Share

I Found You

Kepulan asap yang berlomba-lomba mengisi ruangan kelas VIP, mereka adalah para petinggi perusahaan nomor satu di kota itu, yang tak kalah menarik di antara mereka adalah seorang pria tampan yang sedang bercumbu panas dengan seorang wanita seksi, siapa lagi kalau bukan Sean Kingston, dia duduk bersandar di kepala sofa, matanya merem- melek menikmati goyangan wanita di pangkuannya.

"Aku sangat terkejut seorang Kingston sudi menginjakkan kakinya di club' hina ini." sindir seorang pria botak yang tak lain adalah Baron si pemiliki club'.

"Aku tidak akan sudi jika bukan karena Dastan." balas Sean lirih, menahan desahan yang akan keluar dari bibirnya, dia sudah hampir mencapai puncak pelepasannya.

Merasa namanya disebut, Dastan menghentikan cumbuannya dari wanita seksi yang mengangkanginya.

"Aku hanya penasaran dengan penari striptis mu." balas Dastan datar, mengeluarkan segepok uang dari dompetnya.

"Pergilah, aku sudah puas." usir Dastan, melemparkan uang di atas meja.

Wajah wanita itu berbinar sekita melihat jumlah uang yang di dapat, tanpa menunggu lama, dia berlalu dari ruangan itu, disusul dengan wanita yang sedari tadi bersama Sean, bayaran yang di dapat berkali-kali lipat dari yang Dastan berikan.

Baron tertawa.

"Dia bukan pelacur tapi penari."

"Penari telanjang jika kau lupa." balas Dastan, mengingatkan pria botak itu.

Sean menatap heran kedua pria di hadapannya.

"Aku masih polos, boleh aku tahu siapa yang kalian maksud?" ketus Sean, menimpali topik mereka, setelah selesai memasukkan kembali juniornya ke dalam sangkar.

"Ayo kita lantai bawah, sebentar lagi dia akan naik ke panggung." ajak Baron, berdiri dari tempat duduknya.

Sean dan Dastan bertukar pandang, mereka langsung berdiri mengikuti langkah pria botak di hadapannya.

Hal yang pertama sekali, saat mereka berada di lantai dasar, semua wanita bersorak bahagia, sosok pria sejuta umat kini tepat di hadapan mereka, ingin sekali rasanya tangan liar itu menjelajahi seisi tubuh kedua pria gagah itu.

Sean hanya menatap datar mata-mata penasaran akan dirinya, untuk saat ini Kingston junior masih aman di dalam sangkar, sama halnya dengan Dastan, dia sama sekali tidak peduli dengan pandangan seisi club'.

Ketiga pria itu mengambil tempat duduk tepat di hadapan panggung yang menampilkan beberapa penari erotis kebanggaan club' Baron. Sudah hampir setengah jam, Sean dan wajah sombongnya sama sekali tidak semangat dengan tarian erotis wanita-wanita itu, libidonya sama sekali tidak naik melihat tubuh telanjang itu bergerak liar.

Tiba-tiba matanya terjatuh pada seorang wanita bertopeng bergaun merah menyala, dengan belahan dada rendah, juga belahan gaun yang memanjang sampai ke paha mulusnya, kaki jenjangnya menaiki gundukan tangga dengan heels merah yang membuat penampilannya sangat menggiurkan, dia yakin gadis itu menyimpan wajah Dewi di balik topengnya.

Sean menelan air liurnya kasar, entah kenapa tubuh gadis itu mengingatkannya dengan seorang gadis yang membuatnya tidurnya terganggu selama seminggu ini.

Suara musik mengalun, gadis bergaun merah itu memulai tariannya, menari lembut dan seksi, tubuh sintalnya meliuk-liuk, bergoyang erotis, dia membaringkan tubuhnya diatas lantai, membuka kedua kakinya seperti ingin memberi akses untuk menindihnya, lalu memutar tubuhnya kebelakang menampakkan underwear yang sama sekali tidak tertutup gaun merah, perlahan dia menggerakkan tangannya membuka sepatunya dengan membuang tatapan nakal pada semua penonton sembari menjilat bibir merekahnya. Gadis itu kemudian berdiri, merosotkan gaun merahnya selambat mungkin, beberapa detik kemudian, gaun itu merosot tak berbentuk di lantai menampakan tubuhnya yang hanya ditutupi Lingerie tipis.

