Begitu banyak rahasia di dunia ini. Setiap orang memiliki kehidupan pribadi yang tidak perlu diketahui orang lain. Begitu pula dengan pasangan ini harus terikat dengan hubungan serius. Meskipun status mereka masih seorang pelajar.
***
Tett!! Tetttttt................!!!!!!!
Bel masuk menggema ke seluruh gedung sekolah. Semester baru telah tiba menyambut hari dengan bahagia. Semua murid kelas X sampai XII tengah mengikuti upacara pagi sekaligus menyambut murid baru dari berbagai sekolah menengah pertama di aula.
Tahun ini Kepala Sekolah tengah bersuka cita dengan jumlah siswa yang masuk semakin bertambah. Jakarta High School menerima lebih dari 1.000 siswa untuk kelas X dan hal tersebut merupakan sebuah pencapaian luar biasa.
Beberapa menit berlalu, akhirnya upacara pun selesai. Kini waktunya bagi Kepala Sekolah untuk memberikan sambutan patah dua patah kata sebelum membubarkan para siswa. Banyak dari mereka yang mengeluh. Bukan tanpa alasan, sambutan yang sekiranya menurut pria berusia 50 tahunan tersebut hanyalah ucapan sekilas, tapi tidak untuk para siswa. 2 jam bukanlah waktu yang sesingkat itu.
"Assalamu'laikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Illahi Rabbi. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kita bisa berkumpul bersama. Shalawat serta salam kita panjatkan kepada Baginda Kita Nabi Muhammad, Shallallahu alaihi wasallam. Selamat pagi semuanya, salam sejahtera bagi kita semua. Tahun ini sekolah kita mendapat banyak keuntungan. Mulai dari murid yang melimpah, fasilitas bertambah dan kita juga mendapatkan gedung sekolah baru yang telah selesai di renovasi. Tidak hanya itu saja, tahun ini sekolah kita juga kembali meraih juara dari lomba sains yang diadakan bulan lalu. Salah satu murid sekolah kita menjadi juara 1 di ajang lomba nasional tersebut. Baiklah kita beri apresiasi dan penghargaan padanya. Ini dia, Muhammad Dimas Pratama." Ucap kepala sekolah berbadan tambun, berkumis tebat dan berkacamata itu menarik perhatian semua murid.
Tidak lama berselang seorang pemuda dengan langkah coolnya berjalan ke atas panggung dengan suara tepuk tangan mengiringi. Setiap langkah sang pemuda tidak lepas dari tatapan para siswi yang terpesona dengannya.
Sosok jangkung, berambut klasik lurus, bermata coklat dengan senyum yang menawan, kini telah berdiri di atas panggung membuat semua mata tertuju padanya. Bak seorang bintang tengah manggung di hadapan jutaan penonton, sosoknya begitu memukau.
Muhammad Dimas Pratama, pemuda berusia 18 tahun itu kini duduk di bangku kelas XII. Pemuda tampan dengan segudang prestasi yang telah ia raih membuat para guru di sekolah favorite itu bangga memiliki murid sepertinya.
"Selamat yah Dimas tahun ini kamu masih juara" bisik kepala sekolah seraya memberikan penghargaan padanya.
"Terima kasih banyak, pak" balas Dimas lalu menerimanya.
Sesi pemotretan tengah berlangsung. Teriakan dan tepuk tangan mengiringi acara tersebut. Senyum ceria terpancar masih terpampang jelas di wajah tampannya. Setiap siswi tersipu malu dan para siswa menggeretak tidak suka. Meskipun begitu mereka ikut bangga dengan pencapaian yang di hasilkan oleh Dimas untuk mengharumkan sekolahnya.
***
Beberapa saat kemudian acara singkat pun telah selesai. Semua murid kembali ke kelas masing-masing. Dimas yang berada di kelas XII IPA-1 sekarang tengah merayakan keberhasilannya bersama teman-teman dan juga wali kelas. Mereka bangga dengan pencapaian yang didapatkannya.
