Share

Awal

Hilda menatap tempat dirinya menimba ilmu di perguruan tinggi swasta yang sangat terkenal di Jakarta, kehidupan Hilda tidak kurang apa pun meski harus terpisah dari orang tuanya karena masalah pekerjaan. Hilda menatap kedua sahabat yang ada dihadapannya dengan tatapan iri, bagaimana tidak karena mereka berdua bagi Hilda sangat sempurna dibandingkan dirinya bahkan salah satu sahabatnya sudah menikah di usia yang menurut Hilda tidak masuk akal.

“Jangan dibiasakan melamun” Hilda menatap Tari yang tersenyum kearahnya “Prof Adrian duh suka galak sama kita – kita, cakep tapi galaknya bikin emosi” perkataan Tari mampu membuat Hilda tertawa mendengarnya.

“Udah kita masuk sekarang keburu Prof Adrian memberi hukuman” Alia merapikan buku yang ada di meja.

Hilda tersenyum melihat kedua sahabatnya yang takut pada Adrian, Hilda sendiri tidak terlalu takut meski sering kali hukuman yang dirinya dapat lebih kejam dibandingkan teman – temannya. Hukuman yang sering Adrian lakukan adalah menyiksa Hilda untuk tidak mencapai klimaks dengan cepat, tapi justru itu yang dirinya inginkan untuk mencapai klimaks lama dan bersamaan dengan Adrian. Hilda sudah berada di dalam ruangan semua menunggu Adrian dengan keributan termasuk Hilda dan para wanita yang selalu membicarakan pria keren dan yang pasti Adrian termasuk.

Suara Adrian menghentikan semua kegiatan yang berlangsung diantara mereka, seketika semua memperhatikan materi yang diberikan Adrian dan tidak ada yang berani melakukan pergerakan yang tidak penting jika masih ingin selamat dari mata kuliahnya. Kelas Adrian terkenal dengan kelas menuju kematian karena betapa kejamnya terhadap anak didiknya, tidak segan untuk mengeluarkan dari kelas atau lebih parahnya tidak akan diluluskan dari kelasnya. Hilda menatap Adrian yang selalu tampak beda ketika bersama dirinya dengan ketika berada di kelas, Hilda rasanya sudah bosan dan menginginkan untuk mengakhiri kelas ini tapi tiba – tiba dirinya kaku karena Adrian menatapnya tajam yang berarti tidak akan selamat setelah ini dan itu malah membuat Aulia menyukainya.

“Finally kelar juga” Hilda menatap Alia yang membereskan buku – buku “aku duluan ya biasa Rizky meminta untuk pulang cepat.”

“Enak ya menikah usia muda” Alia hanya tersenyum mendengar perkataan Tari “rahasianya apa sih?.”

“Cari cowok yang benar bukan tu bocah” Tari mencibir perkataan Hilda “sudah lelah juga aku duluan.”

“Lah aku sendirian?” Tari tampak tidak terima dengan kedua sahabatnya yang meninggalkan dirinya.

Hilda menggandeng Alia seolah tidak peduli dengan nada protes yang Tari katakan, mengangkat tangannya dengan melambai pelan bahwa mereka berdua pergi. Alia tertawa mendengar nada protes dari Tari yang membuat Hilda hanya menggelengkan kepala karena Tari masih seperti anak kecil padahal ayahnya hot dan sayangnya pria yang tidak bisa dirinya goda dengan cara apa pun karena terlalu cinta mati dengan istrinya yang sangat beruntung karena usianya tidak jauh berbeda dengan kedua kakak Tari.

“Salam buat Rizki” Alia mengangguk dan mereka terpisah.

Tujuan Hilda tidak lain dan tidak bukan adalah ruangan Adrian dan yakin bahwa akan mendapatkan hukuman atas apa yang dirinya lakukan saat di kelasnya tadi. Hilda tahu jika ruangan Adrian akan selalu terkunci dan dirinya mempunyai kunci cadangan dan kebetulan terakhir adalah ruangan ini berada paling pojok sehingga tidak akan ada yang kemari kecuali petugas kebersihan dan Adrian tidak akan memanggilnya jika tidak ada yang perlu dibersihkan. Hilda menatap ruangan yang masih tampak sepi berarti Adrian belum masuk ke dalam ruangan ini, Hilda menghubungi Adrian jika dirinya sudah berada di ruangannya yang hanya dibalas dengan ok oleh Adrian.

