Aku harus bahagia atau sedih? Aku pun tidak tahu. Semoga hal positif selalu memihak padaku, terlepas dari sakit hati
—Lee Know.-o-
Dahyun sedang berada di ruangan Lino. Ia ingin menanyakan perihal Mark Lee pada lelaki itu. Sebenarnya Dahyun hanya penasaran dengan kisah cinta pertama Mark. Maklum saja, karena Dahyun mulai menaruh rasa pada Mark.
"Oppa! Jawab pertayaanku tadi, aish!" seru Dahyun karena kesal dengan Lino yang telah mengabaikannya.
Lino tak menanggapi bukan karena tak suka, tapi ia sedikit cemburu mungkin? "Apa, hm? Kau 'kan sudah tahu jika aku dan Mark memang bersahabat sejak lama. Lalu apa lagi yang harus kujawab?" sahutnya sembari memejamkan mata. Ia sedang menyenderkan punggungnya di kursi meja kerjanya.
"Kalau itu aku tahu. Maksudku, sejauh mana Oppa mengenal Mark? Karena, dia seperti sedang mengalami patah hati. Aku pernah memergokinya sedang melamun memandang sebuah foto di gallery ponselnya." Dahyun mengingat kejadian di mana awal pertemuan mereka. Mark sangat acuh saat itu, dan lebih memilih fokus pada sebuah foto lalu mengabaikan pertanyaan Dahyun.
Lino menghela napasnya. "Kau menyukainya ya?"
Deg!
Dahyun langsung gelagapan karena pertanyaan Lino. "A-ani. Aku hanya penasaran saja."
Kau tidak bisa berbohong dengan baik di depanku, Dahyun-a. Batin Lino.
Lino menganggukkan kepalanya. "Hmm, baiklah. Aku akan menceritakannya. Tapi, kau tidak boleh menyukainya. Karena kau sudah dijodohkan olehku."
Sekadar informasi, Dahyun dan Lino memang sudah di jodohkan oleh orang tua mereka masing-masing. Awalnya Lino menolak, tapi setelah bertemu dengan Dahyun, ia mulai menyukainya. Tapi, sejauh ini Dahyun hanya menganggap Lino sebagai kakaknya, tidak lebih.
Wanita itu selalu menganggap ucapan Lino hanya bercandaan, jika lelaki itu membicarakan perihal perjodohan. Karena Lino selalu bilang 'aku hanya ingin mengenalmu lebih dekat dan aku menentang perjodohan ini', itu sebelum ia mulai menyukai Dahyun.
"Aish Oppa! Kau selalu saja membicarakan hal itu. Aku tahu, kau menggodaku 'kan. Kau tidak pernah menganggapku sebagai wanita di matamu," sahut Dahyun sembari mengerucutkan bibirnya.
"Aku hanya bercanda. Jadi, benar kau menyukai Mark?" ucap Lino sembari fake smile pada Dahyun.
Kau bahkan belum juga sadar sampai detik ini, bahwa aku telah menaruh hati padamu. Batin Lino.
"Aku bilang tidak. Aku hanya ingin tahu. Ya sudah kalau tidak mau memberitahuku," ucap Dahyun terkesan seperti merajuk.
"Baiklah, akan aku beritahu. Kau harus menguatkan hatimu setelah mendengarkan ceritaku," sahut Lino.
Dahyun menyerengitkan dahinya mendengar ucapan Lino. "Maksudmu Oppa?"
"Dengarkan saja, ya?" Dahyun mengangukkan kepalanya sebagai jawaban.
Lino pun mulai menceritakan bagaimana Mark sangat mencintai Karina.
---
Beberapa tahun silam.
Mark dan Lino berbeda sekolah. Mereka bersahabat karena hobby yang sama, yaitu dance. Mereka berlatih di satu tempat dance club.
"Oke guys! Cukup sampai di sini. Kita lanjut minggu depan," ucap pelatih Dance.
"Baik hyung," sahut Mark sembari mengatur napasnya.
"Mark, kau langsung pulang?" tanya Lino.
