Share

Tamu Istana (Lamaran kerajaan Flambuana)

“Paduka, hamba izin menghadap”

“Siap, silahkan. Ada berita apa gerangan?”

“Terima kasih paduka. Barusan utusan dari Kerajaan Flambuana datang kemari. Ia membawa surat untuk baginda raja. Ini hampa serahkan surat tersebut kepada paduka” Ajudan memberikan gulungan kertas tersebut kepada Rajanya. Raja menerima gulungan tersebut dengan segera.

Sang Ajudan segera pergi. Putri Aleta yang melihat ajudan keluar dari ruang utama istana segera memasuki ruang utama. Ia penasaran ada berita apa gerangan. Pastilah ada hal penting hingga ajudan menemui ayahanda.

Putri Aleta memasuki ruang utama dan duduk disebelah ibunya.

“Ibu, ada kabar apakah barusan sehingga ajudan menghadap ayah?” Putri Aleta sangat penasaran hingga memberanikan diri untuk bertanya.

“Tunggulah informasi dari ayah. Kita tunggu ayah membacanya” Jawab ratu dengan tersenyum pada putrinya.Sang Ratu juga tampak sangat penasaran dengan isi surat itu. Terbukti dari raut wajahnya yang begitu serius menatap ke arah surat itu. Akhirnya Raja mulai membaca surat terhormat dari kerajaan Flambuana.

‘Saudaraku dengan datangnya surat ini, kami memberitahukan bahwa besok malam kami akan mengunjungi istana bersama keluargaku. Kami berniat melamar putri anda untuk menjadi pendamping putra mahkotaku yang akan menggantikan aku memimpin kerajaan. Sekian pemberitahuan kedatangan kami’

Mendengar bunyi surat yang di bacakan ayahnya, ekspresi Putri Aleta dari penasaran berubah menjadi sedih dan kecewa. Kalau waktu bisa diputar, ia memilih tidak mendengarkan ayahnya membaca surat tersebut. Ia lebih memilih tidak tahu sama sekali. Nasibnya dengan Putra Rafles juga belum kunjung ia ketahui. Ini ditambah lagi dengan datangnya lamaran dari orang lain. Sungguh membuat hatinya pilu. Namun apa yang bisa ia lakukan? bagaimana pun, apapun keputusan ayahnya nanti ia tidak akan berani menentangnya. Surat izin kunjungan dari Kerajaan Flambuana sungguh tidak sangat ia harapkan. Kecuali jika surat itu datang dari Kerajaan Bunga ,sungguh ia sangat menanti-nantikannya. Namun hal itu tak kunjung datang.

“Ayah, hamba izin ke kamar dulu”

Putri Aleta segera pergi menuju kamarnya. Sang Raja kemudian menyuruh dayang istana untuk segera menyiapkan penyambutan kerajaan Flambuana. Aula khusus untuk  menerima tamu pun segera di desain.

Ratu juga memerintah penjahit istana untuk membuat gaun mewah untuk putri. Bagi Kerajaan Niswa, semua tamu yang datang dengan niat baik memang harus di sambut dengan penuh persiapan. Semua warga istana sibuk mempersiapkan kehadiran Kerajaan Flambuana. Persiapan kali ini Sungguh berbeda. Lebih mewah dari  persiapan yang pernah dilakukan kala menyambut lamaran Kerajaan Bahara. Inilah yang membuat putri Aleta semakin merasa sangat khawatir jika ayahnya ternyata menerima lamaran dari kerajaan Flambuana. Ditambah lagi Pemimpin Kerajaan Flambuana terlihat cukup akrab dengan ayahnya. Mereka bersahabat sejak lama.

Malam yang ditunggu-tunggu warga istana pun tiba. Namun lain halnya dengan yang di alami Putri Aleta. Ia sungguh tak menginginkan kedatangan malam ini. Putri Aleta merasa sangat khawatir dan cemas, semoga saja setelah melihat dirinya,  putra dari Kerajaan Flambuana tidak menyukainya.

“Putriku, sudahkah engkau selesai memakai riasan?” teriak ibunya dari luar kamar.

“Sebentar lagi bu,”

“Ibu izin masuk putriku”

Ratu segera masuk ke kamar Putri Aleta sebelum di izinkan. Ratu sungguh terkejut kala melihat putrinya tengah merias seorang diri. Make up tergores tipis di wajahnya.

“Mengapa engkau tidak membiarkan juru rias istana untuk memoles wajah cantikmu?”

