Share

Kegelisahan

Semacam luka tapi tak berdarah. Semacam sakit tapi tak terasa, semacam harum tapi tak berbau. Perasaan itulah yang saat ini aku rasakan _ Falisha Erina _

.

Bel pergantian pelajaran telah terdengar beberapa saat lalu. Kedua kelas itu pun membubarkan diri dari aula. Mereka mulai membersihkan diri dari keringat sebelum kembali masuk ke dalam kelas mengikuti pelajaran terakhir.

Selesai berganti pakaian, satu persatu para murid tersebut kembali ke kelas masing-masing. Entah mereka memperhatikan guru yang tengah mengajar di depan atau tidak, tapi semuanya nampak serius mendengarkan.

Setelah menjelaskan pelajaran, tugas pun diberikan. Dengan rasa kantuk dan lelah mereka berusaha mengerjakannya.

"Erina boleh ibu minta tolong? Selesai pelajaran nanti tolong antarkan tugas ini ke ruangan ibu, yah." ucap ibu guru Bahasa Indonesia tersebut saat Erina berjalan bermaksud untuk membuang sampah.

"Baik, bu." Jawabnya.

Kurang lebih 2 jam kemudian sekolah pun usai. Seperti yang sudah di perintahkan oleh Ibu Guru Nila, kini Erina tengah membawa setumpuk tugas untuk disimpan di ruang guru. Sepanjang lorong hanya ada keheningan. Tatapannya menelusuri setiap kelas yang terlewati. Kosong. Semua penghuninya sudah pulang beberapa saat lalu.

Sekembalinya dari ruang guru, ia tidak sengaja mendengar pembicaraan dua orang siswi yang masih berada di kelas unggulan tersebut. Seketika langkahnya terhenti saat menangkap nama seseorang. Rasa penasaran pun menyeruak kala pembicaraan mereka membahas pemuda yang tengah hadir dalam kehidupannya.

"Aku baru tahu jika Reina memiliki hubungan spesial sebelumnya dengan Dimas."

"Apa maksudmu Alika?" tanya sahabatnya, Naura.

"Sebenarnya 3 hari ini kami sudah menjadi teman. Reina menceritakan padaku tentang masa lalunya, termasuk bersama Dimas."

"Apa mungkin Reina mantannya Dimas?" kembali Naura bertanya.

"Yah, apa namanya jika bukan mantan? Jika kita pernah bersama dengan seseorang." senyum Alika kemudian.

Tanpa mereka berdua sadari Erina mendengarkan semua pembicaraan mereka. Tubuhnya menegang tidak percaya dengan apa yang baru saja diketahuinya. Jantungnya berdegup kancang begitu saja. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba menyapanya.

"Reina mantannya Dimas? Apa dia akan kembali padanya?" gumam Erina dengan pikiran terus berkecambuk.

***

Beberapa saat kemudian Erina tiba di apartemen. Tidak seperti biasa, Dimas pulang cepat sebelum dirinya. Perasaan tidak mengenakan tadi masih membayangi hatinya. Perkataan dua gadis di sekolah berputar dalam kepala berhijabnya.

Erina tidak menyangka ternyata gadis asing yang menjadi murid baru di sekolah pernah berada di masa lalu sang suami.

"Assalamu'alaikum." Salam Erina seraya melepaskan sepatunya.

"Wa'alaikumsalam" balas Dimas berjalan mendekat.

Tatapan mereka mengunci satu sama lain. Berbagai pertanyaan timbul dalam benak Erina. Rasa penasaran pun tak luput dari dirinya. Ia ingin menanyakan perihal gadis bernama Reina tersebut. Namun, keraguan menghantuinya.

Ia pun mengepalkan kedua tangan erat menyalurkan keberanian. Sampai,

"Emmm, Apa boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Erina seraya berjalan masuk lalu duduk di sofa ruang tamu diikuti sang suami.

"Apa yang ingin kamu tanyakan?" Balas Dimas kemudian duduk di sampingnya.

"Ada hubungan apa kamu dengan gadis bernama Reina?" Tanyanya to the point.

Seketika Dimas pun membelalakan matanya. Kenyataan yang ingin ia hindari akhirnya sang istri mempertanyakannya juga. Ia pun menggaruk tengkuknya gugup seraya melepaskan pandangan dari Erina.

"Apa yang sudah kamu ketahui tentang kami?" tanya Dimas balik.

