Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Hari ini juga Putra Rafles akan berkunjung ke istananya. Pancaran kebahagiaan Putri Aleta tersorot dari bola matanya yang sedikit kecoklatan. Raja Reja mulai gusar. Ia sempat beberapa kali pindah posisi dalam duduknya. Ya hal ini sangatlah wajar mengingat mereka menunggu kedatangan Pangeran Rafles dan Rombongan sudah begitu lama. Putri Aleta mulai merasakan kecemasan. Bagaimana tidak, Putra Rafles yang ditunggu-tunggunya belum juga menampakkan batang hidungnya.
“Putriku, Apakah rombongan Kerajaan Bunga jadi kesini? Kenapa lama sekali” ucap Sang Raja yang mulai terlihat tampak bosan.
“Pasti mereka jadi kesini ya, sepertinya mereka masih dalam perjalanan” Putri Aleta mencoba menenangkan ayahnya walau dirinya sebenarnya tidak tenang. Yang lebih membuatnya lebh takut lagi adalah Putra Rafles memang tidak jadi pergi ke istananya.
“Baiklah kalau begitu..”
Putri Aleta mondar-mandir. Hatinya tak karuan. Jangan sampai Kerajaan Bunga tidak batal berkunjung kemari. Ntah bagaimana nasibnya nanti jika Pangeran Rafles dan rombongan dari Kerajaan bunga tak jadi kemari. Putri Aleta tidak mau dijodohkan lagi oleh ayahnya. Ia ingin menentukan sendiri siapa yang akan hidup bersamanya.
****
Di lain tempat tampak rombongan Kerajaan Bunga bergerombol. Benar sekali mereka tengah melakukan perjalanan menuju ke Kerajaan Niswa. Sorot mata Putra Rafles sangat bahagia. Bagaimana tidak, ia sudah berhasil membujuk keluarganya untuk menuruti kemauannya. Bahkan Putra Rafles juga dapat menaklukan hati ibunya kembali.
Tiba tiba saja mereka mendapat serangan dari segerombolan orang berjubah hitam lengkap dengan topeng penutup wajahnya. Jumlah mereka memang tak seberapa. Namun mereka sungguh pandai memainkan pedang yang mereka bawa.
Trang! Trang!
Terjadilah perlawanan antara mereka berdua. Putra Rafles merasa heran. Dari mana gerangan asal gerombolan ini. Sepertinya mereka memang sudah merencanakan penyerangan ini. Akhirnya dengan menerima sedikit luka, mereka berhasil menepis jauh para penyerang tersebut. Mereka berlari karena jumlah mereka tak sebanding. Namun walaupun begitu serangan dari mereka ternyata cukup memberikan beberapa bagian tubuh rombongan Kerajaan Bunga terluka.
Putra Rafles menenangkan rombongannya. Kondisi ayahnya yang baru pulih dari sakitnya sedikit membuat Putra Rafles cemas. Karena mereka sudah menempuh jarak tiga perempat, akhirnya mereka memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan.
***
“Paduka, mereka telah sampai kemari” seorang prajurit masuk ke ruang penerima tamu istana.
Kabar darinya membuat mereka tampak lega. Putri Aleta sudah bisa menarik nafas karena lega. Mereka semua segera bersiap untuk menyambutnya.
“Selamat datang di kerajaan kami..” sambut Raja dengan tersenyum ketika bersalaman dengan pemimpin dari Kerajaan Bunga. Jujur saja Raja Reja baru kali ini bertemu denganya. Raja Kerajaan Bunga dan rombongannya tampak sopan. Mereka sepertinya orang-orang yang baik. Kewibawaan juga terpancar pada raut wajah Rajanya. Kesan baik dikantonginya dari Raja reja pada pertemuan pertama. Memang benar, wajah Raja memang memberikan tanda bahwa kondisinya belum terlalu baik. Tubuhnya terlihat tidak sehat. Sedikit lemas.
Semua rombongan terduduk. Beberapa tetes darah yang menetes di lantai menarik perhatian Raja Reja. Kerajaan Niswa baru menyadari jika tamunya itu luka-luka.
“Wahai Raja, telah terjadi apakah gerangan sehingga kalian terluka?” tanya Raja Reja.
“Kami mendapat serangan tiba-tiba dari sekelompok orang berjubah hitam bertopeng. Ntah dari mana datangnya mereka semua” Raja Kerajaan Bunga menyambaikan dengan berwibawa
Raja Reja segera memerintahkan juru kesehatan istana. Mereka membalut luka pada rombongan tamunya. Acara pertemuan sudah selesai. Mereka juga mengutarakan maksud mereka untuk melamar Putri Aleta. Mereka juga tak lupa untuk meminta maaf karena baru dapat berkunjung ke kerajaan Niswa. Raja Reja menyambut baik.