“Maaf ibu, Aleta kan sudah besar, Aleta ingin berdandan sendiri. Malu jika nanti Aleta tidak bisa berhias diri” jawabnya. Ia tak ingin ibunya tahu jika ia sangat malas untuk berdandan. Ia tak ingin wajahnya terlihat sangat cantik oleh putra Kerajaan Flambuana.

Benar putriku, tapi sekarang bukan saatnya engkau berhias sendiri. Biarkan juru rias istana yang memoles wajah cantik milikmu.” Putri Aleta pun menurut dengan kemauan ibunya dengan sangat terpaksa. Juru rias istana segera merias wajah cantik Putri Aleta. Tanpa riasan pun sebenarnya Putri Aleta sangat cantik.  Apalagi dengan polesan dari tangan juru rias istana, wajahnya sungguh memukau.

Putri Aleta tampak sangat canti.  wajahnya sungguh menawan. Lebih manis dari biasanya. Wajahnya yang cantik dan berbalut make up sungguh  membuat  Putri Aleta bak bidadari dongeng khayalan. Bedanya kecantikan Putri Aleta sungguh nyata, bukan maya.

Semua telah bersiap di aula penerima tamu. Beberapa prajurit  dan dayang-dayang melakukan upacara penyambutan di depan istana. Rombongan Kerajaan Flambuana  terlihat memasuki pintu  istana.

Raja, Ratu serta Putri Aleta memberi hormat kepada rombongan Kerajaan Flambuana. Begitu juga dengan seluruh dayang, prajurit dan warga istana. Mereka semua kompak dalam memberi hormat.  Rombongan keluarga kerajaan Flambuana segera duduk di tempat yang sudah  terhias dengan rapi.

Mereka mengutarakan maksud kedatangannya. Mereka juga memperkenalkan Putra kerajaannya. Namanya adalah Pangeran Revan. Putra mahkota yang ternyata sangat manis parasnya. Keluarga Niswa juga memperkenalkan Putri Aleta. Putri Niswa yang saat ini seakan menjadi Putri Tercantik di Jagat Raya.

Sesuai dengan dugaan, mata Pangeran Revan terlihat berbinar-binar, ia sangat kagum dan terpesona dengan kecantikan yang dipacarkan dari wajah Putri Aleta. Namun sepertinya hati Putri Aleta tidak tergetar rasa sedikit pun pada Pangeran Revan. Memang Pangeran Revan sangat tampan, namun dalam hati Putri Aleta sudah tertanam nama Putra Rafles dari Kerajaan Bunga.

***

Kunjungan Keluarga Flambuana telah selesai. Kini waktunya untuk istirahat. Kunjungan keluarga Kerajaan Flambuana sungguh sangat melelahkan bagi Putri Aleta. Ia harus senantiasa selalu memancarkan senyumnya dengan terpaksa. Ini sungguh membuatnya sangat tidak nyaman. Namun tidak bagi Raja dan Ratu, pertemuan ini sangat membanggakan. Mengingat Kerjaan Flambuana adalah kerajaan yang makmur dan sejahtera. Banyak kerajaan yang ingin menjalin ikatan keluarga dengannya.

Raja dan Ratu pergi ke kamarnya. Mereka terlibat obrolan pendek.

“Raja suamiku, Akankah kita menerima lamaran Pangeran Revan?”

“Sangat di sayangkan jika kita menolaknya. Pangeran Revan sungguh sangat menawan dan tampan.  Selain itu ia juga sangat Pandai dalam berperang. Kedewasaan sudah terpancar di raut wajahnya. Ia sangat berwibawa”

“Jika kita menerimanya, akankah Putri Aleta bahagia? Atau justru malah tersiksa? Aku sungguh sangat ingin Pangeran Revan menjadi suami putri kita. Namun Putri kita sudah mencintai lekaki lain. Akankah nanti ia bahagia?” Ratu sangat khawatir dengan kebahagiaan Putri Aleta.

“Mengingat waktu itu putri kita meminta izin menikah” lanjut Sang Ratu

“Dahulu engkau juga tidak mencintaiku kan? Kala itu engkau juga tengah jatuh hati pada seseorang kan?”

Ratu tidak menjawab. Ia hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan. Ia ragu jika akhirnya suaminya menerima lamaran tersebut untuk putrinya.

“Kerajaan Bunga juga tidak berkunjung ke kerajaan kita. Bagaimana kita tau putra mereka serius?” Tanya Raja pada Ratu.

Ratu bingung caranya merespon. Ia hanya tersenyum tipis menanggapi suaminya.

Tapi sekarang kita saling mencintai satu sama lain kan, dan kita hidup bahagia. Cinta akan datang dengan bertambahnya waktu. Untuk keputusan lamaran ini kita diskusikan besok. Sekarang tidurlah wahai istriku..”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status