Share

Cermin Malapetaka
Cermin Malapetaka
Penulis: Fatikhatul Janah

Perang kerajaan Niswa dan Kerajaan Bahara

Sakit ...eeeeeeee eeeeeee heh heh heh eeee eeeee heh.. heh.. heh..

Hembusan nafas ratu Neda terdengar sangat terengah-engah, keringat bercucuran dari dahinya dan hampir membasahi sekujur tubuhnya. Tanggannya masih terus menggenggam putri Aleta yang berusaha menggantikan posisi ayahnya, menemani sang ratu melahirkan. Sungguh menyakitkan memang melahirkan tanpa ditemani seorang suami di sampingnya. Namun semua itu tak Ratu Neda masalahkan karena keadaan memang sedang darurat. Keadaan istana sedang sangat genting. Tak mungkin raja meninggalkan prajuritnya untuk berperang tanpa kehadiran dirinya. Dengan kehadirannya pun pasukan Kerajaan Niswa tampak kewalahan.

Rasa sakit dan cemas berbaur menjadi satu dirasakan Ratu Neda. Melahirkan tanpa ditemani seorang Raja Reja sebagai suaminya mau tidak mau harus terjadi. Peperangan di kerajaan masih terdengar sangat hebat. Untung prajurit masih bisa menahan Prajurit lawan untuk menerobos masuk ke dalam istana.

Eeeee... heh.. heh.. heh..

Eeeeee oe.. oe.. oe..

Tak beberapa lama terdengar tangisan bayi. Putra mahkota telah lahir, rasa bahagia telah menyelimuti hati sang ratu. Akhirnya putra yang telah ditunggu tunggu kelahirannya telah lahir di dunia.

Trang! Trang! Trang!

Suara pedang yang saling bertemu terdengar sangat nyaring di Kerajaan Niswa. Hal ini membuat seluruh warga istana panik.Begitu juga yang dirasakan oleh Ratu Neda.  Rasa bahagia Ratu Neda bercampur dengan rasa panik terhadap keselamatan putra mahkota yang baru saja dilahirkannya. Jika Raja Juza dan pasukannya dari Kerajaan Bahara tahu kelahiran ini, pastilah bayi mungil putra mahkota menjadi sasaran untuk di bunuh. Mereka sangat menginginkan Kerajaan Niswa hancur. Dayang-dayang dan beberapa prajurit berjaga-jaga di depan pintu kamar utama  dengan begitu awasnya

Peperangan antara dua kerajaan ini memang kerap kali terjadi. Hal ini karena dendam yang tak kunjung padam sebab kematian putra mahkota Kerajaan Bahara yang waktu itu ingin mempersunting putri Aleta. Ya pangeran telah jatuh hati pada kecantikan yang dimiliki Putri Aleta. Karena penolakan itu, pangeran bunuh diri. Untunglah prajurit jaga Kerajaan Niswa terbilang cukup banyak sehingga keamanan pintu masuk ke dalam istana masih dapat terjaga. Namun hal itu sepertinya tidak akan bertahan lama karena pasukan dari kerajaan bahara cukup ahli dalam siasat peperangan. Jumlah mereka juga tak kalah banyaknya dengan jumlah prajurit Kerajaan Niswa.

Dengan cemasnya sang ratu memikirkan nasib putra mahkota yang baru saja terlahir dari rahimnya. Kelahiran putra mahkota telah lama ditunggu tunggu, namun kalau bisa memilih, ratu tidak ingin melahirkan pada hari dan detik ini. Mengapa haru lahir disaat keadaan istana tak aman. Namun, mau tak mau kelahiran seseorang memang tidak bisa diminta kapan waktunya.  Ratu sungguh khawatir dengan nasib Pangeran yang ditunggu-tunggu keberadaannya bertahun-tahun. Suasana kamar ratu makin panik. Dengan kerasnya semua dayang memikirkan  bagaimana cara membawa pergi Putra pangeran keluar dari Istana. Karena tidak bisa berlama-lama memikirkan cara yang efektif untuk membawa putra pangeran keluar dari istana, maka diputuskan untuk salah seorang dayang istana dan seorang prajurit berkuda akan membawa Putra mahkota keluar jauh dari istana. Segala penyamaran pun dilakukan. Dengan terpaksa putra pangeran di masukkan ke dalam kotak kayu dengan ukiran cantik diatasnya. Kotak kayu itu adalah tempat penyimpanan sepatu Ratu yang tidak terpakai. Dayang yang akan membawa pergi putra mahkota telah siap dengan penyamarannya, ia memakai baju seperti rakyat desa dan mengenakan jubah bertudung dengan warna hitam. Dekorasi hiasan di delman kerajaan segera di rusak supaya tidak begitu menandakan delman tersebut milik kerajaan.

