Share

3

Hari yang cerah namun jiwa yang mendung, Jovian beserta sang ibu akhirnya pergi dari negara kelahirannya dan menetap di Moskow atau Moskwa ibu kota Rusia, hanya dengan flat kecil dan sang ibu bekerja sebagai tukang sayuran. Ibunya berbohong, ini bukan rumah temannya ataupun kerabatnya tetapi rumah kontrakan harga murah yang ibunya sewa. 

Jovian tidak marah dan tidak sedih jika tinggal di flat kecil seperti ini, hanya saja Jovian kecewa karena sang ibu berbohong pada sang nenek dan berkata jika mereka akan tinggal di rumah teman ibunya di Seoul.

"Jovian, kau besok akan sekolah di sini nanti cari teman yang banyak oke?" 

"Jovian harus berteman dengan banyak orang? Mengapa ma?"

"Berteman baik itu penting sayang, kau dan teman-teman mu akan saling membantu disaat kesulitan."

Jovian yang mendengar penjelasan sang ibu pun mengangguk semangat dan bertekad untuk mencari teman yang banyak, walaupun Jovian tidak bisa bahasa Rusia tapi jovian mahir dalam bahasa Inggris. Dulu papa dan Mama selalu memakai bahasa Inggris saat di Amerika.

"Sekarang Jovian tidur, besok Mama akan membangunkan mu dan mengantar Jovian ke sekolah." Ucap Helena sambil mengelus rambut halus Jovian.

"Apa mama akan bekerja?" Tanya Jovian.

"Tentu sayang, nanti Jovian di rumah ya? Tak apa kan? Apa Jovian ingin ikut?" 

"Aku ikut dengan Mama saja!"

Pagi harinya, Jovian bersiap dibantu sang ibu untuk berangkat ke sekolah barunya. Saat ini Jovian masih berada di kelas Lima sekolah dasar. 

"Jovian, disana jangan nakal oke? Nanti Mama akan menjemput jovian, jangan kemana-mana dan jangan ikut dengan orang asing!" Peringkat Helena, saat dulu Helena tak akan se khawatir ini karena penjagaan anaknya sangat ketat, namun sekarang beda lagi Helena tak sanggup membayar jasa penjagaan anak ataupun body guard seperti yang suaminya lakukan dulu.

"Baik ma, aku sayang Mama!" Ucap Jovian lalu berjinjit untuk mengecup pipi sang ibu

Helena yang tahu pun langsung menurunkan tubuhnya dan mengecup kening putranya sayang, "Mama juga menyayangi jovian, belajar yang baik." Ucapnya.

Sang ibu pun perlahan meninggalkan jovian di depan kelasnya, menatap punggung ibunya yang perlahan menjauh. Mengusap peluh yang membasahi keningnya, dulu Jovian akan diantar dengan mobil oleh supirnya tanpa susah-susah berjalan kaki di tengah dinginnya udara pagi, tetapi saat ini berbeda Jovian harus rela berjalan kaki karena tak memiliki kendaraan seperti motor dan mobil, bahkan sepeda pun tak punya. Dan Jovian tak keberatan selama dia bersama sang ibu.

Ting tong

Suara bel sekolah berbunyi menandakan seluruh siswanya harus segera memasuki kelas yang sudah tercantum saat pendaftaran, saat ini sudah memasuki musim dingin di Rusia jadi kegiatan di luar sekolah pun terhenti dan di gantikan oleh kegiatan di dalam kelas. Jovian berjalan menuju meja-meja yang tertata rapi untuk menemukan meja yang cocok dengannya, hingga netranya melihat satu kursi yang pas sekali membelakangi mesin penghangat ruangan diatasnya, sepertinya Jovian sudah menemukan tempatnya.

"Aku duduk disini boleh kan?" Jovian bertanya pada dirinya sendiri. Jovian hanya khawatir jika ternyata bangku itu sudah ada pemiliknya.

"You can sit anywhere honey." Suara itu mengagetkan Jovian yang sedang melamun.

Jovian menoleh ke arah suara, dan ternyata ada perempuan yang umurnya sekitar usia ibunya yang sedang tersenyum. Sepertinya wanita itu mengerti jika Jovian adalah orang dari negara lain jadi dia menggunakan bahasa internasional.

