Share

Jealouse

Thanks for reading ❤️

let's meet Sean and Kesya again

Ngakak aku tuh pas baca novel aku yang ini, idih geli sendiri gua, malah tulisannya juga jelek. Pengen ngebully tapi sayang yang nulis saya sendiri. wkwkwkkwkw

Pewaris tunggal Kingston Corp kepergok berkencan dengan seorang gadis yang belum diketahui asal usulnya, hal ini tentu menjadi buah bibir terhangat di beberapa negara mengetahui bahwa seorang Sean Theodore Kingston akhirnya lepas dari penyandang gelar playboy selama bertahun-tahun.

kabar itu juga menjadi bukti bahwa hubungan Sean dengan Helena telah berakhir.

"Wah, duniamu semakin mengerikan." Adrian meledek Kesya yang menatap kesal layar televisi di hadapannya. Saat ini mereka tengah berada di restoran Jepang, sesuai perjanjian, Kesya harus rela menjadi ATM berjalan untuk Adrian selama sebulan.

"Setidaknya aku tidak perlu memakai topeng untuk melindungi diri." Kesya membalas Adrian ketus, kenyamanannya mulai terusik saat mendengar nama Helena, seorang wanita cantik dan berpendidikan yang pernah mengisi hari-hari Sean.

"Kau mengenal wanita itu?" Adria bertanya ketika melihat kemurungan di wajah Kesya.

"Kau juga mengenalnya, dia seorang model papan atas sekaligus mantan kekasih Sean." jelas Kesya dengan lirih, hatinya mulai menciut menyadari bahwa dirinya jauh berada di antara wanita yang pernah berkencan dengan Sean .

"Aku tidak pernah ingin mengenal wanita lain selain wanita pemilik hati ku." Adrian berucap terus terang yang langsung membuat Kesya mendongak cepat.

"Aku tidak pernah tahu bahwa hatimu telah terjaga." ujar Kesya

"Begitulah, hanya saja aku selangkah tertinggal di belakang." Adrian membalas kecut menyadari cintanya yang tak bertuan.

"Dia sudah memiliki kekasih?" tanya Kesya membulatkan kedua matanya.

"Sudah, dia sudah menemukan kebahagiaannya." Adrian berucap menatap lekat sepasang bola mata coklat Kesya sekan ingin menyampaikan isi hatinya.

"Aku yakin di luar sana masih banyak wanita yang menginginkan mu, jangan terlalu bersedih." Kesya mengusap lembut punggung tangan Adrian mengusir segala kesedihan di wajahnya.

Dan berhasil, kini wajah murung Adrian mulai redup perlahan-lahan.

"Bagaimana dengan Sean?" Adrian mengalihkan topik pembicaraan mereka segera.

"Dia melamar ku." balas Kesya dengan singkat yang langsung membungkam mulut Adrian cepat.

"Kau menerimanya?" tanya Adrian setelah berhasil lepas dari kebungkamannya.

"Aku tidak tahu, biarkan waktu yang menjawab." Kesya berujar datar dalam sekali tarikan nafas, membuang kegelisahan di benaknya.

"Aku akan mendukung apa pun keputusan mu." balas Adrian mengukir senyum tipis.

"Kau benar-benar sahabat terbaikku." ujar Kesya dengan bangga, Adrian memang paling mengerti dirinya.

Bolehkah aku berharap lebih? Aku tidak ingin hanya sekedar sahabat. batin Adrian

"Selesaikan makan mu cepat, aku masih belum puas menghabiskan uang mu." perintah Adrian mengabaikan celetuk Kesya.

"Kita sudah punya perjanjian jika kau lupa." balas Kesya cepat menyelamatkan isi dompetnya.

"Kau lupa bahwa kita masih memiliki satu perjanjian lagi?" tanya Adrian menelisik wajah Kesya.

"Apa itu?"

"Kita akan berkencan selama sebulan." Adrian tersenyum licik melihat wajah Kesya yang menegang.

"Brengsek, dasar licik." dengus Kesya memasukkan potongan steak kedalam mulutnya dengan kasar.

Adrian hanya tertawa mendengar umpatan Kesya sebagai balasan perkataannya.

PRANG!!!!

Sheila melemparkan vas bunga di lantai untuk melampiaskan kemarahannya ketika mendengar lelaki pujaannya sudah memiliki kekasih.