Tubuh moleknya terpampang jelas, lingerie tipis itu tak mampu menutupi keindahan tubuhnya. Kaum Adam terbelalak, mereka menahan nafas, saat payudara padat dan ketat gadis itu menyembul keluar, putih dan sangat mulus.

Gadis itu melarikan kedua tangannya ke belakang kepala, mengikat rambut panjangnya menampakkan leher jenjangnya, dia kembali meliuk-liukkan badannya, kali ini lebih liar, menyentuh dirinya sambil mendesah-desah, ibu jarinya mengelus bibir bawahnya sensual tanpa melepaskan pandangan nakal dari arah penonton, gerakan terakhir, gadis itu duduk di sebuah kursi yang sudah di sediakan, berjalan mengitari kursi bak model panas, bongkahan padat, putih dan bulat terlihat menggiurkan membuat kaum Adam tak lagi berpikir waras.

Gadis bertopeng itu membuka lebar kedua kakinya tepat di hadapan semua penonton, menampakkan miliknya yang masih tertutupi oleh kain tipis, melarikan tangannya menyentuh dirinya dari ujung kaki hingga berakhir di daerah sensitifnya, dia mengelus miliknya lembut dan lama dari balik kain tipis, mengecup, menjilat dan melumat jempolnya seperti mempermainkan batang pria, meraba-raba leher jenjangnya, meremas bukit kembarnya yang tak tertutup sempurna, suara desahan beradu dengan musik klasik. Pertunjukan itu benar-benar panas.

Seisi club' membisu, biji keringat jagung mulai bermunculan di sekitar dahinya, sedetik kemudian saat pertunjukkan itu selesai, mereka berhamburan mencari kamar kosong demi menuntaskan hasrat.

Sean sama sekali tidak mampu mengalihkan pandangannya sedetik pun, bahkan saat gadis itu sudah berhenti menari, dia merasakan sesuatu menggembung di bagian tengah selangkangannya.

Pikirannya berkecamuk, ingatannya melayang pada peristiwa seminggu lalu, dia sudah mengetahui bahwa nama gadis itu adalah Kesya, hasil kerja tangan kanannya tak pernah mengecewakan.

Kenapa gadis itu seperti Kesya, aku tidak mungkin salah, dia pasti Kesya. Sean membatin

Tanpa memperdulikan kedua pria di sampingnya, dia berdiri membelah kerumunan, mengejar langkah gadis itu.

"Orlando junior bangun saat melihat tubuh molek mu." tukas Adrian, saat melihat Kesya sudah berganti pakaian yang jauh lebih manusiawi.

"Kau punya tangan kan." sindir Kesya sinis, membersihkan wajahnya yang terlihat seperti wanita penggoda.

"Dia butuh sesuatu yang lembut." goda Adrian

"Jangan lupa ada banyak yang lembut di tempat ini." timpal Kesya, sama sekali tidak terpengaruh dengan pria itu.

Adrian tertawa.

"Baiklah aku harus kembali ke panggung." ujar William yang hanya dianggap angin lalu oleh Kesya.

Dia masih sibuk dengan kapas dan cairan pembersih wajah, mengingat keberaniannya beberapa saat lalu membuat hatinya seakan dicubit, dia menatap wajah cantiknya di pantulan cermin.

Aku sudah seperti jalang. Kesya membatin

Sebuah suara berat dan seksi membuat tubuhnya menegang.

"Aku sudah menduga bahwa kau adalah penari itu, kelinci." ujar Sean tiba-tiba yang sudah bersandar di sisi pintu.

deg!

Kesya menoleh cepat.

"Kau?! Apa yang kau lakukan disini?!" pekik Kesya, dia sama sekali tidak ingin bertemu dengan pria dihadapannya.

Sean menyeringai tajam.

"Aku penasaran mendengar suara seksi mu saat mendesah di bawah ku."

Kesya tersenyum sinis.

"I am not a bitch." tukas Kesya mantap.

Sean tertawa mengejek.

"Tapi wanita jalang."

Kesya tersenyum kecut, dia tidak bisa menyalahkan gagasan pria itu.

"Aku memang jalang, tapi aku tidak sudi melemparkan diri begitu saja padamu." balas Kesya mengikuti permainan pria itu.