"Selamat bro, gue bangga punya sahabat kaya loe" ucap sahabatnya Ilham, pria tampan lainnya yang bersekolah di sana.
"Hahaha thanks, bro"
"Selamat ya Dimas"
"Selamat"
"Selamat"
"Ibu bangga punya murid sepertimu, Dimas. Pertahankan" ujar Ibu Guru Sarah tersebut.
"Terima kasih banyak, bu. Ini juga berkat bu guru Sarah yang selalu mendukungku" balas Dimas tersenyum ramah.
Ucapan demi ucapan selamat pun terus berdatangan. Bahkan sebagin siswi di kelas itu memberikannya bunga. Hari ini situasi yang masih belum kondusif mereka habiskan untuk perayaan, khususnya di kelas itu.
***
Ini adalah tahun ketigaku menjadi seorang siswi Sekolah Menengah Atas. Aku merupakan gadis biasa tidak mempunyai bakat luar biasa. Mungkin di antara teman-teman sekelas akulah yang paling tidak menonjol. Bahkan jika di bandingkan dengan pangeran sekolah, Muhammad Dimas Pratama, aku tidak ada apa-apanya. Namun tahukah kalian, jika aku memiliki rahasia besar yang tidak banyak orang lain tahu? Dan aku harus tetap menjaga rahasia itu. _Falisha Erina _
Di kelas XII-IPS 3 seorang gadis tengah di ceramahi oleh wali kelas mengenai kelakuannya selama ini di sekolah. Gadis yang memiliki tinggi 151 cm, berhijab putih polos dengan bola mata kecoklatan, dan berkulit putih bersih itu sudah biasa menerima omelan demi omelan dari wali kelasnya. Bahkan mungkin hal itu sudah menjadi santapan wajib baginya.
"Kamu mengertikan Erina. Kamu harus belajar lebih giat lagi. Kamu sudah kelas 3 sekarang dan tidak ada waktu untuk main-main, dan jangan pernah berkelahi lagi. Kamukan seorang gadis, seorang muslimah kenapa hobi sekali berkelahi huh? Bapak berkata seperti ini untuk kebaikanmu, coba contohlah Dimas. Okey." ucap guru pria berusia 40 tahunan itu.
"Baik pak, saya mengerti" balasnya singkat.
Falisha Erina. Seorang gadis berusia 17 tahun tengah berada di masa terakhir sekolah menengah atasnya. Gadis yang terkenal dengan keonarannya itu membuat wali kelasnya heran dengan siswi yang satu ini.
Erina sering di panggil ke ruang BP akibat berkelahi dengan beberapa siswa di lapang belakang sekolah. Masalahnya sepele, entah itu karena ia mendapatkan ejekan atau para siswa yang bertindak tidak sopan padanya. Bukankah hal tersebut hanyalah sebagai pembelaan atas dirinya? Erina tidak mengerti dengan aturan yang diadakan.
Selesai menerima nasihat dari wali kelasnya, Erina kembali ke tempat duduk. Memandang ke arah luar memikirkan kehidupannya yang sudah berubah. Sejak kematian kedua orang tuanya ia menjadi gadis liar. Sering terlibat dalam perkelahian dan berakhir di skors selama beberapa hari dari sekolah.
Namun, hal itu ia lakukan untuk menutupi luka hatinya saat kehilangan dua orang yang ia cintai. Masih jelas dalam ingatan bagaimana kedua orang tuanya meninggal. Hampir 4 tahun lamanya Erina menjadi seorang anak yatim piatu.
'Ayah, ibu..' batinnya menatap langit pagi itu yang terlihat cerah.
Tukk!!