"Tidak, Tidak mungkin. Sean hanya milikku, hanya milik ku! Milikku! Milikku. Aku akan membunuh jalang itu! Aku akan membunuhnya!" Sheila meracau histeris seperti orang gila, matanya memerah berkilat marah. Tangannya bergerak keatas menjambak rambutnya meluapkan semua emosi dengan menyakiti dirinya sendiri.

"Sheila! Ada apa sayang?" Maria segera berlari menuruni tangga ketika mendengar suara vas bunga dari lantai bawah.

"Se-sean, dia milik ku. Milikku, hanya milikku!" Sheila berteriak keras menggeleparkan dirinya di atas lantai, meraung-raung nama Sean yang membuat seisi rumah berhamburan melihatnya.

"Sayang, jangan begini. Sean menyukai wanita anggun dan cantik, kalau kau seperti ini dia akan meninggalkanmu." bisik Maria lembut meraih tubuh Sheila ke dalam dekapannya, mendengar kata meninggalkan Sheila langsung berhenti meraung.

"Ibu, Sheila wanita anggun dan cantik. Sean tidak akan meninggalkan ku bukan?" tanya Sheila dengan senyum yang muncul tiba-tiba di wajah pesakitan nya, semua pelayan bergidik ngeri menatap kegilaan putri majikannya.

"Apa yang kalian lihat! Pergi dari sini! Dasar pelayan tidak tahu diri!" Maria membentak kuat, yang langsung membuat kerumunan itu menghilang dari pandangan mereka dengan cepat.

"Ayo kita ke kamar sayang, kau terluka. Sean tidak menyukai bekas luka." Maria membalas perkataan Sheila sesaat setelah mengusir kerumunan itu.

"Sean tidak menyukai bekas luka? Tapi aku terluka ibu? Bagaimana kalau Sean meninggalkan ku." tangis Sheila pecah tiba-tiba di dekapan Maria setelah menyadari beberapa tubuhnya tergores serpihan vas bunga, helaian rambutnya rontok berjatuhan di bahunya.

"Jangan menangis, ayo kita buat Sheila cantik lagi." ajak Maria dengan nada bicara seperti anak kecil, senyum bahagia seketika mengganti tangis di wajah Sheila.

"Ayo bu, aku ingin cantik. Sean sangat menyukai wanita cantik." ujar Sheila segera bangkit dari posisi terlentang mengabaikan darah yang mengucur dari beberapa luka di tubuhnya, dia berjingkrak- jingkrak sambil tertawa menaiki anak tangga.

"Tenang sayang, kau pasti akan mendapatkan Sean." monolog Maria menatap punggung putrinya yang sudah menjauh.

Sementara di sisi lain, seorang gadis meringkuk di bawah selimut, sudah hampir seminggu dia menutup diri dari keramaian. Helena menangis meratapi nasib, sejak percintaan mereka beberapa saat lalu dia tak lagi memiliki nyali untuk menemui Sean. Seperti tisu, setelah dipakai lalu di buang, begitulah nasibnya.

Teriakan para wartawan di luar apartemennya sama sekali tidak di hiraukan, pagi ini hatinya kembali menangis saat mendengar lelaki yang dicintainya telah berlabuh dengan di hati wanita asing.

"Apa harus seperti ini Sean, kau membuang ku seperti sampah setelah memuaskan hasrat mu. Aku memang wanita bodoh, yang berani menaruh harap pada orang seperti mu." bisik Kesya lirih pada dirinya sendiri, dia harus menelan kenyataan pahit bahwa hubungannya harus kandas tanpa sisa.

"Playboy tobat dunia kiamat." sindir Dastan mendaratkan bokongnya di sofa milik Sean.

"Apa perusahaan mu bangkrut? Kenapa kau selalu ke sini." Sean berujar kesal melihat kedatangan Dastan yang tiba-tiba.

"Seluruh dunia membicarakan mu, berita mu kali ini jauh lebih heboh dari Helena." ujar Dastan.

"Ck, untung saja wajah Kesya tak terlihat. Aku tidak ingin dia menjadi mangsa para pencari gosip itu." Sean mendecakkan lidahnya kesal ketika seluruh media membicarakan dirinya.

"Wow, aku yakin para wanita akan menjerit tak rela." Dastan menjawab sambil mengikuti pergerakan Sean yang beranjak dari kursi kebesarannya kemudian duduk di hadapannya.

"Aku sudah bosan menjelajahi selangkangan wanita." Sean membalas dengan santai, sambil menghembuskan asap rokok di udara.

