Share

My Villain Gentleman
My Villain Gentleman
Penulis: saltedcaramel

Chapter 1: Bidding

Enjoy!

-----

Gulita seolah mencoba merenggut seorang wanita yang sedang terpojok ketakutan di sebuah gang sempit. Tubuh itu merapat pada dinding bata yang lembap, seakan ingin dinding itu menyembunyikan ia dari seorang pria yang menghimpitnya.

Bagian bawah sepatu tanpa haknya kini terendam oleh genangan bekas air hujan. Ia tak lagi memedulikan dan memikirkan, meski mungkin itu adalah sepatu kesayangannya.

Terlebih ketika mata wanita berambut panjang itu semakin membulat saat sebuah pistol menempel di pipinya. Bibir tipis itu langsung gemetaran kala mengucapkan kalimat-kalimat yang serupa permohonan. Namun, pria berjaket hitam itu menggeleng, tampak tak puas atau mungkin tak peduli.

Muzzle pistol itu pun kian menusuk pipi wanita tersebut kala sang pria membentak dan membuat si wanita muda tersentak, semakin ketakutan. Bibirnya kembali berujar dengan tarikan napas berat yang terlihat dari pundak yang meninggi sesaat, mencoba menenangkan pria itu. Lalu, wanita berkaus putih dengan lapisan mantel cokelat itu melirik pada tangan sang pria yang rupanya juga gemetaran.

Mereka berpandangan beberapa saat, sebelum akhirnya wanita itu menebalkan keberanian dengan berusaha menyingkirkan pistol tersebut. Sang pria berjaket hitam itu pun berusaha mempertahankan pistol di tangannya, lalu ....

DOR!

Suara tembakan seketika menyibak sunyi malam dan membuat wanita itu seketika terjatuh ke tanah yang basah dengan mata lebar dan darah yang keluar dari tubuhnya. Sementara si pria dengan cepat bergegas mengambil tas wanita tersebut dan melarikan diri.

Jemari wanita tersebut dengan gemetaran menyentuh tubuhnya dan melihat telapak tangannya yang bersimbah darah. Sekian detik kemudian seorang wanita lain tiba di gang sempit itu dan berlari panik menghampiri sang korban. Wanita yang baru tiba itu dengan segera merogoh ponsel di tas dan menghubungi seseorang.

Tak berselang lama kemudian, para petugas medis datang dan kejadian mengenaskan dari rekaman CCTV itu pun terhenti dari tampilan layar laptop yang sedang ditonton oleh seorang pria. Ia dengan kasar penutup laptop itu, menyisahkan tangan yang terkepal erat, penuh amarah.

*****

Sepuluh Bulan Kemudian ....

Quinton Resource Corp, Madison-Winconsin, USA

"Tidak, Mr. Daniel." 

Liora, wanita dua puluh delapan tahun itu menegakkan pandangannya setelah beberapa saat membaca berkas penawaran bisnis yang diajukan pria berparas Asia Timur yang sedang duduk di hadapannya. Liora kemudian menyandarkan punggung pada kursi kerjanya yang tinggi. Jemarinya saling terjalin. Siku yang terbungkus blouse satin putih itu bertumpu pada armrest. Sedang mata peraknya yang indah, tetapi tajam itu, menatap lurus pada pria bernama Daniel tersebut.

Tak ada seberkas senyum yang Liora tawarkan di wajahnya sedari tadi. Hanya ada dagu yang terangkat dan cara pandang yang selalu dingin, khas seorang Liora Quinton.

Keduanya sedang berada di ruang kerja Liora yang megah dan luas. Plakat kaca bertuliskan Chief Executive Officer tampak menghiasi meja lebar yang memisahkan mereka.

Di sisi kiri meja tampak sebuah pigura dengan foto bayi perempuan yang sangat menggemaskan. Bagi orang yang belum mengenal Liora, mereka tak akan mengira wanita muda tersebut telah memiliki seorang anak. Meski sayangnya bayi mungil tersebut tak memiliki ayah. Liora tak menikah dan memutuskan merawat anaknya seorang diri.

"Bisakah Anda membantuku menjelaskan mengapa Anda menolaknya, Miss Quinton?" tanya Daniel sopan dan tenang. Rambut hitamnya tertata begitu rapi dan berkilau dengan garis di sisi kepala yang memisahkan tatanan rambut tersebut.

"Apa yang bisa saya katakan?"

Liora mendesah samar seraya menarik punggungnya dari sandaran kursi yang nyaman. Ia menutup map berwarna hitam itu dan mendorongnya menggunakan dua jari pada Daniel.

"Anda datang pada saya dengan menawarkan GStrom Company sebagai pembeli ekslusif batu kristal orpiment kami dengan harga serendah itu? Anda pasti bercanda, Mr. Daniel." Liora menggeleng pelan, membuat rambut golden blonde panjangnya yang menjuntai menutupi sisi bahu itu turut bergerak indah.

