Share

Pemimpin Baru

BAB 13

Kepemimpinan Baru

“Ratu, saya ada izin menyampaikan sesuatu..”

“Tidak tahukah kamu jika ratu sedang bersedih?” teriak Putri Aleta yang duduk di samping bundanya. Tampak juga Pangeran Rafles ada di sana.

“Mohon maaf putri, tapi ini kabar mengenai putra pangeran yang hilang” tabib masih berusaha medesak untuk dapat menyampaiakan informasi yang dibawanya.

“Memangnya apa yang ingin disampaikan?”

“Mohon maaf Rangeran Mahkota ada di dalam istana”

“Anakku yang hilang??” ratu langsung menyaut

“Benar sekali ratu”

“Dimana ia sekarang?”

“Ada di ruang pengobatan ratu”

Ratu segera beranjak lari. Ia menuju ke ruang pengobatan ingin memastikan jika yang disampaikan tabib istana benar.

Benar sesuai apa yang dikatakan sang tabib. Kalung mutiara ratu menyala. Ini menandakan keberadaan putra pangeran berada di sini. Ruangan penuh dengan orang orang. Yang mana pangeran masih menjadi tanda tanya bagi ratu.

Ratu mendekati satu demi satu orang yang berada di sana. Saat mendekati Tengku kalung ratu semakin menyala terang. Ratu sangat kegirangan melihat kalungnya yang menyala semakin terang.

“Anakku, akhirnya ibu menemukanmu” terika sang ratu dan hendak memeluk tengku.

Belum berhasil ratu mendekap tubuh Tengku, Tengku segera menghindar

“Mohon maaf aku bukan anakmu!” dengan nada sedikit meninggi.

“Kamu sungguh anakku, percayalah pada bunda” nada lembut keluar dari mulut ratu.

“Bukan! Kamu bukan ibuku! Aku punya keluarga dirumah!” Tengku terus berusaha meyakinkan wanita didepannya tersebut kalau dia bukanlah anaknya

“Aku sungguh anakmu.Lihatlah tanda di perutmu itu. Tanda di perutmu itu pasti sekarang menyala. Lihatlah tanda di depanmu itu. Itu adalah simbol kerajaan ini. Dan tanda diperutmu sama persis. Kamu adalah putra pangeran kerajaan ini yang telah lama hilang dari istana”

Tengku langsung membuka sedikit sisi bajunya. Ia mencoba membuka perban yang bersarang di perutnya. Ia akan memastikan jika ucapan wanita didepannya itu bohong, pasti perempuan di depannya mengarang cerita.

Tengku sungguh kaget. Tanda di perutnya yang telah lama ia kira adalah tanda lahir biasa ternyata benar benar menyala. Tengku tertegun dan kaget

“Benarkan aku putra pangeran ? ” sambil menunjuk ke arahnya sendiri.

“benar sekali Pangeran” jawab tabib yang sudah mengobatinya.

“Benar anakku, kamu adalah anak yang sudah di tunggu tunggu istana sejak lama, puluhan tahun hilang dari istana. Tanpa diduga kini kau telah kembali anakku”

Ratu memeluk Tengku. Tengku juga membalas pelukan bunda ratu.

“Anakku, engkau kini akan menjadi pengganti ayahmu yang baru saja ”

“Apa bunda ratu? Ayah raja telah wafat?” Tengku sangat kaget. Bahkan ia belum pernah sekalipun melihat wajah ayah aslinya.

“Iya anakku. Engkau harus bersiap melakukan upacara pelantikanmu menjadi raja. Sekarang istirahatlah..”

“Sebentar bunda ratu, Tengku ingin melihat peristirahatan terakhir ayah”

“Baiklah, sekarang ikut bunda kesana”

***

Putra Rafles sempat mendengar pembicaraan bunda ratu di ruang pengobatan. Sungguh tidak bisa di duga. Di saat dirinya sudah mati matian mendapatka Putri Aleta ternyata Putra mahkota kerajaan ini telah kembali. Keinginannya untuk menjadi raja di istana pasti akan gagal. Mimpi yang sudah terkubur sejak lama, dan sudah didepan mata kini telah musnah sebelum berhasil diraihnya.

 Kenapa di saat pengorbanan terbesarnya demi menjadi pemimpin kerajaan harus munsah begitu saja karena kehadiran bocah ingusan yang tidak terduga. Ah Sial!!

Puta rafles terus mondar-mandir dalam kamarnya. Putri Aleta menyadari ketidaknormalan pada laki kali yang baru saja telah menjadi suaminya.

“Pura Rafles, apa yang mengganggu pikiranmu? Sepertinya engkau sedang memikirkan sesuatu?”

“Oh tidak tidak, tidak ada pikiran yang mengganggu pikiranku ini. Hanya saja aku sedang memikirkan malam pertama kita” Putra Rafles sengaja berbohong pada Putri Aleta. Rencana busuknya tidak boleh diketahui oleh siapapun oleh warga istana.

“Tak kira ada pikiran apa yang menggangu pikiran engkau suamiku” jawab Putri Aleta sambil tersenyum senyum dan pipinya tambah merah merona, semerah delima.

Sebenarnya Putra Rafles sedari tadi sibuk mencari cara bagaimana cara untuk menyingkirkan bocah ingusan itu dari istana. Karena keberadaannya itu, pastilah pemimpin kerajaan tidak akan mungkin ia dapatkan.

Malam telah tarut, Putri Aleta tampak tertidur. Syukurlah sepertinya ia kelelahan, batin Putra Rafles. Malam ini juga ia dapat beraksi untuk menyingkirkan bocah ingusan itu.

Ia mengendap endap memasuki kamar Tengku. Tak lupa ia memantau sekeliling untuk memastikan bahwa keberadaannya aman, tidak di ketahui oleh siapapun.

KREEKK!!

Suara pintu yang perlahan terbuka. Putra Rafles mendekati tubuh Tengku yang sudah tertidur dengan pulas. Putra Rafles membawa sebilah pisau buah yang ia ambil dari kamarnya. Dengan cepat dan penuh kebencian ia menancapkan pisau itu ke tubuh Tengku. Namun belum berhasil pisau itu tertancap, tubuh Tengku telah hilang entah kemana. Pisau tertancap di ranjang pangeran. Dengan penuh tanda tanya dan kebingungan, Putra Rafles segera mencabut pisau itu dan segera pergi dari kamar Tengku.

Dengan hati hati Putra Rafles masuk ke kamarnya. Ia duduk di ranjang dan pikirannya masih terpikirkan dengan kejadian tadi. Bagaimana mungkin tubuh bocah ingusan itu bisa menghilang tiba tiba?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status