Putri Aleta dan Putra Rafles saling pandang dari kursi masing masing. Mereka seakan sedang melakukan komunikasi lewat netra. Keduanya tampak berhahagia
****
Ternyata lamaran dari Kerajaan Bunga untuk Putra Rafles di terima oleh Kerajaan Niswa. Ya tak lain lamaran Putra Rafles ditunjukan untuk putri satu satunya Kerajaan Niswa. Putri Aleta, putri tercantik dijagat raya kerajaan.
Istana pun mulai menyebarkan kabar gembira tersebut, ya kabar mengenai pesat pernikahan Putri Raja. Raja tak lupa mengirim utusannya untuk mengumumkan hari bahagia itu kepada warganya. Ia berharap seluruh warganya dapat datang mengikuti pesta Pernikahan putrinya. Ia ingin berbagi kebahagiaan dengan rakyat yang telah lama ia pimpin.
Raja juga mengirim surat undangan kepada Kerajaan lainnya untuk menghadiri acara pernikahan Putri Aleta. Kabar akan pernikahan Putri Aleta pun terdengar ke telinga Pangeran Revan. Seorang pangeran tampan yang sangat tergila gila dengan kecantikan Putri Kerajaan Niswa. Namun sayang sungguh sayang, ayahnya tidak menyanggupi persyaratan yang diberikan Kerajaan Niswa sehingga untuk bisa menikah dengan Putri Aleta hanya menjadi angan angan saja.
Ah Sial! Mereka akan menikah!
Duar!
Suara pukulan Pangeran Revan menghantam dinding. Wajahnya memerah seakan menandakan ia sangat tidak terima. Wajahnya seram, dan ketampanannya telah berubah menjadi kegarangan.
Sial! Bagaimana aku bisa menggagalkan pernikahan mereka, sementara aku masih terus diawasi oleh ayahku sebelum hari pelantikanku. Bagaimana aku bisa kabur kalau begini. Aku seakan tahanan di istana sendiri. Tak ada ruang untuk bergerak.
Pangeran Revan memejamkan mata beberapa saat sambil mendongak ke atas. Berharap pencerahan datang kepadanya. Ia sangat ingin untuk menggagalkan pernikahan tersebut.
***
“Zebi zeni.. Runi Runi.. ” teriak Tengku kegirangan. Ia tak lain adalah bayi pangeran Kerajaan Niswa yang namanya telah disamarkan.
“Besok Istana mengundang semua rakyat untuk menghadiri pesta pernikahan Putri Raja..” tengku melanjtkan kalimatnya.
“Apakah kalian mau datang?” lanjut pangeran yang dirinya sendiri juga tidak tau bahwa ia adalah seorang pangeran.
“Pasti hore.. kita akan datang ke pesta..”
“Apa pesta istana?” teriak Bu Tin.
“Kenapa bu?” kata Zebi
“Ibu nda setuju.. tidak pokoknya tidak..” jawab Bu Rusmiah sambil menjauh dari anak-anaknya
“Ibu, kata surat itu semua wajib hadir bu. Besok bukan pesta biasa, besok adalah hari pernikahan Putri Raja” teriak Runi melihat ibunya menjauh.
“Gimana ini bu?” tanya suaminya
“Baiklah pak, ini adalah perintah raja.” berisik bu Tin pada suaminya
“Eh pak, tapi kita ngga boleh memberi tahu siapa itu putra pangeran. Ingat to di surat yang dulu di kotak bersama putra pangeran?”
“Ingat bu. Kita disuruh mengembalikan setelah 20 Tahun kan?”
“Iya bu.. ”
“Baiklah besok kita semua ke istana” seru Bu tin. Suara itu membuat anak-anaknya tersenyum bahagia. Mereka kemudian masuk ke rumah untuk mempersiapkan kehadiran besok ke pesta. Mereka mempersiapkan baju terbaik yang mereka punya.
Bu tin masuk ke rumah dan mendekati anak-anaknya. Bu Tin tersenyum melihat mereka yang sedanng sibuk mempersiapkan untuk datang ke istaan besok.
“Anak-anakku, sepertinya kalian sangat senang ?”
“Tentu saja bu” jawab Runi
“Tapi kalian ingat, kalian besok tidak boleh nakal ya disana. Harus patuh. Kalian harus selalu sama bapak dan ibu..”
“Kenapa bu?” tanya Tengku pada seorang wanita yang kini ia kenal sebagai ibunya
“Karena di istana banyak tamu. Kalian tidak mengetahui mereka berasal dari mana saja. Dari pada nanti kebingungan mencari kalian, kalian harus patuh ya. Tetep sama ibu dan bapak”
Mereka semua menangguk tanda paham.