Jari manisnya tak sengaja terantuk pada meja. Tatapannya pun mengunci pada sebuah cincin emas yang melekat di jari manis kanannya. Erina tersenyum kembali membayangkan jika kini sikapnya tidak lagi sebrutal dulu. Yah, dulu Erina lebih sering bertindak seenaknya. Bahkan mungkin sekolah bukan lagi prioritasnya. Namun, 9 bulan ini ia mencoba berubah menjadi lebih baik untuk seseorang.
Seseorang yang sudah menjadi bagian keluarga, bahkan mungkin lebih dari itu. Sebuah hubungan erat yang terkunci oleh ikatan suci.
"Terima kasih." gumamnya seraya mengelus cincin itu perlahan.
Sama seperti kelas-kelas lainnya, kelas Erina pun masih belum belajar seperti biasanya. Mereka masih mengadakan pembagian tugas, seperti ketua kelas, wakilnya, sekertaris, bendahara dan lain sebagainya.
Melihat hal itu Erina tidak tertarik Ia mencoba tidur di mejanya dengan kedua tangan sebagai bantalan. Namun, samar-samar ia bisa mendengar pembicaraan teman-temannya mengenai Dimas.
"Erina" tiba-tiba ia dikejutkan dengan kedatangan sahabatnya.
"Rahel, ada apa?" tanyanya cuek.
"Kamu ini belum juga berubah. Hah~ aku bosan mendengar pembicaraan mereka tentang Dimas.... Dimas.... Dimas... terus" keluh Rahel seraya duduk di depan Erina, "aku tidak menyangka jika Dimas yang kita tahu di kelas X-nya hanya berkecimpung di musik bisa menguasai segala bidang"
"Yah, aku juga terkejut. Setelah memutuskan masuk jurusan IPA dia berubah. Ternyata dia sangat pandai" balas Erina lagi.
"Eum, sama sekali tidak disangka. Apa mungkin kita tidak terlalu dekat yah jadi tidak tahu dia sebenarnya."
"Mungkin saja"
Kedua gadis itu pun bercerita tentang masa indah kelas X dulu. Di mana mereka bertemu dan bersahabat karena sama-sama tidak nyaman dengan suasana kelas. Siapa sangka, keduanya cocok satu sama lain, hingga sekarang bersahabat dengan baik. Namun, meskipun begitu ada 1 rahasia yang tidak bisa Erina katakan padanya.
Rahel Jayanti adalah gadis yang sangat baik. Ia memiliki wajah cantik, dengan bola mata hitam besar. Hijabnya yang panjang terulur membuat Rahel terkenal karena kesahlehannya. Erina bersyukur bisa bertemu sampai bersahabat dengannya.
***
Akhirnya kelas berakhir begitu saja. Hari pertama tidak ada kegiatan yang berarti bagi Erina. Sekolah masih sama, membosankan. Langkah lunglai membawanya kepada perumahan sederhana yang sudah ditinggalinya selama 9 bulan ini. Tidak banyak yang tahu mengenai keadaannya sekarang.
Setiap hari akan ada hal yang membuatnya terkejut. Seperti sebuah buku yang menampilkan adegan baru tanpa terduga. Siapa saja yang menulis cerita tersebut pasti menyukai sebuah kejutan. Sepertinya hal kehidupan Erina. Dirinya tidak menyangka jika setelah tahun berganti teman sekelasnya, Muhammad Dimas Pratama menjadi sebuah berlian yang menyilaukan.
Menunjukan dirinya pada khalayak jika dirinya adalah sama seperti perhiasan yang berharga. Sosok yang menyukai musik itu bisa berubah 180 derajat. Dimas menjadi seorang siswa yang aktif dalam semua bidang. Tentu, hal tersebut sangat bertolak belakang dengan Erina.
Namun, di balik ketenaran Dimas dengan segudang prestasi dan Erina bersama kenakalannya ada satu hubungan yang ternyata bisa mengikat mereka berdua. Bak langit dan bumi mereka memiliki perbedaan yang sanagt mencolok.
Keduanya sengaja merahasiakan hal tersebut karena bisa saja membuatnya berada dalam masalah serius. Terlebih pada sebuah hubungan yang terikat oleh ikatan suci dan berjanji di hadapan Tuhan.