Mark tidak menjawab pertanyaan Lino. Ia tak bergeming dengan posisi duduk di kursi panjang di ruang latihan.
Ada apa dengannya? Sikapnya sangat aneh. Dancenya pun terlihat sangat tidak bersemangat tadi. Batin Lino.
"Mark!" seru Lino sembari menepuk pundak Mark.
"Hah!" Mark terlonjak kaget. "Ck! Kau mengagetkanku! Ada apa?"
"Kau melamun? Aku bertanya padamu tapi tidak dijawab!" sahut Lino.
"Kau bertanya apa?"
"Kau langsung pulang?" tanya Lino.
"Aniyo. Aku ingin mengunjungi rumah Karina, tapi sepertinya dia sedang bersama kekasihnya." Mark mengusap wajahnya kasar.
"Cinta pertamamu itu? Astaga Mark."
Mark mengangguk lemah. Kebetulan Lino mengenal Karina juga dan Mark seringkali cerita pada lelaki itu tentang Karina sebagai cinta pertamanya. "Hm. Aku patah hati. Seharusnya, aku tidak mencintainya. Aku dan dia bersahabat sejak kami kecil tapi aku mengkhianatinya dengan menaruh hati padanya."
Tersenyum samar, Lino menepuk pundak Mark. "Wajar bro. Tidak ada persahabatan murni antara laki-laki dan wanita. Pasti salah satunya memendam perasaan lebih dari sahabat," ucapnya.
"Aku tahu. Aku harus bagaimana? Aku sangat mencintainya. Aku rela kembali ke Seoul demi dia. Kau tahu itu 'kan?" Mark memandang lurus ke depan.
"Tapi, dia mencintai pria lain Mark. Kau harus bisa menerima itu." Lino duduk di samping Mark. "Kau tidak berniat untuk menghancurkan kebahagiaannya 'kan?"
Menggleng cepat, Mark tak sampai hati untuk mengganggu hubungan Karina dengan Hyunjin. "Tidak. Tidak akan! Aku ingin dia bahagia, walaupun bukan denganku," sahutnya lirih di akhir kalimat. "Tapi, aku takut jika sepupuku yang menyukai kekasihnya itu menyakiti Karina. Di sekolah saja, dia sudah pernah di sakiti oleh gadis gila itu."
"Kau menyayanginya 'kan? Itu tugasmu sebagai sahabat untuk melindunginya Mark."
Mark menganggukkan kepalanya.
"Minggu depan, kau bilang dia akan bertunangan 'kan? Kau akan datang?" tanya Lino.
"Aku tidak tahu."
---
"Mark sangat mencintai Karina Jung, itu namanya. Seingatku, sebelum waktu intensitas bertemu dengan Mark menjadi sangat sedikit, tunangan Karina meninggal dunia," jelas Lino sambil mencoba mengingat kembali.
Dahyun terlihat memasang ekspresi sedih. Bagaimana bisa kisah cinta Mark sangat menyedihkan. "Mwoya? Bagaimana maksudmu? Mereka jadi bertunangan saat itu? Lalu, tunangannya itu meninggal? Waeyo?" sahutnya.
"Hm. Tunangannya itu mengidap penyakit kanker otak stadium akhir. Dan menghilang begitu saja tanpa memberi kabar Karina," sahut Lino.
"Kalau aku jadi dia, aku pasti depresi. Disaat aku sangat mencintainya tapi di tinggalkan tanpa kabar —"
"Dan lebih parahnya lagi. Karina baru mengetahui jika tunangannya mengidap penyakit itu setelah satu tahun menghilangnya tunangannya itu. Dia tidak sempat untuk mengucapkan selamat tinggal pada tunangannya. Dan Mark yang selalu ada untuknya di saat-saat terpuruk dalam hidupnya. Itu yang terakhir kali kutahu."
Merasa seperti ikut merasakan sakitnya, Dahyun sempat memegangi dadanya yang terasa sesak. "Jinjja! Perjalanan first lovenya Mark sangat mengenaskan. Seharusnya sekarang Mark bisa bersama dengan wanita itu 'kan?" tanyanya.