"Mulai jatuh cinta eh?" Dastan mengangkat sebelah sudut bibirnya ketika pertanyaannya tepat sasaran.

"Sepertinya begitu." balas Sean singkat lalu meneguk segelas anggur hingga tandas.

"Semoga kau tidak jadi budak cinta." Dastan memberi peringatan yang hanya di balas senyum sinis Sean.

"Aku rela jika itu Kesya." balas Sean meyakinkan.

"Jangan sampai seorang pun tahu bahwa Kesya penari striptis. Aku tidak ingin dia terluka." Dastan berujar dengan nada khawatir yang langsung membuat Sean membuang pandangan tidak suka padanya.

"Jangan berani menyimpan rasa apa pun terhadap kekasih ku. Aku tidak ingin terjadi pertumpahan darah." Sean berujar dingin dan menusuk di ujung kalimatnya terselip ancaman.

"Aku sudah melakukannya sejak awal, sayang sekali kau harus kalah cepat dari ku kali ini." Dastan membual memancing kemarahan Sean yang mulai menampakkan diri ke permukaan.

PRANG....

Sean membanting gelasnya ke lantai, amarahnya menguar mendengar perkataan lancang Dastan yang berani menantangnya.

"Fuck you Dastan Oliver! I Will kill you if you touch my Kesya." desis Sean tajam mengepal jari-jarinya hingga memutih.

Dastan mengangkat kedua tangannya ke atas kepala.

"Wow, easy man. Aku mundur jika kau mencintainya, itu janjiku."

"Bagus. Kau sudah mengerti rupanya." Sean terkekeh, amarahnya langsung meluap mendengar pengakuan pria dihadapannya.

"Ck, cemburu memang buta." gumam Dastan pelan melihat Sean tersenyum tanpa alasan seperti orang bodoh.

Tepat pukul 8 malam sebuah motor sport berhenti tepat di depan rumah sederhana. Seorang gadis turun perlahan dari atas motor.

"Terimakasih sudah menghabiskan uang ku." kesal Kesya menatap wajah Adrian, mereka menghabiskan waktu sepanjang hari dengan mengelilingi seisi kota hanya untuk memburu makanan.

"Kau masih punya hutang dua puluh sembilan hari lagi." balas Adrian setelah turun dari atas motornya.

"Hei brengsek, jangan lupa bahwa hari ini aku mentraktir mu dengan jatah sebulan." pekik Kesya tertahan, sehari saja sudah membuat isi dompetnya ludes, apalagi sebulan, bisa-bisa dia mengemis di pinggir jalan karena kehabisan uang.

"Namanya traktir tidak boleh ada patokan harga, kau ini bodoh sekali." balas Adrian mencebikkan bibirnya.

"Tapi aku sudah tidak bekerja lagi, bagaimana caranya aku membayar mu?." Kesya berujar dengan memasang wajah menyedihkan mencoba menyentil sedikit rasa kasihan Adrian.

"Minta saja dari kekasihmu, dia lebih dari kaya jika kau lupa." dengus Adrian tanpa berpikir terlebih dahulu.

"Tutup mulut mu, pulang sana. Aku bosan melihat wajah mu." perintah Kesya mendorong bahu Adrian kasar.

"Iya iya, dasar rubah betina." gumam Adrian yang masih di dengar oleh Kesya.

"Apa kau bilang?!" pekik Kesya nyaring membalas umpatan Adrian.

"Suara mu menyakiti gendang telingaku." tukas Adrian jengkel.

"Siapa suruh mengatai ku!" Kesya memasang wajah garang membuat nyali Adrian menciut.

"Baiklah aku pergi." balas Adrian menyelamatkan diri segera, Kesya hanya memasang wajah datar tak berniat untuk menimpali.

"Kesya mendekat pada ku sebentar." perintah Adrian setelah menaiki motor sportnya.

Dengan wajah jengkel Kesya mendekati Adrian yang sudah duduk di atas motor.

"Ada apa?" tanyanya langsung

Cup!

"Selamat malam." Adrian langsung menancap gas setelah mendaratkan satu kecupan di pipi Kesya meninggalkan gadis itu yang masih terdiam mematung.

Kesya meraba bekas ciuman di wajahnya setelah berhasil mengusir keterkejutannya.

"Ck, si brengsek itu!" umpat Kesya menatap pria yang sudah hilang dari pandangannya, dia segera melangkah memasuki rumah.

Cklek!!!

"Sudah puas kau berselingkuh?!"  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status