"Yes, thank you." Ucap Jovian malu-malu, agak asing saat mengucapkan itu dengan bahasa asing, Jovian tidak terbiasa.

"Okay kids, sitting neatly and not noisy. We will do self-introduction!" Suara wanita itu menginterupsi anak-anak di kelas Jovian yang sibuk memilih bangku.

Hari pertama Jovian sangat baik, walaupun Jovian terkadang sulit berkomunikasi karena tidak terbiasa namun sang guru mengajarkan dan menjelaskan pada teman-teman sekelasnya. Oh ya! Jovian juga memiliki teman sebangku yang bernama Lucas, anak laki-laki yang kebetulan berasal dari Hongkong dan menggunakan bahasa Inggris juga jadi Jovian tidak terlalu sulit untuk berbicara dengan temannya.

Dan hari pertama dikelasnya pun sangat menyenangkan, memperkenalkan diri dan belajar menggambar dengan kertas origami lalu di tempel di buku pelajaran kesukaannya, menurut gurunya itu akan membuat Jovian akan semakin bersemangat saat belajar di mata pelajaran itu. Teman-teman sekelasnya pun sangat baik, dan banyak dari negara lain juga seperti Niki yang berasal dari Islandia, Kevin yang berasal dari London dan banyak lagi.

"Mama!"

Helena menoleh saat suara yang sangat dikenalnya itu memanggilnya, dia menemukan Jovian yang sedang melambaikan tangannya dengan senyuman manis yang Helena harap tak akan pernah hilang di wajah manis putranya.

"Jovian-nie! Bukankah Mama bilang akan mama jemput, mengapa kamu ke sini sendirian? Bagaimana jika terjadi sesuatu?" Cerca Helena khawatir. Bagaimanapun ini bukan negara asal mereka, dan Jovian baru singgah di sini seminggu yang lalu Helena khawatir jika putranya akan tersesat ataupun bertemu orang jahat.

Jovian yang mendengar suara khawatir sang ibu pun lantas segera memeluk tubuh Helena dan mengecup pipi ibunya dengan senyuman manis.

"Maafkan aku ya ma, jovan-nie tidak mau jika Mama lelah karena antar jemput jovian." 

Mendengar itu membuat Helena haru, putranya sudah mengerti putranya sangat pengertian. Jika seperti ini bagaimana Helena bisa marah pada mahkluk mungil yang ada di pelukannya? Jawabannya adalah tidak bisa! Helena tidak sanggup memarahi putra kesayangannya.

"Lain kali Jovian jangan seperti ini okay? Mama khawatir, janji jangan mengulanginya kembali?" Helena mengacungkan jari kelingkingnya pada Jovian dan disambut oleh kelingking mungil putranya.

"Janji ma!"

"Anak Mama pintar, baiklah Jovian-nie tunggu di kursi itu Mama akan bekerja." Ucap Helena dan du angguki oleh Jovian.

Duduk tenang dan memerhatikan sang ibu yang sedang bekerja mengangkat karung-karung berisi sayuran menuju mobil bak. Mama nya sangat hebat, Jovian ingin membantu Mama. Dengan langkah kecilnya, Jovian berjalan menuju sang ibu yang terlihat sibuk dengan karung-karung berat itu. Itu terlalu berat Jovian tidak mau Mama jatuh sakit karena kelelahan.

"Mama! Jovian-nie ingin bantu!" Ucapnya membuat Helena dan pekerja yang lainnya menatap Jovian.

"Putra mu Helena?" Tanya lelaki bertubuh besar itu dan dijawab anggukan kepala ibunya dengan senyuman bangga.

"Dia sangat pintar dan baik, manisnya." Pekik pekerja yang lain

"Jovian-nie ingin membantu Mama mu? Sini!" Ucap lelaki yang bermata panda.

"Kris?" 

"Tenang Helena, aku tidak akan membuat putra manis mu terluka." Ucap Kris saat mengerti isi pikiran Helena. Bagaimana tega dia jika harus mempekerjakan anak manis seperti Jovian dengan pekerjaan berat?

"Jika kau ingin membantu, maka hitung jumlah karung-karung itu apa kau bisa manis?" Tanya Kris.

"Ya paman aku bisa!" Ucap Jovian semangat.