Daniel tersenyum. "Jadi ini karena harga yang kami tawarkan tidak sesuai dengan Anda? Kita bisa mendiskusikannya." 

"Tidak hanya itu."

Liora bangkit dari duduk ketika sekretarisnya tiba dengan membawakan dua cangkir teh dan diletakkan di meja rendah di sisi ruangan. Liora mengayunkan tangannya, mempersilakan Daniel untuk berpindah duduk bersamanya di sofa dan menikmati teh.

"Anda berkata orpiment akan GStrom Company olah menjadi bahan baku telekomunikasi."

"Tepat sekali, Miss Quinton." Lagi, Daniel tersenyum seraya mengangkat cangkir teh setelah melihat Liora menyesap teh itu lebih dahulu.

Mata perak Liora kembali menajam pada Daniel. "Mungkin saya dapat mengingatkan Anda bahwa orpiment adalah salah satu batu kristal berbahaya. Anda pasti tahu bahwa dia terbuat dari campuran arsenik dan sulfur yang sangat reaktif. Hanya dengan memegangnya sudah mampu membuat saraf seseorang keracunan arsenik dan menimbulkan kanker."

"Dan kami dapat mengolahnya dengan hasil ekstrak yang dapat digunakan sebagai bahan baku yang aman."

Liora meletakkan cangkir tehnya dengan gerakan anggun dan tenang, meski ia semakin tak percaya dengan perkataan pria itu. Ia tahu ada beberapa perusahaan yang dapat menangani batu kristal itu dengan baik, tetapi entah mengapa Liora tetap meragukan GStrom Company.

Mungkin kata meragukan tidak benar-benar tepat ketika Liora justru menyadari bahwa dirinya meletakkan kecurigaan yang belum ia ketahui mengapa pada perusahaan itu. Terkadang firasatnya tepat.

Lagi pula, terlalu berisiko ketika ia membiarkan perusahaannya terikat kontrak dalam menjual batu kristal itu hanya pada satu pembeli seperti yang diinginkan GStrom Company.

"Maafkan saya, Mr. Daniel. Keputusan saya sudah final. Mungkin kita dapat bekerja sama di lain kesempatan," kata Liora datar dan dingin, meski sesungguhnya ia memiliki suara yang lembut.

Liora bangkit dari duduknya yang membawa Daniel turut beranjak seraya mengangguk, menerima. Keduanya saling berjabat tangan setelah Daniel mengancingkan jas.

"Sabtu ini ada pembukaan restoran milik bos saya." Daniel mengeluarkan sebuah kertas kecil serupa kartu nama dari dalam saku jasnya dan diberikan pada Liora. "Mungkin Anda dapat meluangkan waktu untuk berkunjung. Saya dengar Anda memiliki sensitivitas rasa yang baik. Akan menjadi suatu kehormatan bagi bos saya ketika Anda mau memberikan penilaian pada restoran tersebut."

Liora menatap kertas bertintakan emas dengan dasar hitam itu beberapa saat. Di sana tertulis nama sebuah restoran Italia dengan alamat yang rupanya hanya beberapa blok dari gedung ini.

"Saya akan menyempatkan untuk datang," jawab Liora akhirnya dengan nada datar.

Tak ada salahnya menerima ajakan itu sebagai formalitas dan sopan santun, pikir Liora. Daniel pun melebarkan senyumnya dan mengangguk, sebelum ia berlalu pergi meninggalkan ruang kerja Liora.

Mungkin bagi Liora penawaran kerja sama bisnis itu sudah berakhir setelah ia menolaknya, tetapi tidak bagi Daniel. Tak akan ada yang lolos dari kerjasama yang ditawarkan oleh GStrom Company, termasuk Quinton Resource Corp. Ini hanya perkara waktu dan tampaknya keputusan Liora untuk datang ke restoran itu dengan landasan formalitas, hanya akan membawanya bertemu dengan seseorang yang akan ia sesali sepanjang hidup atau mungkin justru sebaliknya? 

...To Be Continued...

Selamat datang di novel keempat saltedcaramel! Makasi banyak sudah baca. Jangan lupa tinggalkan ulasanmu di kolom luar ya.

Info dan Visual cek

di IG @saltedcaramely_

Komen (26)
goodnovel comment avatar
Desi Sri Rahayu Yusuf
meski aku team baru baca aku suka bgt sama cerita si Author
goodnovel comment avatar
Desi Sri Rahayu Yusuf
setelah baca kisah Dexter dan Vello di sebelah aku lsung otw ksini
goodnovel comment avatar
Yuli Anik
Bikin penasaran...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status