Amarah Sean seketika memuncak mendengar nada bicara gadis sombong di hadapannya, dia melangkah cepat memangkas jarak di antara mereka.

"Aku bersumpah, kau akan dengan segenap hati membuka kakimu padaku." desis Sean, menatap lekat manik coklat gadis dihadapannya.

Bukannya takut, Kesya malah melingkarkan kedua tangannya ke leher pria itu, mendorong tengkuknya lebih dekat padanya.

"Apa.... tubuhku membuatmu tidak bisa tidur, tuan?" bisik Kesya menggoda.

Tubuh Sean meremang saat nafas hangat menerpa wajahnya.

"Apa kau ingin mencoba Kingston junior?" balas Sean, menatap bibir seksi yang pernah dinikmatinya.

Dia selalu lupa bahwa Kingston menjujung tinggi harga diri jika berdekatan dengan gadis itu, Kesya membuatnya benar-benar lupa diri, hasrat sex selalu saja memuncak meski hanya mencium wangi tubuh gadis yang baru dua kali ditemuinya, gadis itu seperti nikotin. Semakin lama semakin nikmat.

Kesya mengikuti arah pandang pria itu, dia semakin merapatkan tubuhnya, mengangkat wajah, menunjukkan kesombongannya.

Dasar bajingan berotak selangkangan. kesal Kesya membatin.

"Maaf, tapi aku tidak tertarik." balas Kesya melarikan tangannya, meremas pelan junior Kingston yang sudah membengkak sedari tadi dari luar celana.

Dia tidak akan bisa ditaklukkan meski dengan Sean Kingston sekalipun.

Sean menutup matanya, rasa sakit di selangkangannya semakin menjadi.

"Berapa yang kau inginkan, aku akan memberikan lebih dari yang kau minta."

"Uhmm,,, aku tidak ingin bercinta denganmu, itu yang ku inginkan." balas Kesya enteng, menampilkan senyum lebarnya.

Mata indah itu berkilat marah, wajahnya mengeras.

" Kau hanya pelacur, jangan terlalu sombong dengan tubuh molek mu itu, jalang."

deg!

Kesya terdiam, senyum kesombongan sirna sudah dari wajah cantiknya.

Apa aku sehina itu? Kesya membatin

Melihat gadis di hadapannya terdiam, Sean kembali menambahkan.

"Aku tahu tubuhmu sudah dipakai oleh sekian banyak lelaki, harusnya kau beruntung, aku masih dengan hormat meminta mu bercinta denganku, tanpa memperdulikan statusmu yang hanya barang sisa."

Hancur sudah harga diri gadis itu mendengar kalimat menyakitkan dari pria dihadapannya.

Manik coklatnya mulai berkaca-kaca, kata-kata itu seperti belati menghujam jantungnya berkali-kali.

PLAKK....

Pipi Sean terlempar ke samping, dia memegangi bekas tamparan keras di wajahnya.

"Beraninya kau menamparku jalang!" teriak Sean, tak lagi bisa menahan amarahnya.

"Kau menghinaku dan itu pantas untuk mulut kotormu." ujar Kesya dingin.

"Kau memang sudah hina, kau hanya jalang, kau tidak berhak atas kehormatan sama sekali." sindir Sean tajam, mengukir senyum kemenangan saat melihat wajah sendu gadis itu.

Kesya tertawa pedih.

"Aku memang jual tubuh tapi bukan kehormatan, dan asal kau tahu tuan Kingston yang terhormat, aku tidak akan rela mempertontonkan tubuhku jika aku masih punya pilihan." jelas Kesya dengan mata berapi-api, dia tidak pernah merasa serendah ini, pria dihadapannya memang tidak punya hati.

Sean membeku, hatinya tak sanggup menatap wajah marah gadis itu, sesuatu dalam dirinya mulai berontak.

Tanpa memperdulikan pria itu, Kesya mengambil tas, lalu mulai beranjak dari tempatnya.

Sebelum tangannya menyentuh gagang pintu, dia kembali melanjutkan perkataannya tanpa menoleh sama sekali.

"Kau harus tahu, ada banyak orang di dunia ini tidak seberuntung dirimu, salah satunya adalah pelacur yang kau hina tadi."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status