya kenapa?" Remi mengedikkan dagunya ke Reya yang berjalan di depan mereka sembari bersenandung.

Michael yang awalnya ingin melahap Remi hidup-hidup mengurungkan niatnya dan mengalihkan pandangannya ke Reya. Benar, Reya tampak aneh sejak kembali dari UKS. Dia terus cekikikan sendiri seperti kuntilanak.

"Kayanya kesurupan," bisik Michael.

"Siapa kesurupan?" celetuk Cakra yang berjalan di belakang Remi dan Michael.

Suara Cakra yang lantang sontak saja membuat yang lainnya ikut berhenti termasuk Reya, ia berbalik menatap teman-temannya. "Siapa yang kesurupan?" tanya Reya.

Remi melototi Cakra, merutuki mulut Cakra yang ember. Sementara Michael meringis, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Em, anu ...." Michael bingung harus beralibi apa, mana mungkin ia bilang kalau yang sedang dibicarakan itu Reya. Bisa habis dirinya jadi samsak cewek bar-bar itu.

"Siapa yang  kesurupan Mail?" ulang Reya.

"Tetangga gue," jawab Remi spontan.

"Iya, bener tetangganya si Rembo," sahut Michael membenarkan.

"Betul, betul, betul," tambah Cakra.

Reya memicingkan matanya, menatap curiga. Entah kenapa ia tak percaya dengan jawaban mereka.

"Reya." Panggilan itu menginterupsi Reya ia berbalik dan mendengus saat melihat Alvaro dan Gavin sedang berjalan menuruni tangga.

"Bodyguard lo udah dateng, kita duluan ya," kata Ricky menepuk bahu Reya dan berjalan lebih dulu menyeret Candra bersamanya.

"Duluan Re!" teriak Candra, melambaikan tangannya.

Entah kenapa Reya merasa akhir-akhir ini Ricky mulai menjauh darinya, semenjak ada Gavin yang selalu mengantar jemput. Tapi Reya selalu menepis perasaan itu dan menyangkal semuanya. Ia pikir itu hanya perasaannya saja.

"Dah eaaa!!!" teriak Michael sembari berlarian mengejar teman-temannya. Reya menatap punggung teman-temannya yang mulai menjauh.

"Ayo, pulang. Hari ini gue nebeng kalian oke," ucap Alvaro merangkul Reya dan Gavin.

Reya memutar bola matanya, mengabaikan Alvaro yang terus berceloteh. Sesampainya di parkiran Reya segera masuk ke mobil diikuti Gavin dan Alvaro yang duduk di bangku belakang.

Gavin sudah menyalakan mesin mobilnya tapi Reya menahan tangan Gavin saat ia akan menarik persneling.

"Bentar," kata Reya.

"Tunggu apalagi si Re, gue udah laper nih," gerutu Alvaro.

"Berisik lo, mending pulang sendiri sono!" tukas Reya.

Gavin tak berkomentar, ia diam saja membiarkan Alvaro dan Reya berdebat. Reya tak lagi menggubris Alvaro ketika matanya melihat target yang ia tunggu sejak tadi.

Rika yang sedang berjalan dengan teman-temannya, cewek itu tengah tertawa terbahak-bahak. Melihat hal itu dalam hati Reya tertawa sinis, lihat saja sebentar lagi tawa itu akan berganti dengan tangisan dan benar saja Rika melongo ketika sampai di parkiran.

"BAN MOTOR GUE MANA?" teriaknya, ia hampir mau menangis melihat ban belakang motornya hilang.

Bukan hanya Rika, bu Siwi yang baru datang pun terkejut melihat ban motornya ikutan hilang. "SIAPA YANG AMBIL BAN MOTOR SAYA?!" teriaknya.

"Itu ban motor lo sama bu Siwi bukan si Rik?" Selin menunjuk ke atas pohon, di mana dua ban motor tergantung tali tambang di sana.

Mata Rika dan bu Siwi melotot, keduanya sontak berteriak bersamaan.

Reya sendiri tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya, ia sangat puas melihat wajah Rika dan bu Siwi yang tampak mengenaskan.

Berani menyulut api ke gue, jangan salahin gue kalau gue siram bensin sekalian. 

Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fheransia Cha
bs tauran , dijemur aj pingsan ...
goodnovel comment avatar
Jambu Batu
ini kan kakinya Reya sakit dan pake gif, kok bisa berantem dan jambak-jambakan. dan bisa kabur secepat kilat dari Gavin. Nggak masuk akal di bagian ini.
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status