Share

BAB 12 Kekacauan Pernikahan Putri

Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Akhirnya penantian panjangnya membuahkan hasil.  Semua  sudut istana telah siap untuk ikut andil dalam acara pernikahan perdana Kerajaan Niswa. Tamu tamu istana mulai berdatangan, rakyat Kerajaan Niswa juga mulai memenuhi aula pernikahan. Suasananya tampak ramai. Melebihi ramainya orang memadati pasar.

Kecantikan Putri Aleta benar benar menari perhatian  semua yang hadir. Bahkan Putra Kerajaan lain  terlihat sangat ingin menggantikan posisi Putra Rafles. Matanya berbinar menandakan  bahwa mereka kagum melihat kecantikan paras Putri Aleta. Putri Aleta sudah terduduk di kursi ditemani oleh raja dan ratu, sementara kursi mempelai pria beserta keluarganya masih kosong. Mereka masih menanti nantikan kedatangan Putra Rafles dan keluarga Kerajaan Bunga.

Tengku, seorang anak laki laki  yang belum diketahui identitas aslinya tampak hadir ditengah tengah kerumunan ribuan masa. Ia tampak bersama dua orang perempuan. Ya benar sekali, mereka berdua adalah saudaranya, Runi dan Zebi. Mereka datang bertiga. Ayah dan ibu mereka sedang sibuk di ladang dan memang pekerjaannya ini tidak bisa ditinggalkan. Mereka sedang panen cabai, karena jika mereka menunda panennya ditakutkan akan turun hujan lebat mengguyur sehingga menggagalkan panennya.

Sungguh bahagia Putri Aleta meloihat kedatangan Putra Rafles. Adat prosesi pernikahan pun segera perlangsung. Satu demi satu adat pernikahan kerajaan telah selesai, dan kini Putri Aleta telah sah menjadi Permaisuri dari Putra Rafles. Kini saatnya acara jamuan makan besar bersama. Sebuah nasi kuning yang menjulang sangat tinggi telah tiba saatnya untuk di potong. Tengku dan kedua saudaranya lebih mendekat ke area Tumpeng tersebut yang tak jauh dari peberadaan keluarga istana.

Detik detik pemotongan sedang berlangsung. Tiba tiba saja sebuah serangan misteris datang tidak tahu dari mana arah datangnya. Semua panik dan berhampuran tak karuan menyelamatkan diri. Begitu juga dengan Tengku. Ia tanpa sadar berlari mendekati singasana keluarga kerasaan yang terpampang indah dalam acara pesta pernikahan.

Di tengah kalang kabutnya kepanikan, kalung Ratu Neda menyala. Hal ini membuat ratu teringat akan putranya. Ratu Neda yakin bahwa anaknyaada di antara banyaknya orang yang ada pada pesta pernikahan ini. Namun ratu tidak bisa berbuat apa apa. Mereka semua sibuk menyelamatkan diri, begitu juga ratu Neda. Di situasi seperti ini akan sangat membahayakan jika ia mengambil langkah untuk mencari putranya yang sudah hilang bertahun-tahun. Perasaan campur aduk menghampiri Ratu Neda. Namun keselamatan lebih penting.

Sungguh sangat disangangkan. Raja Reja terkena anak panah dari serangan Tak terduga itu. Nath dari mana dan siapa dalang dibelakang penyerangan ini. Maksud dari penyerangan ini pun masih menimbulkan benak tanda tanya di  seluruh warga Kerajaan Niswa dan pihak istana.

“Ah lenganku terluka” teriak Raja Reja. Segerombolan prajurit segera mendekat dan membawanya untuk diamankan.

“Sebentar, biarkan saya tetap disini.. sisa umurku tidak lama lagi” suaranya disertai dengan rintihan rintihan menahan sakit.

“Suamiku engkau tidak boleh berkata demikian..  ”

“Tidak istriku aku sudah melihat tanda akhir hayatku. Berhentilah menangis ” ucap sang Raja yang dikelilingi prajurit untuk menghindari serangan dari kelompok tak dikenal itu.

“istriku, aku hanya berpesan, baik baik engkau disini. Maaf aku tidak dapat menyelesaikan masalah yang dalami kerajaan ini. Jaga diri baik baik, semoga enkau selalu bahagia ”

Raja telah menutup mata. Di hari yang seharusnya menjadi hari bahagia bagi Kerajaan Niswa merubah menjadi hari yang menyedihkan, di hari pernikahan Putri Aleta, justru serangan dari orang tak dikenal telah menewaskan Raja.

Ratu menangis terisak isak tak kuasa menahan kesedihan. Bertama dihari pernikahan putrinya, justru Putra Rafles tidak datang dan suaminya harus menghembuskan nafas terakhir karena serangan dari segerombolan orang tak dikenal.

Keadaan pesta berubah menjadi suasana yang menyedihkan, dirundung duka yag teramat dalam karena kematian sang pemimpin kerajaan.

***

Upacara pemakaman raja di lakukan. Seluruh rakyat istana yang mulainya datang untuk menyambut hari bahagia, justru berubah menghadiri kematian raja. Semua rakyat yang berkumpul menahan kesedihan. Sementara beberapa rakyat yang terluka di dalam istana di tangani tabib istana.

 Tengku. Ya tengku putra istana yang tidak tahu kalau ia keluarga kerajaan juga menjadi salah satu korban. Ia terluka di bagian perutnya. Sang tabib membuka bajunya hendak mengobati.

Kaget sungguh kaget sang tabib melihat tanda lambang Kerajaan Niswa bersarang di perut tengku. Tabib tak bisa berkata apapun. Ia mematung sejenak yang menyebabkan orang orang di sekitarnya terheran heran.

“putra pangeran, maaf hamba izin mengobati luka pangeran”

“Pangeran ?” Tengku menunjukkan telunjuknya ke arahnya sendiri.

“Iya pangeran..”

“Maaf sepertinya anda salah orang. Aku bukan seorang pangeran. Aku hidup dengan keluargaku sejak kecil”

“Sebentar saya obati terlebih dahulu luka pangeran setelah itu nanti saya jelaskan”

Fatikhatul Janah

Selamat membaca.. sudah mau menuju konfik utama ini hehe.. selepas ini bab akan lebih menarik ceritanya.. kuy tetap ikutin ya.. lebh seru bab bab selanjutny adari pada bab awal awal

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status