Hilda masuk ke dalam kamar mandi untuk melepaskan pakaian dalamnya agar Adrian bisa langsung menghukumnya, Hilda tidak sabar atas apa yang akan Adrian lakukan setelah ini. Merapikan sedikit penampilannya agar bisa menggoda Adrian ketika masuk ke dalam ruangannya, Adrian selalu membuat Hilda terpuaskan meski ada beberapa pria yang membutuhkan pelayanannya tapi hanya Adrian yang serius dengan dirinya.

“Kamu di sini” Adrian menatap Hilda sekilas “aku tidak akan ke apartemen karena ada acara keluarga jadi kita melakukan di sini saja.”

Hilda melangkah ke arah Adrian yang melepas pakaian bagian bawahnya secara perlahan Hilda mendekati milik Adrian yang telah tegang dengan membelai perlahan, Hilda berlutut untuk bisa memasukkan milik Adrian ke dalam mulutnya. Tidak lama kemudian terdengar desahan tertahan yang keluar dari bibir Adrian dan semakin membuat Hilda semangat untuk memberi kepuasan pada Adrian, rambut Hilda terasa ditarik yang menandakan jika Adrian sudah masuk dalam pusaran gai.rah yang selalu Hilda sukai. Adrian tidak sabar dengan mulut Hilda sehingga menarik Hilda agar berjongkok sehingga milik Adrian masuk ke dalam milik Hilda yang masih kering membuat Adrian harus bekerja dengan memasukkan tangannya, desahan Hilda mulai terdengar yang semakin membuat Adrian semangat. Melihat milik Hilda sudah siap untuk dimasukkan tanpa menunggu lama Adrian memasukkan miliknya ke dalam Hilda yang langsung masuk ke dalam dan tanpa menunggu lama langsung digerakkannya, suara erangan Hilda membuat Adrian semakin semangat menggerakkan miliknya.

Adrian tidak akan satu kali main sehingga harus beberapa kali hingga mencapai kepuasan dan Hilda melakukannya dengan senang hati karena Adrian memang baik dan juga memuaskan untuk dirinya, Adrian melepaskan penyatuan mereka dan entah keberapa kalinya mengeluarkan cairan ke dalam Hilda. Adrian melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri meninggalkan Hilda yang kelelahan di sofa, Hilda sendiri menatap tubuh Adrian yang menghilang di kamar mandi. Perlahan Hilda berdiri dengan melangkah ke kamar mandi bersatu dengan Adrian dan berakhir dengan mereka saling mandi bersama tanpa melakukan kegiatan seperti sebelumnya karena Hilda sudah terlalu lelah.

“Kamu tidak masalah ditinggal?” Hilda menggelengkan kepala “kamu tahu sendiri kemarin tiba – tiba dia datang bersama orang tuanya karena ada acara keluarga.”

“Berapa lama?” Adrian mengangkat bahu “bagaimana kita bertemu?.”

“Kita bisa melakukannya di sini” Hilda membelalakkan mata mendengarnya “aku tidak mungkin ke apartemen secara dia pasti akan lama di sini membiarkan orang tuanya pulang sendiri.”

“Aku tidak peduli yang penting nilai di mata kuliah kamu tidak jatuh karena kalau sampai jatuh aku tidak akan mengikuti permintaan gilamu” Hilda menatap tajam pada Adrian.

Adrian tersenyum “kamu selalu menikmati semuanya jadi tidak ada masalah.”

Hilda mencibir perkataan Adrian yang benar adanya di mana mereka berdua sama – sama menyukai disiksa atau menerima penyiksaan dari seseorang ketika melakukan hubungan ranjang. Adrian sendiri saat ini sudah rapi dengan pakaiannya dan wangi tubuhnya akan mengira bahwa dari kalangan berada.

“Jika pulang jangan lupa matikan semua” Hilda mengangguk dengan perkataan Adrian yang selalu berulang kali setiap keluar dari tempat yang disinggahinya.

“Nanti malam jangan lupa datang ke tempat biasa untuk saling memuaskan dan ada hadiah menarik yang menanti.”


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status