"Assalamu'alaikum, aku pulang." Sosok yang menjadi primadona di sekolah pun tiba di kediamannya.
"Wa'alaikumsalam. Oh, selamat datang." Balas si pembuat onar tersebut.
Kepalanya menyembul di balik pintu dapur. Senyum mengembang menyambut kedatangan pemuda itu.
"Apa yang kamu lakukan, istriku?" tanya Dimas pada Erina.
Tidak ada yang salah dengan perkataannya. Mereka memang pasangan suami istri yang sudah sah dimata hukum dan agama. Yah, inilah rahasia besar yang mereka sembunyikan dari orang lain. PERNIKAHAN. Status baru mereka yang masih menjadi seorang pelajar.
"Ahahahha masih terasa aneh bagiku mendengarnya, suamiku." Jawab Erina dengan tawa ringan. "Oh iya, hari ini aku masak makanan kesukaanmu. Aku tidak tahu apa rasanya enak atau tidak. Yah, maklum saja aku tidak pandai memasak." Kikuknya kemudian.
"Tidak apa-apa. Aku senang mendengarnya" Dimas pun berjalan menuju meja lalu melihat banyak makanan tersaji di sana.
Tanpa menyia-nyiakan waktu ia langsung merasakan masakan buatan sang istri. Ia terlihat bahagia dari tahun-tahun sebelumnya.
"Ini enak sekali Erina. Terima kasih sudah membuat makan malam ini" puji sang suami seraya memandang istrinya yang tengah duduk di hadapannya.
"Heheh, sebenarnya aku hanya memasak 2 makanan itu saja dan sisanya membelinya" ungkap Erina sembari menunjuk mie dan juga ayam goreng.
"Hahaha, tidak apa-apa aku mengerti." Balas Dimas senang.
Erina tersenyum melihat suaminya makan dengan lahap. Usahanya ternyata tidak sia-sia. Dimas menghargai jerih payahnya. Jauh dalam lubuk hatinya paling dalam ia bahagia mendapatkan kehidupan baru selepas orang tuanya meninggal.
"Oh yah Erina, aku mendapatkan uang banyak dari lomba itu. Emm, apa ada sesuatu yang kamu inginkan?" tanya Dimas kemudian.
"Benarkah? Emm, aku tidak menginginkan apa-apa untuk saat ini. Lebih baik uangnya kita tabung saja buat kehidupan sehari-hari." Balas Erina bersikap layaknya istri yang baik.
Dimas mengangguk senang dengan jawaban itu. Ia pun kembali menikmati makannya tanpa ada kata pembicaraan lagi. Dilihat dari sudut mana pun keduanya memang bertolak belakang. Satu berada di atas awan dan satu lagi berada di dasar jurang. Meskipun begitu sekalinya bersatu tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan sudah berkehendak. Buktinya, mereka bisa dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan.
Selesai makan malam, Erina bergegas mencuci piring lalu membereskan meja makan. Gadis berusia 17 tahun itu begitu cekatan dalam mengurusi pekerjaan ibu rumah tangga seperti wanita kebanyakan.
Meskipun statusnya masih pelajar.