“Oh iya, sekarang kita selesaikan panen tanaman kita ya.. kan besok besok tidak ada waktu, katanya mau ke pesta pernikahan putri” ucap bu Rusmiah sambil tersenyum
“Bik bu.. Ayo kak” kata Zeb. Mereka semua keluar menuju ke kebun di dekat rumah mereka kembali. Mereka tampak riang tanpa beban menjalani kehidupan.
Beberapa hari lagi menuju pesta pernikahan putri Raja. Gaun Putri Aleta sudah selesai di buat dan kini terpampang indah di kamarnya. Kamar Putri Aleta juga sudah dihias menawan bak surga dunia. Untaian bunga mawar terpampang di setiap sisi ruangan.
Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Akhirnya penantian panjangnya membuahkan hasil. Semua sudut istana telah siap untuk ikut andil dalam acara pernikahan perdana Kerajaan Niswa. Tamu tamu istana mulai berdatangan, rakyat Kerajaan Niswa juga mulai memenuhi aula pernikahan. Suasananya tampak ramai. Melebihi ramainya orang memadati pasar.Kecantikan Putri Aleta benar benar menari perhatian semua yang hadir. Bahkan Putra Kerajaan lain terlihat sangat ingin menggantikan posisi Putra Rafles. Matanya berbinar menandakan bahwa mereka kagum melihat kecantikan paras Putri Aleta. Putri Aleta sudah terduduk di kursi ditemani oleh raja dan ratu, sementara kursi mempelai pria beserta keluarganya masih kosong. Mereka masih menanti nantikan kedatangan Putra Rafles dan keluarga Kerajaan Bunga.Tengku, seorang anak laki laki yang belum diketahui identitas aslinya tampak hadir ditengah tengah kerumunan ribuan m
BAB 13Kepemimpinan Baru“Ratu, saya ada izin menyampaikan sesuatu..”“Tidak tahukah kamu jika ratu sedang bersedih?” teriak Putri Aleta yang duduk di samping bundanya. Tampak juga Pangeran Rafles ada di sana.“Mohon maaf putri, tapi ini kabar mengenai putra pangeran yang hilang” tabib masih berusaha medesak untuk dapat menyampaiakan informasi yang dibawanya.“Memangnya apa yang ingin disampaikan?”“Mohon maaf Rangeran Mahkota ada di dalam istana”“Anakku yang hilang??” ratu langsung menyaut“Benar sekali ratu”“Dimana ia sekarang?”“Ada di ruang pengobatan ratu”Ratu segera beranjak lari. Ia menuju ke ruang pengobatan ingin memastikan jika yang disampaikan tabib istana benar.Benar sesuai apa yang dikatakan sang tabib. Kalung mutiara ratu menyala. Ini menandakan keberadaan putra pangeran berada di sini. Ruangan penuh dengan orang orang. Yang mana pangeran masih menj
Sakit ...eeeeeeee eeeeeee heh heh heh eeee eeeee heh.. heh.. heh.. Hembusan nafas ratu Neda terdengar sangat terengah-engah, keringat bercucuran dari dahinya dan hampir membasahi sekujur tubuhnya. Tanggannya masih terus menggenggam putri Aleta yang berusaha menggantikan posisi ayahnya, menemani sang ratu melahirkan. Sungguh menyakitkan memang melahirkan tanpa ditemani seorang suami di sampingnya. Namun semua itu tak Ratu Neda masalahkan karena keadaan memang sedang darurat. Keadaan istana sedang sangat genting. Tak mungkin raja meninggalkan prajuritnya untuk berperang tanpa kehadiran dirinya. Dengan kehadirannya pun pasukan Kerajaan Niswa tampak kewalahan. Rasa sakit dan cemas berbaur menjadi satu dirasakan Ratu Neda. Melahirkan tanpa ditemani seorang Raja Reja sebagai suaminya mau tidak mau harus terjadi. Peperangan di kerajaan masih terdengar sangat hebat. Untung prajurit masih bisa menahan Prajurit lawan untuk menerobos masuk ke dalam
Tanpa komando, mereka segera keluar menyusul dokar itu, segala upaya pencegahan dilakukan oleh para prajurit kerajaan. Namun dengan tidak beruntungnya, mereka gagal untuk mencegah prajurit Bahara keluar. Prajurit Kerajaan Niswa kewalahan menghadapi serangan dari mereka. Akhirnya prajurit Bahara berhasil keluar kamar ratu dan dengan segera menyusul delman yang sudah jauh itu. Beberapa ekor kuda langsung melesat mengejar dokar yang sudah terlihat kecil karena jarak yang sudah semakin jauh.Pengejaran terus dilakukan oleh pasukan kerajaan Bahara. Kuda-kuda kerajaan Bahara melesat dengan cepatnya untuk mengejar ketertinggalan. Tampak burung-burung berhamburan terbang ke langit ketika kuda-kuda Kerajaan Bahara melesat berlari dengan cepatnya.Tampak hewan-hewan malam pun keluar dari persembunyiannya untuk mencari tempat baru yang dianggapnya lebih aman. Suara tapak kaki beberapa kuda Kerajaan Bahara itu memang terdengar sangat menyeramkan bagi mereka. Mereka t