"Kau salah. Karina menemukan laki-laki lain yang menjadi tambatan hatinya. Untuk kedua kalinya Mark harus merelakan cinta pertamanya dengan yang lain," sahut Lino.
Sama seperti perasaanku. Aku tahu kau menyukai Mark. Dan aku harus merelakanmu, tapi apa aku bisa? Batin Lino.
"Pantas saja, Mark memandangi foto itu sangat dalam. Seperti sedang menyalurkan rindu yang tidak seharusnya," ucap Dahyun.
Aku tahu, jika aku akan sulit masuk ke dalam kehidupan cintamu Mark. Aku juga tidak akan merebut tempat yang telah di tempati cinta pertamamu tapi aku akan membuatmu mencitaiku dengan caraku sendiri. Batin Dahyun.
"Ya! Kenapa kau melamun eoh? Apa yang kau pikirkan? Kau akan mendekatinya? Itu akan sulit!" ucap Lino sarkas.
Dahyun menyengir lebar. "Kau selalu bisa membaca pikirianku ya."
"Hah! Jadi benar, kau akan mendekatinya?"
"Aniya! Aku bercanda oppa." Dahyun menunjukan peace sign ke hadapan Lino.
Maafkan aku, aku berbohong.
"Ya sudah. Kau tidak ada pasien lagi malam ini?"
"Sepertinya tidak, aku akan istirahat. Kau mau pulang?" tanya Dahyun.
"Hm. Aku akan pulang ke apartment."
"Baiklah, aku shift malam hari ini. Semoga tidak banyak pasien di ruang gawat darurat malam ini," ucap Dahyun.
Mengangguk sekali. "Jangan lupa minum vitaminmu. Aku akan bersiap-siap untuk pulang, ayo kau kembali ke ruanganmu. Aku akan mengunci ruanganku," sahutnya.
"Kau mengusirku, eoh?" tanya Dahyun sembari mendelikkan matanya.
"Terserah apa katamu, Dahyun-a," sahut Lino tersenyum membalas tatapan Dahyun.
"Baiklah, aku hanya bercanda." Dahyun berdiri dan meregangkan tubuhnya.
"Hati-hati. Hubungi aku jika sudah sampai," lanjutnya sembari melangkahkan kakinya keluar ruangan Lino.
"Ne..." Lino menatap punggung Dahyun yang melangkahkan kakinya menjauh.
Andai kau tahu perasaanku yang sebenarnya. Tapi, aku takut jika aku mengatakannya, kau akan menjauhiku. Seharusnya aku langsung menyutujui perjodohan ini dari awal. Batin Lino.
Tepat di hari minggu, pukul 09.30 a.m, Dahyun hampir selesai denganshiftmalamnya. Ia mengunjungi pasien terakhirnya untuk diperiksa. Pasien tersebut adalah Mark Lee.Decit suara pintu terbuka dan derap langkah Dahyun tidak juga membuat laki-laki dengan marga Lee menoleh ataupun terusik. Ia asik dengan lamunannya sembari menatap kosong ke arah jendela kamar inapnya. Ia masih memikirkanchatLine dari Ningning semalam, bahwa Karina akan bertunangan lagi dengan laki-laki lain. Dan untuk kedua kalinya, Mark harus merasakan perasaan yang sama yaitu patah hati.Dahyun menghampiri Mark dan menyerengitkan dahinya karena Mark tidak menyadari kehadirannya. Ingin rasanya Dahyun mengagetkannya tapi ia urungkan. Dahyun lebih memilih mengambil kursi dan duduk di samping ranjang Mark dan menyilangkan kedua tanga
Inikah rasanya sakit hati akibat patah hati? Jika rasa sakit ini mampu membuatnya bahagia, ikhlas adalah jawabannya. Kurasa itu lebih baik.-Mark Lee-o-Di ruangan bercat putih, suasana terlihat sangat canggung di antara ke-empat orang yang sibuk dengan pikirannya masing-masing.Mark, apa kabar hatimu?Kenapa dia menceritakan semuanya di sini.Aku bisa apa? Dia lebih menyukainya daripada aku.Apa yang mereka lakukan?Kurang lebih seperti itu isi pikiran dari mereka masing-masing. Banyak pertanyaan yang ingin mereka tanyaka