Jalan cerita tidak selalu indah, terkadang terdapat kerikil yang bisa membuat luka.***Tidak lama berselang Erina sudah berada di dalam kamarnya. Duduk dimeja belajar lalu membuka buku pelajaran dan mulai membacanya. Sungguh hal tersebut menjadi sebuah kemajuan yang sangat besar baginya.Lembar demi lembar kata yang tertuang seketika menyuguhkan eksistensi berbeda dalam pikirannya. Matanya berkuang-kunang kala pembahasan yang tercantum di sana tidak sedikit pun dimengerti.1 jam 15 menit berlalu, kepalanya pening tidak karuan. Hingga,"Aaarrggghhh, aku tidak menyukai hal ini" teriaknya di tengah keheningan. Erina pun menyenderkan punggung di kursi seraya menengadah ke atas melihat langit-langit kamar. "Aku tidak bisa seperti Dimas. Apa dia belajar lebih dari ini? Bodoh Erina tentu saja dia belajar lebih dari aku. Ohh iya aku harus membuatkannya teh agar dia bisa semangat belajarnya." Kemudian
"Wa'alaikumsalam, selamat datang." Ucap sang istri seperti biasa. Wajah ayu yang tengah tersenyum itu menyambut kepulangannya dipintu masuk.Dimas pun tidak kuasa menahan senyuman. Bulan sabit itu melengkung jelas menambah ketampanan pemuda populer tersebut.Cup!! Tanpa disuruh ia menghadiahkan ciuman pulang didahi sang istri. Pipi putih Erina seketika merona dengan tindakan yang di lakukan suaminya secara tiba-tiba. Degup jantung yang bertalu kencang tidak baik bagi kesehatannya. Ia pun memalingkan muka ke arah lain. Entah kenapa akhir-akhir ini ia selalu merasakan hal tak biasa pada Dimas. Apa mungkin karena dia sudah biasa menghabiskan waktu bersamanya? Sehingga perasaan Erina pada Dimas berubah? Gadis itu masih belum menyadarinya."Eum, mau makan atau mandi dulu? Biar aku siapkan." Tawar Erina sembarai membawa tas suaminya.Grepp!!
Jakarta High School menjadi salah satu sekolah favorite di kota tersebut. Sekolah yang terkenal banyak menghasilkan lulusan terbaik, juga selalu juara dalam berbagai perlombaan. Seperti olahraga atau pun pengetahuan. Banyak para murid yang ingin masuk, membuat mereka menggunakan berbagai cara.Pagi ini sekolah kembali di hebohkan dengan kedatangan murid baru pindahan dari Inggris. Seorang siswi kini tengah berdiri di depan para murid kelas XII IPA-1. Keberadaannya tentu saja menarik semua penghuni sekolah. Dari berbagai kelas yang memiliki jam kosong pun berdatangan ke sana. Mereka penasran mengenai murid baru tersebut.Hawar-hawar terdengar jika siswi tersebut begitu cantik dengan kulit putih mulus, bermata bening bulat serta bibir merahnya. Kebanyakan yang melihat adalah para siswa."Silakan perkenalkan dirimu." Titah bu Sarah selaku wali kelas tersebut."Selamat pagi. Assalamu'alaikum, per
Pagi telah datang. Seperti biasa, saat ini Erina tengah menyiapkan sarapan. Apron merah muda bertengger ditubuh mungilnya. Ia berusaha menjadi istri yang baik dan membuktikan pada siapa pun jika dirinya bisa bersanding dengan most wanted sekolah.Aroma masakan menggugah selera membangunkan sang suami. Perlahan Dimas bangun lalu membersihkan dirinya. Setelah selesai dengan ritual paginya, ia pun keluar dengan wangi mint menguar. Seketika bau tersebut membuat Erina terpana. Ia tahu pemuda itu sudah berada dekat dengannya."Selamat pagi, Dimas. Ayo sarapan dulu" ajaknya seraya menoleh ke belakang, di mana sang suami berdiri tepat di depan meja makan lengkap dengan seragam sekolahnya.Dimas pun mengangguk seraya tersenyum. Kemudian netranya memandangi makanan lezat tersaji di sana. Tidak lama kemudian ia duduk di salah satu kursi kosong dan mulai menikmati sarapan."Bagaimana rasanya?" tanya Erina penasar