Dengan segera, dayang segera keluar lewat pintu belakang di kawal oleh beberapa prajurit kerajaan. Di luar pintu, sudah terlihat delman lengkap dengan seorang supir delman kerajaan terlihat sigap membawa dayang pergi. Belum sempat prajurit masuk kembali ke kamar Ratu, beberapa pasukan Kerajaan bahara sudah berhasil menerobos masuk ke dalam istana. Dengan terburu-buru prajurit segera berlari menuju kamar ratu untuk berjaga.

Berpuluh-puluh prajurit mencoba menghentikan pasukan Kerajaan bahara supaya tidak bisa masuk ke istana lebih dalam . Namun kekuatan dan kelihaian dari pasukan bahara cukup sukses melumpuhkan prajurit yang menghadang. Mereka berhasil menerobos masuk tanpa ampun. Bahkan mereka sampai berhasil masuk ke dalam kamar ratu.

Dari dalam kamar, ratu merasa sangat cemas dan memeluk Putri Aleta. Dayang-dayang dengan sibuk dan terburu-buru masih berusaha menutupi jejak kelahiran sang putra mahkota.

BRAR, ah pintu kamar utama berhasil terbuka. Sebenarnya tujuan mereka hendak mencari batu Kristal Regana. Sebuah batu kristal abadi yang dapat menghidupkan kembali satu nyawa setiap seratus tahun sekali. Waktu yang sangat lama untuk menantikan batu kristal itu bekerja. Kebetulan sekali batu kristal itu dapat menghidupkan satu nyawa lagi lima belas tahun kemudian. Mereka menerobos kamar utama istana karena mereka memiliki dugaan bahwa batu kristal itu disimpan di kamar utama dengan penjagaan langsung dari rajanya.  

Namun pencarian mereka nihil. Baru kristal tak kunjung ditemukan, ntah dimana batu kristal itu disembunyikan. Tiba tiba saja seorang pasukan Bahara melihat bercak darah yang menempel di sprei sang ratu. Ah ternayata masih ada darah yang terlewat untuk di tutupi. Sontak mereka teringat perkataan raja mereka beberapa bulan yang lampau, bahwa ratu Kerajaan Niswa tengah hamil. Sontak prajurit mengetahui bahwa telah lahir seorang bayi di kamar ini. Mereka semakin yakin setelah melihat wajah ratu yang sedikit pucat dan lemas. Ratu terlihat sangat ketakutan.

“Mana anakmu??” teriak panglima perang Kerajaan Bahara, sambil menunjuk ke arah ratu. Ratu Neda hanya bisa diam seribu bahasa dengan deraian air mata yang membasahi pipinya. Para dayang pun merasa takut. Prajurit penjaga dengan sigap langsung melindungi ratu dari berontaknya Pasukan Bahara yang berhasil masuk ke kamar ratu. Berkali-kali mereka mencoba mencari seorang bayi, namun nihil. Bayi itu tidak juga ditemukan. Bahkan niat awal mereka mencari batu kristal terlupakan. Mereka beralih fokus untuk mencari seorang jabang bayi. Mereka tidak menemukan jabang bayi jua. Tanpa sengaja salah seorang pasukan Bahara melihat ke luar jendela istana. Tampak sebuah delman berlari dengan cepat. Delman itu sudah mulai terlihat kecil. Tampaknya jarak yang ditempuhnya sudah cukup jauh dari istana.

Tanpa komando, mereka segera keluar mengejar delman itu, segala upaya pencegahan dilakukan oleh para prajurit Kerajaan Niswa. Namun dengan tidak beruntungnya, mereka gagal untuk mencegah prajurit Bahara keluar istana. Prajurit Kerajaan Niswa kewalahan menghadapi serangan dari mereka. Akhirnya prajurit Bahara berhasil keluar kamar ratu dan dengan segera menyusul delman yang sudah jauh itu. Beberapa ekor kuda langsung melesat cepat mengejar delman yang sudah terlihat kecil karena jarak yang sudah semakin jauh.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status