Dan yang lain pun tersenyum saat melihat Jovian menghitung karung-karung yang berjejer rapi, Helena membesarkan putranya dengan baik. Kris, pemuda asal China pun ikut prihatin saat mendengar jika anak buahnya itu diceraikan oleh suaminya sendiri dan memilih menikah dengan wanita lain dan meninggalkan putranya yang manis.

Hanya pria bodoh yang sanggup meninggalkan wanita setangguh dan secantik Helena, wanita lembut, pekerja keras dan penyabar. Bahkan Kris tidak percaya jika wanita itu sudah menikah bahkan memiliki anak disaat wajahnya sangat cantik. Kris ingin meminangnya dan menjadi ayah untuk Jovian, namun itu terlalu buru-buru bahkan mereka baru bertemu Minggu kemarin.

________

Sore ini salju turun lebat membuat ibunya dan Jovian segera pulang menuju rumah sewanya, walaupun kecil tetapi hangat, itu yang Jovian rasakan. Berbaring di pangkuan ibunya sambil bercerita tentang sekolahnya dan teman-teman yang menyenangkan. Ditemani secangkir susu coklat hangat dan usapan lembut dari ibu membuat Jovian mengingat masa-masa disaat musim dingin dengan sang ayah. 

Biasanya sang ayah akan berebut untuk tidur dipangkuan ibunya dan berakhir Jovian yang menangis lalu tertidur di dada bidang sang ayah, namun sekarang berbeda. Apa kakaknya sedang berada di posisi itu? Apa ayahnya sedang berebut untuk tidur dipangkuan wanita lain dengan kakaknya? 

Dilain tempat.

Pria gagah yang sedang duduk diruang kerjanya, di temani berkas-berkas yang memuakkan dan membuat mata lelah, William butuh pelukan Helena. Biasanya Helena akan memeluknya dan memijatnya saat kelelahan, dan putra manisnya itu akan merengek ingin duduk di pangkuannya.

Namun sekarang tidak ada, tidak ada lagi tangisan menggemaskan Jovian, tidak ada lagi masakan enak Helena, sejujurnya William ingin sekali berkata jika dirinya merindukan dua orang tercintanya itu, namun lagi-lagi dia kalah dengan egonya sendiri.

"Ayah."

Lamunan William terhenti saat Sean, putranya memanggilnya. Menoleh ke arah Sean dan menemukan Sean yang berwajah datar, tetapi ikatan batin ayah dan anak membuatnya mengerti jika Sean sedang dalam mood yang buruk.

"Ada apa nak? Dimana mommy?" Tanya William.

"Mommy pergi dengan temannya belanja." Ucap Sean membuat William menghela nafas berat, lagi-lagi bersenang-senang dengan temannya tanpa memikirkan anaknya yang butuh perhatiannya.

"Kemari, temani ayah." 

Sean duduk di sofa beludru milik ayahnya, dan melihat bingkai foto yang memperlihatkan bocah laki-laki manis sekitar berusia 5 tahun, itu adiknya? Sangat menggemaskan.

"Dia sangat menggemaskan bukan?" Tanya William tiba-tiba 

"Ya, dia sangat menggemaskan. Apa aku akan bertemu dengannya?" Tanya Sean membuat William termenung, bahkan dia tidak tahu sekarang bagaimana kabar anak dan mantan istrinya.

"Akan ayah usahakan, Sean belajar yang benar oke? Nanti ayah belikan game baru."

"Hmm, terimakasih ayah aku sayang ayah."

"Ayah juga menyayangimu." Juga adik mu, ucapnya dalam hati.

Sean berharap dia akan berkumpul dengan adiknya, bermain bersama hingga lelah. Tak apa jika Sean kehilangan sang ibu, Sean tidak merasa memiliki ibu selama ini. Saat ini Sean bersyukur dia bisa merasakan perhatian dari ayahnya.

Jika boleh Sean sangat ingin tinggal dengan ibu dari adiknya, wanita hebat dan baik hati yang saat itu menolongnya dari perundungan oleh teman-teman nya karena dia tidak memiliki ayah. Sosok Helena adalah ibu bagi Sean, tidak seperti Joe ibu kandungnya yang bahkan tidak peduli jika Sean mendapatkan perlakuan tak mengenakan di sekolahnya. Sean ingin bertemu dengan sosok ibu itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status