Perang telah berakhir. Sungguh banyak prajurit yang menjadi korban pada perang kali ini. Raja tanpa pikir panjang dengan segera langsung menemui Sang Permaisuri setelah pasukan perang Kerajaan Bahara mundur. Ia begitu khawatir dengan keadaan istrinya. Dilihat wajah permaisuri yang begitu terlihat pucat dan tampak meneteskan air mata membuat khawatir Raja. Para dayang dan prajurit pun diam dan tertunduk. Mereka bingung mengatakan apa yang telah terjadi di dalam kamar utama. Putri Aleta segera menghampiri ayahnya ketika melihat sosoknya datang. Putri Aleta menjelaskan semua hal yang terjadi. Putri Aleta tidak tega jika ayahnya sampai bertanya kepada ibunya. Takutnya ratu akan semakin bersedih. Mungkin bukan waktu yang tepat untuk menanyakan apapun pada sang Ratu. Terlebih menanyakan hal yang beberapa waktu lalu telah terjadi.Raja memberi kode kepada para dayang dan Putri Aleta untuk keluar dari kamar Ratu. Kini tugas sang raja untuk menenangkan perasaan istrinya.
Seorang perempuan dan anaknya tergopoh-gopoh berjalan menuju rumah. Tampak dokar membawa barang milik mereka sudah terparkir di depan rumah. Ini menandakan pak tani sudah sampai di rumah. Perempuan itu merasa lega, suami dan ananknya telah sampai dirumah dengan selamat.“Pak tolong segera buka pintunya” Ibu petani sambil terengah-engah. Nafasnya masih naik turun tak beraturan.“Sebentar Buk” tampak sahutan suara dari dalam“KREKK..” suara pintu terbuka. Sang Perempuan itu segera masuk ke rumahnya bersama dengan seorang anaknya.Pak tani memandangi dengan serius kotak besar yang di bawa istrinya. Ia tercengang dengan ukiran pada kotak kayu itu. Tak lama kemudian datanglah Runi anak yang tetap bersama ayahnya ketika kejadian pengejaran dayang istana.“Istriku, apakah gerangan isi kotak sebesar itu? motif kotak itu juga sangat bagus” tanya pak tani pada istrinya dengan penuh rasa penasaran.
Ternyata dayang istana yang membawa pergi bayi pangeran ketika peperangan tinggal di rumah Pak Beni dan istrinya. Rumah sederhana yang begitu tertata. Tampak dayang istana masih terbaring lemas.“Maaf, saya merepotkan kalian” tiba-tiba dayang istana membuka matanya setelah koma selama tiga hari.“Tidak sama sekali wahai utusan istana” suara lembut bu Ratna istri pak Beni yang tengah duduk di samping dayang istana. Sudah turun temurun, semua orang yang berkaitan dengan istana pasti akan dihormat walau hanya seorang pembersih kebun. Itulah hal istimewa yang didapatkan dari semua orang yang berhubungan dengan istana. Mereka memiliki pangkat dan dihormati oleh warga sekitar. Bahkan bangsawan pun ikut menghormatinya.“Di mana supir delman?” sambil melihat sekeliling. Berharap sang supir juga ada ditempat yang sama dengannya.“Mohon maaf, dia telah tiada. Lukanya cukup parah. Nyawanya tida
Kini putri Aleta telah beranjak dewasa. Aleta adalah seorang putri yang patuh. Ia tumbuh menjadi gadis yang sangat menawan dan berhasil memukau banyak lelaki keturunan kerajaan. Kecantikannya memang luar biasa. Mungkin bisa dikatakan, ia lah putri yang paling cantik di antara putri putri kerajaan yang lain. Wajar saja jika ketika acara pertemuan antar kerajaan dan kerajaan Niswa menjadi tuan rumah, semua mata putra kerajaan yang hadir selalu memandang Putri Aleta. Mereka tak bisa mengalihkan pandangannya dari Putri Aleta karena pesona dan kecantikkannya itu. Bahkan kerajaan Bahara pun menjadi musuh kerajaan Niswa dengan sebab dendam atas kematian putra mahkota yang kala itu ingin mempersunting Putri Aleta. Kala itu Putri Aleta masih sangat belia sehingga Raja menolak lamaran dari putra kerajaan Bahara.Putra kerajaan Bahara sungguh tergila-gila dengan Putri Aleta. Karena frustasi lamarannya di tolak, putra Kerajaan Bahara pun menewaskan dirinya sendiri. Dan inilah menjadi seb