Semacam luka tapi tak berdarah. Semacam sakit tapi tak terasa, semacam harum tapi tak berbau. Perasaan itulah yang saat ini aku rasakan _ Falisha Erina _.Bel pergantian pelajaran telah terdengar beberapa saat lalu. Kedua kelas itu pun membubarkan diri dari aula. Mereka mulai membersihkan diri dari keringat sebelum kembali masuk ke dalam kelas mengikuti pelajaran terakhir.Selesai berganti pakaian, satu persatu para murid tersebut kembali ke kelas masing-masing. Entah mereka memperhatikan guru yang tengah mengajar di depan atau tidak, tapi semuanya nampak serius mendengarkan.Setelah menjelaskan pelajaran, tugas pun diberikan. Dengan rasa kantuk dan lelah mereka berusaha mengerjakannya."Erina boleh ibu minta tolong? Selesai pelajaran nanti tolong antarkan tugas ini ke ruangan ibu, yah." ucap ibu guru Bahasa Indonesia tersebut saat Erina berjalan bermaksud untuk memb
Bagian 7Pagi kembali datang menyambut hari baru bagi semua siswa di sekolah tersebut. Hari ini semua angkatan XII berkumpul di aula mendengarkan pengumuman yang akan di sampaikan oleh wakil kepala sekolah.Raut tegang bercampur haru tidak bisa terelakan. Mereka sadar jika sebentar lagi langkahnya hendak memasuki dunia baru. Dunia yang tidak pernah mereka sangka bisa seperti apa. Menuju dewasa dan menghadapi kehidupan yang lebih kejam lagi."Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi semuanya. Tidak terasa perjalanan kalian menempuh pendidikan di sini sudah mencapai titik terakhir. Sebelum itu kami sepakat akan melakukan study tour terakhir bagi kalian untuk mengenang kebersamaan kita semua. Tahun ini sekolah kita akan pergi ke pantai yang berada di luar kota Jakarta. Tepatnya berada di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, yaitu Pantai Pink." jelas Pak Geri membuat keadaan heboh seketika.
Tidak lama kemudian Erina pun kembali ke apartemennya. Ia melangkah gontai menapaki satu demi satu anak tangga menuju kamarnya berada. Lift yang biasa digunakan mendadak tidak bisa dipakai. Mau tidak mau ia pun harus menggunakan tangga darurat. Dengan kepala menunduk ia pun mencapai pintu masuk.Cklekk!!Pintu terbuka, ia pun bergegas melangkah memasukinya."Assalamu'alaikum." Salamnya lemah."Wa'alaikumsalam, dari mana saja? Kenapa baru pulang?" tanya Dimas menyambut kedatangannya.Erina tersenyum seraya melepaskan sepatunya lalu melirik ke arahnya sekilas. "Aku habis mengantar Rahel.""Ke mana?""Emm, tadi dia membeli pakaian dan aku mengantarnya ke toko yang lumayan jauh dari sini. Maaf, aku tidak menyiapkan makan malam. Kalau begitu aku pergi mandi dulu." Setelah mengatakan itu, Erina pun pergi dari hadapannya.
Bagian 9Jam terus berputar mengikuti poros. Tidak terasa kegiatan yang dilakukan para siswa Jakarta High Scholl memakan banyak waktu. Kini jam sudah menunjukan pukul 20:00 malam. Semua murid kembali bersatu untuk mendengarkan pengarahan lain dari guru.Rasa lelah nampak diwajah mereka. Namun, semangat masa muda tidak pernah luntur. Mereka senang bisa melakukan kegiatan bermanfaat seperti sekarang. Tidak banyak waktu yang bisa mereka lewati. Sepulang dari pantai ujian pun tengah menunggu."Nah, semuanya karena kegiatan sudah selesai untuk hari ini kita cukupkan saja. Kalian bisa beristirahat dan besok adalah hari bebas. Jadi bersenang-senanglah. Selamat malam." Penjelasan terakhir pun seketika mengundang suka cita bagi setiap murid.Suara teriakan dan tepuk tangan pun mengakhiri ucapan Pak Geri. Mereka sudah tidak sabar menunggu hari esok tiba. Bermain sepuasnya bersama teman-teman menciptakan kenanga