Apakah sekarang saatnya, diriku harus merelekannya? Merelakan dia bahagia dengan orang lain. Kurasa, itu sulit tapi akan kucoba.—Mark Lee.-o-Esok adalah hari di mana Karina dan Jeno bertunangan. Mark juga sudah pulang dari rumah sakit tiga hari yang lalu. Saat ini, ia sedang diApartmentmiliknya seorang diri."Apa yang harus kulakukan?" gumam Mark sembari melanjutkan meneguk segelaswhiskeyyang ada di tangannya.Mark sedang berusaha menghilangkan kegelisahan hatinya. Ia butuh sesuatu agar bisa melupakan seseorang yang selalu memenuhi pikirannya, walaupun sejenak dan alkohol adalah solusi menurutnya. Padahal, dokter sudah menyarankan untuk tidak mengkonsumsi minuma
Semuahalbutuhsebuahproses.Begitujugadenganmelepaskancintapertama.Butuhprosespemulihanhati,entahdalamjangkapanjangataupendek.Semuatergantungpribadidanpemikiranmasing-masing.Jikakauberpikirpositifsetelahnya, prosesituakanmudah
Suara itu, yang menyebut namaku. Aku mencintai suara itu. Aku terjaga sepanjang malam membayangkan seseorang. Dan mengimajinasikan masa depan berkat senyumannya. Namun, semua itu hanyalah mimpi. Begitu indah hingga aku enggan untuk terbangun dari mimpiku.—Mark Lee.-o-Dahyun masih memikirkan perkataan Mark. Jika apa yang laki-laki itu katakan padanya karena keterpaksaan dengan keadaan yang ada, maka bukan cinta namanya.Juga bukan karena Dahyun takut hanya menjadi pelarian bagi Mark. Itu bahkan lebih baik, setidaknya Mark akan benar-benar membuka hati untuknya. Tapi, yang Dahyun takutkan adalah jika Mark mengetahui dirinya dan Lino telah di jodohkan. Bukan hanya persahabatan mereka yang akan renggang, tapi perasaan Mark yang akan lebih tersakiti jika mema
Mungkin dengan hadirnya sosok dirimu dalam hidupku, proses penyembuhan patah hatiku akan lebih bermakna. Terima kasih.—Mark Lee.-o-Hari sudah mulai gelap, matahari pun mulai meredup berganti dengan bulan yang mulai bersinar. Di rumah sakit, Lino dan Dahyun sertastaffmedis lainnya yang bersangkutan sedang melakukan sebuah operasi.Sudah lebih dari empat jam operasi berlangsung. Lino sempat terlihat tidak fokus saat melakukanIntubasi Endotrakealpada pasien sebelum memulai pembedahan. Entah apa yang Lino pikirkan hingga konsentrasinya pecah. Seperti bukan Lino yang biasanya.*Intubasi Endotrakeal= Memasukkan selang pada trakea untuk memberika
Haruskahakumengalah?Haruskahakumenyerahdenganperasaanini?Haruskah?—Lee Know.-o-Kelanjutannya..."Baiklah, maaf jika aku mengganggu waktumu. Aku langsung pada intinya, aku akan membuka hatiku untuk Dahyun mulai saat ini. Jadi aku ingin meminta izin darimu, untuk mendukung keputusanku," sahut Mark.Lino terkejut tapi dengan cepat ia menetralkan raut wajahnya dari keterkejutan. "Kau mulai menyukai Dahyun? Kau serius dengannya?" tanyanya."Aku akan menc
Rintikhujanhanyamencintaidaunyangkering. Akumerasasangat...sangatcemburu...hinggaakuberbaringdiatasdedaunanyangkeringitusampaihujanberhenti.—Kim Dahyun.-o-Sedetik berlalu, udara sisa musim dingin merasuk dengan ragu. Mark mengusap punggung tangan Dahyun. Ia melepaskan jasnya dan diberikan pada Dahyun untuk menghangatkannya. Dahyun memejamkan matanya dan berd