"Aku mendengar bahwa Reina mantanmu. Benarkah?" Tegasnya.

Hening sesaat. Dimas memikirkan jawaban seperti apa yang hendak diberikan. Ia tidak sanggup menatap ke dalam mata istrinya saat ini. Dan hanya mampu melihat ke depan seraya memberanikan diri memberikan balasan.

"Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikanya, tapi sekarang kamu sudah terlanjur tahu. Yah benar Rahel mantanku. Dia kembali dari Inggris beberapa hari yang lalu."

Kini giliran Erina yang mengatupkan bibirnya. Ia tidak menyangka mendengar penjelasan dari sang suami siapa sebenarnya Reina. Ia terkejut karena baru mengetahui jika sang suami memiliki masa lalu gadis cantik seperti Reina. Kehampaan menyapanya begitu saja. Kegelisahan pun tak luput dalam pikirannya. Ia takut jika kedatangan Reina bisa mengubah keadaan yang sudah tertata dengan baik.

"Entah kenapa saat mendengar pengakuannya aku merasa sakit. Apa aku cemburu? Bukankah mereka hanya sebatas mantan? Tapi kenapa aku gelisah dan takut? Yah, aku takut kehilangan dia. Aku terlanjur telah jatuh cinta padanya." Benak Erina mengakui perasaannya.

Malam ini akhirnya Dimas berkata jujur. Ia dan Reina pernah menjalin hubungan. Entah kenapa sekarang gadis itu memutuskan untuk kembali pulang ke Indonesia. Erina berpikir mungkin saja gadis itu hendak kembali pada Dimas. Bukankah firasat seorang wanita selalu benar? Pikirnya. Terlebih sekarang dia sudah menjadi seorang istri.

Keduanya pun terdiam, Erina tidak tahu harus berbuat apa. Hanya dentingan jam di dinding menemani mereka. Erina terlalu larut dalam lamunannya sendiri. Hingga ia pun tersadarkan dengan degup jantungnya sendiri. Hal itu membuatnya gelisah. Ia takut Dimas bisa mendengarnya.

Perasaan cinta pada sang suami sudah tidak bisa ia tarik kembali dan sekarang sang mantan datang. Apa gadis itu akan kembali membawa sang suami? Terlebih mereka pernah saling mencintai di masa lalu. Sekelumit pemikiran negatif pun hinggap dalam kepalanya.

"Apa dia pulang ke Indonesia untuk kembali bersamamu?" tanya Erina setelah sekian lama bungakam.

Dimas tersentak dibuatnya. Sekilas ia pun menoleh pada sang istri lalu melebarkan senyuman. "Itu tidak mungkin. Siapa tahu dia hanya rindu tempat kelahirannya. Sudah jangan di bahas lagi, malam ini aku akan mengerjakan tugas jadi jangan ganggu." Jawab Dimas kemudian beranjak dari sana.

Keheningan kembali tercipta kala sosok sang suami menghilang dalam pandangan. Meskipun jawabannya seperti itu, tidak menutup kegelisahan dalam diri Erina. Bagaimana pun juga mereka masih remaja yang memiliki pemikiran labil. Sebuah komitmen yang mereka perjuangkan belum sepenuhnya 100%. Pernikahan tersebut terjadi karena suatu hal.

Erina terdiam berkutat dengan pikirannya sendiri.

"Apa yang harus aku lakukan jika gadis itu ingin kembali bersama Dimas? Aahhh aku tidak bisa membayangkan jika sampai hal itu terjadi. Ya Allah." Cicitnya.

Erina tidak menyangka perasaan yang baru diketahuinya menjadi boomerang tersendiri. Kenyataan menampar keras jika keberadaan masa lalu masih membayangi sang suami. Ia sadar tidak mudah melupkan seseorang yang pernah dicintai. Apa mungkin Dimas seperti itu? Seperti apa ia di masa lalu? Bahkan sampai usia pernikahannya hampir menginjak satu tahun Erina belum mengenal sang suami lebih jauh.

Hanya sebagai teman hidup, pelengkap dan tanggungjawab. Itulah yang tengah dirasakannya saat ini. Cinta tidak ada dalam hubungan pernikahan mereka sebelumnya. Namun, sekarang perasaan itu hadir begitu saja. Apa waktunya tepat? Gadis berusia 17 tahun ini tengah mendapatkan kegelisahan pertama dalam kehidupan barunya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status