Share

Putri Aleta Izin Menikah

Kini putri Aleta telah beranjak dewasa. Aleta adalah seorang putri yang patuh. Ia tumbuh menjadi gadis yang sangat menawan dan berhasil memukau banyak lelaki keturunan kerajaan. Kecantikannya memang luar biasa. Mungkin bisa dikatakan, ia lah putri yang paling cantik di antara putri putri kerajaan yang lain. Wajar saja jika ketika acara pertemuan antar kerajaan dan kerajaan Niswa menjadi tuan rumah, semua mata putra kerajaan yang hadir selalu memandang Putri Aleta. Mereka tak bisa mengalihkan pandangannya dari Putri Aleta karena pesona dan kecantikkannya itu. Bahkan kerajaan Bahara pun menjadi musuh kerajaan Niswa dengan sebab dendam atas kematian putra mahkota yang kala itu ingin mempersunting Putri Aleta. Kala itu Putri Aleta masih sangat belia sehingga Raja menolak lamaran dari putra kerajaan Bahara.

Putra kerajaan Bahara sungguh tergila-gila dengan Putri Aleta. Karena frustasi lamarannya di tolak, putra Kerajaan Bahara pun menewaskan dirinya sendiri. Dan inilah menjadi sebab dendam kerajaan Niswa pada kerajaan Bahara.

“Ayah, bolehkah Aleta menikah?” Putri Aleta tiba-tiba mengungkapkan keinginannya pada ayahnya saat jamuan makan malam sedang berlangsung. Usianya memang sudah memasuki usia-usia untuk menikah.

“Wahai putriku, benarkah kamu ingin menikah? Siapa gerangan yang telah berhasil menarik perhatianmu. Putra kerajaan lain pun belum ada yang datang ke istana untuk meminta mempersunting dirimu”

“Ayah, Aleta telah jatuh hati pada Putra Rafles, putra ke tiga dari Kerajaan Bunga” jelasnya sambil tersipu malu.

“Dimana kamu mengenalnya wahai putriku?”

“Di kelas memanah ayahku” Putri Aleta menjawab dengan penuh antusias. Putri Aleta juga sangat menunggu jawaban dari ayahnya. Ia sangat berharap ayahnya akan menyetujuinya.

“Apakah dia benar-benar menyukai engkau putriku? Harusnya dia datang kemari jika memang ingin mempersunting kamu. Sudah menjadi adat seluruh kerajaan sejak lama”. Mendengar jawaban ayahnya, Aleta pun tampak sedih. Dalam batinnya ia mengira kalau Putra Rafles hanya mempermainkan perasaannya saja.

Putra Rafles putra ketiga dari kerajaan Bunga memang sangat tampan. Dia lah satu-satunya orang yang dapat membuat Putri Aleta yang cantik jatuh hati. Setiap hari Putra Rafles selalu membawa buket bunga-bunga yang indah untuk Putri Aleta. Bunga itu di petiknya sendiri dari taman kerajaan dan ia sendiri juga yang merangkai bunga itu dengan indah. Banyak putri kerajaan lain yang iri melihat kebahagiaan yang di dapat dari putra Rafles. Putra kerajaan yang tampan dan sangat memikat. Ternyata ia tidak hanya jago membidik mata panah, tetapi juga lihai untuk membuat orang jatuh hati padanya.

Di kelas memanah, ternyata banyak yang diam-diam jatuh hati pada Putri Aleta namun tidak berani mengungkapkannya. Sebagian besar mereka tidak berani memberitahu ayah mereka karena masih ada kakak-kakanya yang belum menikah. Dalam kelas memanah sebagian besar adalah anak ke dua atau pun ke tiga. Tak akan di kabulkan jika mereka menikah sementara anak pertama belum menikah. Itulah Adat yang hampir semua kerajaan anut. Putra Rafles juga merupakan Putra ke tiga di kerajaannya. Namun kedua kakaknya telah menikah. Mungkin itulah alasannya ia berani terang-terangan mengungkapkan rasanya ke Putri Aleta.

Putri Aleta kembali ke kamarnya dengan perasaan sedih. Mukanya terlihat murung. Ia terus terngiang-ngiang akan ucapan ayahanda barusan. Benarkah putra Rafles hanya mempermainkanku? Kenapa ia tak datang membawa keluarganya untuk melamarku?

Tak kuasa air mata pun terjatuh dan membasahi pipinya.

***

Puri Aleta duduk di kursi taman kelas keahlian kerajaan. Kelas memanah telah usai. Seperti biasa putra Rafles menghampirinya dan memberikan buket bunga.

“Kenapa engkau tampak sedih wahai putri?” Sapaan hangat dari Putra Rafles menghampiri Putri Aleta.

Putri Aleta tidak menjawab apapun. Bahkan ia tidak menerima buket bunga dari pangeran.

“Hey... kenapa putri, bukankah bunga ini yang pekan lalu kamu inginkan??” sambil mengerutkan dahi. Ekspektasinya sungguh di luar dugaan. Putra Rafles mengira putri Aleta akan meminta buket itu terlebih dahulu sebelum ia memberikannya

“Seriuskah engkau mencintaiku wahai Putra Rafles?” mendengar jawaban Putri Aleta Pangeran Rafles terkejut.

“Mengapa engkau bisa berpikiran seperti itu? Aku sungguh mencintai engkau, apa yang membuat engkau ragu akan cintaku?”

“Lalu mengapa engkau tidak berkunjung ke istanaku bersama keluargamu untuk melamarku?” Putri Aleta mulai menjelaskan penyebab akan keraguannya. Mukanya berusaha kesal. Padahal dalam hatinya ia tidak ingin bersikap demikian kepada Putra Rafles. Namun ia lakukan demi cintanya ke Putra Rafles. Ia sangat ingin putra Rafles berkunjung ke istana dengan maksud baik.

“Wahai putri, ayahku tengah sakit. Tolong beri aku waktu untuk membawa keluargaku ke Istana engkau.”

“Semua keputusan ada pada engkau pangeran. Aku akan sangat menunggu kehadiran keluarga engkau di istanaku. Aku adalah Putri yang tidak berani membantah ayahku. Jangan salahkan aku apabila nanti engkau di dahului oleh lamaran dari kerajaan lain dan ayahku menyetujuinya.”

Belum sempat di jawab oleh putra Rafles, Putri Aleta sudah beranjak pergi. Ia masuk ke kereta kuda Kerajaan yang sudah sedari tadi menjemputnya. Putri Aleta berusaha cuek dengan pangeran. Sementara Pangeran masih berdiri dan terdiam sembari memegang buket bunga yang tidak di terima oleh Putri Aleta.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status